Mengenai Saya

Foto saya
ska bercanda, tidak suka klo di bohongi apalagi sampai di khianati.... terlihat serem n kaku padahal orangnya mengasyikkan dam menyenagkan... jangan melihat orang dari wajah atow tampilannya saja, lihatlah juga dari sikap, perhatian dan perilakunya...

Senin, 16 Mei 2011

PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAKHLUK LAIN

Perbedaan Antara Jin Setan dan Iblis
penulis Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Syariah Kajian Utama 04 - Mei - 2006 18:38:37
Tema Jin Setan dan Iblis masih menyisakan kontroversi hingga kini. Namun yg jelas eksistensi mereka diakui dlm syariat. Sehingga jika masih ada dari kalangan muslim yg meragukan keberadaan mereka teramat pantas jika diragukan keimanannya.
Sesungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dgn risalah yg umum dan menyeluruh. Tidak hanya utk kalangan Arab saja namun juga utk selain Arab. Tidak khusus bagi kaum saja namun bagi umat seluruhnya. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada segenap Ats-Tsaqalain: jin dan manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ جَمِيْعًا
“Katakanlah: `Wahai manusia sesungguh aku adl utusan Allah kepadamu semua.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً
“Adalah para nabi itu diutus kepada kaum sedang aku diutus kepada seluruh manusia.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُوْنَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوْهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِيْنَ. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوْسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيْقٍ مُسْتَقِيْمٍ. يَا قَوْمَنَا أَجِيْبُوا دَاعِيَ اللهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوْبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيْمٍ. وَمَنْ لاَ يُجِبْ دَاعِيَ اللهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي اْلأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُوْنِهِ أَوْلِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ
“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan jin kepadamu yg mendengarkan Al-Qur`an. mk ketika mereka menghadiri pembacaan lalu mereka berkata: `Diamlah kamu ’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaum memberi peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami sesungguh kami telah mendengarkan kitab yg telah diturunkan setelah Musa yg membenarkan kitab-kitab yg sebelum lagi memimpin kepada kebenaran dan jalan yg lurus. Wahai kaum kami terimalah orang yg menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yg pedih. Dan orang yg tdk menerima orang yg menyeru kepada Allah mk dia tdk akan lepas dari azab Allah di muka bumi dan tdk ada bagi pelindung selain Allah. Mereka itu dlm kesesatan yg nyata’.”
Jin Diciptakan Sebelum Manusia
Tak ada satupun dari golongan kaum muslimin yg mengingkari keberadaan jin. Demikian pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensi sebagaimana pengakuan kaum muslimin meski ada sebagian kecil dari mereka yg mengingkarinya. Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yg mengingkari yakni dari kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.
Jelas keberadaan jin merupakan hal yg tdk dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti kaum jin adl makhluk hidup berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dgn kehendak. Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan hanya saja mereka tdk memiliki sifat dan tabiat seperti yg ada pada manusia atau selainnya.
Aneh orang2 filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dlm hal inipun Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan: “Sesungguh jin itu hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena ia tdk dapat dilihat kecuali dgn perantara mikroskop.”
Jin lbh dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dlm firman-Nya:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُوْنٍ. وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ
“Dan sesungguh Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yg diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum dari api yg sangat panas.”
Karena jin lbh dulu ada mk Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan daripada manusia ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah utk beribadah seperti hal manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tdk menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Jin Setan dan Iblis
Kalimat jin setan ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dlm Al-Qur`an bahkan mayoritas kita pun sudah tdk asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensi sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala tdk lagi diragukan berdasarkan Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalan apakah jin setan dan Iblis itu tiga makhluk yg berbeda dgn penciptaan yg berbeda ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan para malaikat?
Yang pasti Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dgn firman-Nya:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum dari api yg sangat panas.”
Juga firman-Nya:
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَتِ الْجَانُّ مِنْ مَّارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
“Para malaikat diciptakan dari cahaya jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yg disifatkan kepada kalian.”
Adapun Iblis mk Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangnya:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ
“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adl dari golongan jin…”
Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaan krn dia sesungguh diciptakan dari nyala api sedangkan asal penciptaan malaikat adl dari cahaya. mk Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari kalangan jin dlm arti dia diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata: ‘Iblis tdk termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.”
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu mengatakan: “Iblis adl abul jin .”
Sedangkan setan mereka adl kalangan jin yg durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu pernah dita tentang perbedaan jin dan setan beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan namun ada juga yg shalih. Setan diciptakan utk memalingkan manusia dan menyesatkannya. Adapun yg shalih mereka berpegang teguh dgn agama memiliki masjid-masjid dan melakukan shalat sebatas yg mereka ketahui ilmunya. Ha saja mayoritas mereka itu bodoh.”
Siapakah Iblis?1
Terjadi perbedaan pendapat dlm hal asal-usul iblis apakah berasal dari malaikat atau dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis berasal dari jenis jin. Ini adl pendapat Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu. Beliau menyatakan: “Iblis tdk pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin sebagaimana Adam adl asal-usul manusia.”
Pendapat ini pula yg tampak dikuatkan oleh Ibnu Katsir Al-Jashshash dlm kitab Ahkamul Qur‘an dan Asy-Syinqithi dlm kitab Adhwa`ul Bayan . Penjelasan tentang dalil pendapat ini beliau sebutkan dlm kitab tersebut. Secara ringkas dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur yg dilakukan iblis sebagaimana firman Allah:
لاَ يَعْصُوْنَ اللهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“…yang tdk mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
لاَ يَسْبِقُوْنَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُوْنَ
“Mereka itu tdk mendahului-Nya dgn perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”
2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adl dari golongan jin lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.”
Allah menegaskan dlm ayat ini bahwa iblis dari jin dan jin bukanlah malaikat. Ulama yg memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adl nash Al-Qur`an yg tegas dlm masalah yg diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yg paling kuat dlm masalah ini adl hujjah mereka yg berpendapat bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun pendapat kedua yg menyatakan bahwa iblis dari malaikat menurut Al-Qurthubi adl pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Alasan adl firman Allah:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adl ia termasuk golongan orang2 yg kafir.”
Juga ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.
Pendapat yg kuat adl pendapat yg pertama insya Allah krn kuat dalil mereka dari ayat-ayat yg jelas.
Adapun alasan pendapat kedua sebenar ayat tersebut tdk menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat tersebut adl susunan istitsna` munqathi’ .
Adapun cerita-cerita asal-usul iblis itu adl cerita Israiliyat. Ibnu Katsir menyatakan: “Dan dlm masalah ini banyak yg diriwayatkan dari ulama salaf. Namun mayoritas adl Israiliyat yg dinukilkan utk dikaji –wallahu a’lam– Allah lbh tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antara ada yg dipastikan dusta krn menyelisihi kebenaran yg ada di tangan kita. Dan apa yg ada di dlm Al-Qur`an sudah memadai dari yg selain dari berita-berita itu.”
Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yg disebutkan para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf seperti Ibnu ‘Abbas dan selain bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat penjaga surga mengurusi urusan dunia dan nama adl ‘Azazil ini semua adl cerita Israiliyat yg tdk bisa dijadikan landasan.”
Siapakah Setan?2
Setan atau Syaithan dlm bahasa Arab diambil dari kata yg berarti jauh. Ada pula yg mengatakan bahwa itu dari kata yg berarti terbakar atau batal. Pendapat yg pertama lbh kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir sehingga kata Syaithan arti yg jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Ibnu Jarir menyatakan syaithan dlm bahasa Arab adl tiap yg durhaka dari jin manusia atau hewan atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yg lain perkataan-perkataan yg indah-indah utk menipu .”
Allah menjadikan setan dari jenis manusia seperti hal setan dari jenis jin. Dan hanyalah tiap yg durhaka disebut setan krn akhlak dan perbuatan menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yg sejenis dan krn jauh dari kebaikan.
Ibnu Katsir menyatakan bahwa syaithan adl semua yg keluar dari tabiat jenis dgn kejelekan . Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith .
Yang mendukung pendapat ini adl surat Al-An’am ayat 112:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu setan-setan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yg lain perkataan-perkataan yg indah-indah utk menipu .”
Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu ia berkata: Aku datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”
Ibnu Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuat hadits itu dan keshahihannya.”
Yang mendukung pendapat ini juga hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm riwayat Muslim:
الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
“Anjing hitam adl setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Makna –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.”
Ini adl pendapat Qatadah Mujahid dan yg dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ibnu Katsir Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu tapi itu adl pendapat yg lemah.
Ketika membicarakan tentang setan dan tekad dlm menyesatkan manusia Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِيْنَ. قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ. ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِيْنَ
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’ Allah berfirman ‘Sesungguh kamu termasuk mereka yg diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat aku benar-benar akan mereka dari jalan Engkau yg lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tdk akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur .”
Setan adl turunan Iblis sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunan sebagai pemimpin selain-Ku sedang mereka adl musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti bagi orang2 yg dzalim.”
Turunan-turunan Iblis yg dimaksud dlm ayat ini adl setan-setan.
Penggambaran Tentang Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yg bermakna satarahu . mk segala sesuatu yg tertutup berarti tersembunyi. Jadi jin itu disebut dgn jin krn keadaan yg tersembunyi.
Jin memiliki roh dan jasad. dlm hal ini Syaikhuna Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Jin memiliki roh dan jasad. Ha saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan menyerupai sosok tertentu serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguh setan tdk dapat membuka yg tertutup’. Beliau memerintahkan agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah Subhanahu wa Ta’ala atasnya. Demikian pula bila seseorang masuk ke rumah kemudian membaca bismillah mk setan mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan menginap’. Jika seseorang makan dan mengucapkan bismillah mk setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.”
Jin bisa berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kalajengking juga dlm wujud unta sapi kambing kuda bighal keledai dan juga burung. Serta bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dlm bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat berubah-ubah dlm bentuk yg banyak seperti anjing hitam atau juga kucing hitam. Karena warna hitam itu lbh signifikan bagi kekuatan setan dan mempunyai kekuatan panas.
Kaum jin memiliki tempat tinggal yg berbeda-beda. Jin yg shalih bertempat tinggal di masjid dan tempat-tempat yg baik. Sedangkan jin yg jahat dan merusak mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yg kotor.
Tulang dan kotoran hewan adl makanan jin. Di dlm sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
ابْغِنِي أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا وَلاَ تَأْتِنِي بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ. فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمَلُهَا فِي طَرَفِ ثَوْبِي حَتَّى وَضَعْتُهَا إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ فَقُلْتُ: مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ؟ قَالَ: هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ وَإِنَّهُ أَتَانِي وَفْدُ جِنِّ نَصِيْبِيْنَ وَنِعْمَ الْجِنُّ فَسَأَلُوْنِي الزَّادَ فَدَعَوْتُ اللهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا
“Carikan beberapa buah batu utk kugunakan bersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.” Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata: “Aku pun membawakan untuk beberapa buah batu dan kusimpan di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”
Aku bertanya: “Ada apa dgn tulang dan kotoran hewan?”
Beliau menjawab: “Kedua termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adl sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. mk aku berdoa kepada Allah utk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.”
Gambaran Tentang Iblis dan Setan
Iblis adl wazan dari fi’il diambil dari asal kata al-iblaas yg bermakna at-tai`as dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mereka adl musuh nomer wahid bagi manusia musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analogi yg rusak serta kedustaan mereka berani menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala saat mereka enggan utk sujud kepada Adam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
“Dan ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’ mk sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabur dan adl ia termasuk golongan orang2 yg kafir.”
Malah dgn analogi yg menyesatkan Iblis menjawab:
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِيْنٍ
“Aku lbh baik darinya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Analogi atau qiyas Iblis ini adl qiyas yg paling rusak. Qiyas ini adl qiyas batil krn bertentangan dgn perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yg menyuruh utk sujud. Sedangkan qiyas jika berlawanan dgn nash mk ia menjadi batil krn maksud dari qiyas itu adl menetapkan hukum yg tdk ada pada nash mendekatkan sejumlah perkara kepada yg ada nash sehingga keberadaan menjadi pengikut bagi nash.
Bila qiyas itu berlawanan dgn nash dan tetap digunakan/ diakui mk konsekuensi akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yg paling jelek!
Sumpah mereka utk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah mereka berhasil menggoda Abul Basyar Adam dan vonis sesat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala utk mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dgn firman-Nya:
يَابَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِيْنَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ
“Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia menanggalkan pakaian kedua utk memperlihatkan kepada kedua auratnya. Sesungguh ia dan pengikut-pengikut melihat kamu dari suatu tempat yg kamu tdk bisa melihat mereka. Sesungguh Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang2 yg tdk beriman.”
Karena setan sebagai musuh kita mk kita diperintahkan utk menjadi musuh setan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ
“Sesungguh setan itu adl musuh bagimu mk anggaplah ia musuhmu krn sesungguh setan-setan itu hanya mengajak golongan supaya mereka menjadi penghuni neraka yg menyala-nyala.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunan sebagai pemimpin selain-Ku sedangkan mereka adl musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti bagi orang2 yg dzalim.”
Semoga kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.




Perbedaan manusia dengan binatang


Perbedaan utama adalah kemampuan menciptakan dan menggunakan perkakas, manusia adalah mahluk dengan perkakas, tanpa menggunakan perkakas sudah lama manusia terhapus dari ekosistem dibumi. Kemampuan menerapkan teori menjadi sesuatu yang praktis.
***
Pertama, manusia makhluk paling sempurna. Selain fisik, manusia memiliki keunggulan akal. Manusia memiliki akal kreatif, inovatif dan konstruktif sedang binatang tidak. Binatang tidak dapat menggunakan otaknya untuk berfikir atau belajar dan menangkap kebenaran laiknya manusia.
Kedua, manusia harus belajar. Allah menganugerahkan hati dan akal untuk belajar. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengambil hikmah dalam berbagai peristiwa kehidupan. Manusialah yang harus menuntut ilmu untuk melaksanakan berbagai tugas kehidupan. Malalui proses belajar, manusia dapat memajukan kehidupannya, dari primitive menuju kehidupan beradab dan berbudaya.
Ketiga, manusia adalah Abdullah. Tugas utama manusia adalah untuk mengabdi atau menjadi hamba-Nya dengan penuh tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah kehendak Allah ketika menciptakan jin dan manusia. Ibadah adalah tugas utama manusia. Baik, ibadah hablun minallah maupun ibadah hablun manannas. Kepada-Nya seorang hamba berikrar,”Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in!”
Keempat, manusia adalah khalifah. Khalifah artinya wakil Allah di bumi. Khafifah juga berarti pemimpin. Tugas sebagai khafifah adalah tugas berat namun mulia. Sebagai khafifah, manusia mengemban amanah memakmurkan bumi, menciptakan perdamaian, ketrentraman, dan kesejahteraan hidup. Sebagai khafifah, Allah menciptakan manusia setara. Hanya ketakwaan yang membedakan dari lainnya.
Kelima, manusia adalah makhluk labil. Selain, memiliki akal, manusia memiliki nafsu. Dengan akal manusia bisa melakukan perbuatan terpuji dan mulia. Tetapi dengan nafsu, manusia bisa berbuat anarki, merusak dan merugikan kehidupan. Dengan hidayah manusia bisa berbuat mulia. Tanpa hidayah, manusia hanya jadi budak nafsu. Alqur’an menyebut ada yang menjadikan nafsu sebagai Tuhannya.
Keenam, manusia dicipta untuk hidup di dua alam: dunia dan akherat. Di dunia manusia akan hidup sebentar. Dunia adalah lading amal. Akherat lebih kekal dan lebih baik. Bila baik amal dunianya, insya Allah baik akheratnya, Syurgalah tempatnya. Bila buruk dunianya, buruk pulalah akhirnya. Nerakalah ganjarannya.
Ketujuh, amal manusia dihitung. Perbuatan binatang tidak dihitung. Sekecil apa pun kebaikan manusia, Allah akan memberikan pahala. Demikian pula sekecil apa pun keburukannya, Allah akan memberikan sanksi. Takl satupun yang dirugikan. Allah Maha Adil, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Kedelapan, manusia harus bekerja. Allah menganugrahkan organ sempurna agar manusia bekerja dan berkarya. Dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup dan memenuhi kewajiban social dengan penuh tanggung jawab. Bekerja adalah salah satu pintu kemuliaan manusia.
Kesembilan, manusia makhluk beragama. Dengan agama manusia menemukan dan mengabdi kepada Tuhan dengan benar. Dengan agama hidip manusia menjadi bermakna. Dengan agama, manusia yakin kepada Nabi dan Rasul-Nya, serta adanya Hari Akhir. Tentu hanya Islam agama yang dapat menjelaskan dan meyakinkan itu semua. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Kesepuluh, manusia makhluk berbudaya. Manusia adalah makhluk kreatif, inovatif dan konstruktif yang mampu membangun pereradaban. Sejarah mencatat peradaban manusia sebagai kerya gemilang. Peradaban adalah mozaik budaya manusia yang dibangun berkat kecerdasan manusia. Jadi, sungguh berbeda memang manusia dengan binatang. Meskipun demikian, Al-Qur’an menyebutkan tidak sedikit manusia bergaya seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi dari itu. Mereka tidak dapat membangun sepuluh keunggulan yang mampu diraih oleh setiap manusia.
(Sumber: Lazismu Edisi 15, Pebruari 2009)
***
Para filosof Barat mengatakan bahwa hakikatnyamanusia dan binatang sama. Perbedaannya terletak pada otak . karena itu, mereka berpendapat bahwa manusia itu adalah binatang yang berfikir dan berakal.
Para filosof Muslim melengkapinya dengan sarana lain,yaitu akhlak. Alhasil, manusia adalah makhluk yang punya otak dan akhlak. Seorang hukama berkata “Jika hanya punya otak saja, manusia tetap akan bertindak seperti binatang; merasa benar sendiri, tidak menghargai orang lain, suka melanggar norma susila. Akibatnya, manusia akan menjadi lebih sesat dari binatang.”
Beliau juga menambahkan, bahwa sifat dasar makhluk adalah alqassatul qalbu (keras hati), alqilla’ul haya (tak hanya punya malu) dan al-istighalu bi uyubil khalaqi (sibuk mengintai kelemahan makhluk lain). “tiga sifat dasar ini dinetralisir oleh kemuliaan dan ketinggian akhlak, sehingga manusia akan berhati lembut, memiliki rasa malu dan toleran terhadap orang lain.”

Perbedaan Jin dan Manusia

 Penampakan UFO 
Dalam konsep berbagai kitab suci agama samawi (agama langit), dikenal makhluk yang bernama Jin dan Manusia. ke- 2 nama ini ditujukan untuk penyebutan 2 jenis makhluk Allah, yaitu makhluk yang bernama manusia (al-Insan / An-Nas) dan dan makhluk yang bernama Jin (al-Jin).
Berdasarkan bahan penciptaan, kedua jenis makhluk ini diciptakan dari unsur yang berbeda. Menurut kitab suci al-Qur`an, Manusia diciptakan dari unsur tanah, sedangkan Jin diciptakan dari unsur api. Artinya, kedua jenis makhluk ini diciptakan dari bahan yang berbeda dan tentunya akan membentuk tampakan fisik yang berbeda pula, Manusia tampak dengan fisik kasar dan Jin tampak dengan fisik halus (selanjutnya disebut sebagai makhluk halus atau makhluk gaib). Walaupun berbeda secara fisik, kedua jenis makhluk Allah ini, Manusia dan Jin dapat berinteraksi saling melihat, saling menyapa, saling berkomunikasi, saling tolong menolong, saling memberikan kabar berita,  antara satu dengan lainnya dengan cara tertentu dan hanya berlaku kepada manusia tertentu (selanjutnya disebut kemampuan indra keenam  Manusia) dan Jin tertentu pula yang memang mau berinteraksi dengan Manusia.
Berdasarkan tujuan penciptaan, Allah menciptakan kedua jenis makhluk ini dengan tujuan yang sama yaitu sama-sama diciptakan untuk mengabdi (beribadah) kepada Allah. Keduanya akan mendapatkan pahala nikmat jika beribadah (mengabdi) dan juga akan mendapatkan dosa azab jika ingkar (tidak mengabdi) kepada Allah. Mengabdi artinya mengikuti dan menjalankan seluruh yang diperintahkan Allah dan meninggalkan seluruh yang dilarang Allah.
Berdasarkan kesempurnaan ciptaan, Al-Qur`an (surah at-tin) menjelaskan kalau sesungguhnya Manusia telah diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling sempurna di antara seluruh makhluk. Artinya manusia lebih sempurna daripada Jin dan makhluk lainnya. Menurut penafsiran, letak kesempurnaan manusia adalah akalnya, ada juga yang mengatakan adalah akhlaknya. Jika mengacu pada surah at-tin, bahkan manusia bisa lebih rendah dari pada makhluk yang diberi nama binatang apabila dia tidak beriman. Maka kesempurnaan manusia boleh juga dikatakan adalah iman dalam qalbunya.
Perbedaan lainnya antara Manusia dan Jin adalah, Allah memuliakan manusia dengan menjadikan Nabi dan Rasul yang diangkat dari golongan makhluk yang bernama manusia bukan dari golongan makhluk yang bernama Jin ataupun makhluk lainnya. Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan ajaran-ajaran wahyu-Nya kepada seluruh manusia. Wahyu Allah ini selanjutnya ditulis dalam bentuk kitab suci seperti: Al-Quran, Jabur, Injil, dan Taurat. Juga ada yang ditulis dalam bentuk lembaran ayat suci.
Selanjutnya, bagimana dengan Jin untuk mengetahui ajaran Wahyu Allah sebab tidak ada Nabi atau Rasul dari golongan mereka. Dalam  hal ini, para Jin berbaiat dan mengikuti petunjuk ajaran wahyu yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul terakhir pada masanya. Contoh kisah adalah  sekelompok Jin yang mendatangi Rasulullah dan mendengarkan wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah. Kemudian sekelompok Jin ini berbaiat kepada Nabi dengan bersyadat menyatakan diri beriman bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan tiada tuhan selain Allah. (Silahkan baca pelajaran kisahnya dalam al-Qur`an surah al-Jin).
Penutup. Manusia lebih sempurna dari pada Jin, namun begitu mansusia dan jin dimungkinkan dapat berinteraksi antara satu dan lainnya dengan cara tertentu. Selain itu, baik manusia maupun jin diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah mengabdi kepada Allah Subhanahu Wa ta`ala.
Wallahu `Alam.
 

Manusia dalam Pandangan Islam

Sesunguhnya manusia itu diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang sempurna dan bagus, dan manusia diciptakan sebagai kholifah Allah di Bumi, dan telah dijadikan Bumi seisinya untuk tunduk kepada manusia.
Allah Befirman : (لقد خلقنا الإنسان فى اًحسن تقويم ) "Sungguh Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna" (At Tiin :5)

Manusia diciptakan Allah dari tanah (thin), Allah berfirman,
(اذ قال ربك للملائكة إنى خالق بشرا من طين ) "( Shod : 71)
Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa benar adanya jika manusia itu sebenarnya dari tanah. Tanpa adanya tanah tidak mungkin manusia bisa tumbuh. semua makanan yang ada, pada awalnya adalah dari tanah.

Kewajiban manusia sebagai kholifah Allah di bumi adalah tidak lain hanya untuk menyembah Allah semata.

Menurut Islam manusia itu terdiri dari dua bagian yang membuatnya menjadi manusia sempurna, yaitu terdiri dari Jasmani dan rohani, disamping itu manusia juga telah dikaruniai fitrah. Kita hidup di dunia ini bisa menyaksikan sendiri ada persamaan-persamaan yang dimiliki manusia. Seperti Cinta keadilan, kasih sayang, dan lainnya, itulah menurut kami yang disebut fitrah.

A. Jasmani
Sungguh beruntunglah kita yang dikaruniai jasmani yang sempurna. kaki, tangan, lidah, mata, hidung, telinga, perut dan faraj adalah pemberian Allah yang harus kita syukuri dengan mempergunakannya untuk melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Dengan jasmani kita bisa merasakan kenikmatan hidup di dunia ini.



B.Rohani
Yaitu unsur manusia yang tidak kasatmata, yang menjadikan jasmani menjadi manusia yang hidup. Dalam buku yag ditulis Barmawie Umary, rohani terdiri dari:

1. Akal = dengannya manusia yang lemah bisa mengendalikan kehidupannya di dunia. Berkat akal pula kehidupan manusia bisa jadi lebih mudah. Apa yang ada dihadapan anda sekarang ini adalah bukti kemampuan yang dikaruniakan Allah hanya kepada manusia, yaitu akal. Dengan Akal pulalah perbedaan antara hewan dan manusia sangat mencolok.

2. Nafsu = adalah suatu bagian rohani yang dimiliki manusia untuk berkehendak atau berkeinginan. Tanpa nafsu barangkali takkan ada kemajuan dalam hidup manusia. Akan tetapi seringkali nafsu mengalahkan hati dan akal sehingga yang terjadi adalah kerusakan. Masih dari buku karya Barmawie, tersebut bahwa nafsu dikategorikan menjadi:
  • Nafsul Ammarah : Yaitu jiwa yang belum mampu membedakan yang baik dan buruk, lebih mendorong kepada tindakan yang tidak patut.
  • Nafsul Lawwamah :Yaitu jiwa yang telah memiliki rasa insaf dan menyesal setelah melakukan suatu pelanggaran, malu perbuatan buruknya diketahui orang lain an tetapi belum mampu untuk menghentikan tindakanya
  • Nafsul Musawwalah : Jiwa yang telah bisa membedakan yang baik dan buruk, telah bisa menggunakan akalnya untuk menimbang mana yang baik dan mana yang buruk.
  • Nafsul Muthmainnah : Yaitu jiwa yang telah mendapat tuntunan dan terpelihara sehingga mendatangkan ketenangan jiwa. Dengan jiwa ini akan melahirkan sikap dan perbuatan yang baik dan membentengi kekejian
  • Nafsu Mulhamah : Adalah jiwa yang memperoleh ilham dari Allah SWt dikarunia ilmu dan dihiasi Akhlak Mahmudah.
  • Nafsu Raadliyah : Yaitu jiwa yang ridho kepada Allah, selalu bersyukur kepadaNya.
  • Nafsu Mardliyah : Yaitu jiwa yang diridhoi Allah
  • Nafsu Kaamilah : Yaitu jiwa yang telah sempurna

3. Qolbu(hati) = Dari hatilah segala kepribadian manusia muncul. Apabila hati selalu dibina secara baik sesuai Syari'at maka manusia akan berakhak mulia. Akan tetapi seringkali kekuasaan hati tertutupi oleh kekuasaan nafsu, apalagi dengan ditambah bisikan-bisikan syetan, sehingga yang muncul bukanlah cahaya Ilahi akan tetapi bisikan syetan. Oleh karenanya hati harus selalu disirami tuntunan Islam dengan selalu berzdikir kepada Allah. Dalam menjaga hatinya seorang muslim harus selalu wasapada terhadap terjangkitnya penyakit hati. PEnyakit hat sungguh berbahaya bagi kehidupannya.

4. Roh = Seorang mukmin percaya bahwa manusia hidup karena roh yang ada dalam jasadnya. Akan tetapi bagaimana bentuk atau wujudnya itu bukanlah urusan manusia, karena Allah telah berfirman : Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh; katakanlah : Roh itu urusan Rabb ku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit." (Al Isra ;85)


(
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون ) " Dan tidaklah Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah(Ku). (Adzariyat : 56)

Minggu, 08 Mei 2011

WAYANG

GATHOTKACA

1. Gatotkaca sebagai tokoh wayang kulit Jawa
2. Tokoh dalam mitologi Hindu
3. Nama : Gatotkaca
4. Nama lain : Bhimasuta; Tetuka;
5. Tutuka ; Hidimbyatmaja
6. Ejaan Sanskerta : Ghattotkacha
7. Golongan : rakshasa
8. Asal : wilayah timur laut India,sebelah selatan pegununganHimalaya timur[1]
9. Kediaman : Kerajaan Rakshasa
10. Pasangan : Ahilawati (versi India), Pregiwa (versi Jawa)
11. Anak : Barbarika
Gatotkaca (bahasa Sanskerta: Ghattotkacha) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Hidimbi (Harimbi) berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.
Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatutkaca (bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
Etimologi
Menurut versi Mahabharata, Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluaga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernama Hidimbi. Hidimbi sendiri merupakan raksasi penguasa sebuah hutan bersama kakaknya yang bernama Hidimba.
Dalam pewayangan Jawa, ibu Gatotkaca lebih terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa.
Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna "memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata, yaitu ghaṭ(tt)am yang berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti "kepala". Nama ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan buli-buli atau kendi.

Kelahiran
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun tali pusarnya belum bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena) pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong nasib keponakannya itu. Namun pada saat yang sama Karna, panglima Kerajaan Hastina juga sedang bertapa mencari senjata pusaka.
Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui Arjuna yang sebenarnya. Arjuna lalu mengejar Karna untuk merebut senjata Konta.
Pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri membawa senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka tersebut. Namun sarung pusaka Konta terbuat dari Kayu Mastaba yang ternyata bisa digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka.
Akan tetapi keajaiban terjadi. Kayu Mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Namun ia juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.

Menjadi Jago Dewa
Versi pewayangan Jawa melanjutkan, Tetuka kemudian dipinjam Narada untuk dibawa ke kahyangan yang saat itu sedang diserang musuh bernama Patih Sekipu dari Kerajaan Trabelasuket. Ia diutus rajanya yang bernama Kalapracona untuk melamar bidadari bernama Batari Supraba. Bayi Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Anehnya, semakin dihajar bukannya mati, Tetuka justru semakin kuat.
Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada untuk dibesarkan saat itu juga. Narada kemudian menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah melebur dan bersatu ke dalam dirinya.
Tetuka kemudian bertarung melawan Sekipu dan berhasil membunuhnya menggunakan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna kemudian memotong taring Tetuka dan menyuruhnya berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa.
Batara Guru raja kahyangan menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu diganti namanya menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang secepat kilat menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.

Perkawinan
Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca menikah dengan seorang wanita bernama pregiwa,sumpaniwati dan suryawati ,dan. Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama sasikirana,suryakaca,jayasumpena .|
Dalam versi pewayangan Jawa, Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pregiwa putri Arjuna. Ia berhasil menikahi Pregiwa setelah melalui perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana Mandrakumara putra Duryudana dari keluarga Korawa. Dari perkawinan Gatotkaca dengan Pregiwa lahir seorang putra bernama Sasikirana. Ia menjadi panglima perang Kerajaan Hastina pada masa pemerintahan Parikesit, putra Abimanyu atau cucu Arjuna.
Versi lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan Jayasumpena.

Menjadi Raja Pringgadani
Gatotkaca dalam bentuk asli wayang kulit dengan hiasan/pahatan berwarna.
Gatotkaca versi Jawa adalah manusia setengah raksasa, namun bukan raksasa hutan. Ibunya adalah Arimbi putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tremboko tewas di tangan Pandu ayah para Pandawa akibat adu domba yang dilancarkan Sangkuni. Ia kemudian digantikan oleh anak sulungnya yang bernama Arimba.
Arimba sendiri akhirnya tewas di tangan Bimasena pada saat para Pandawa membangun Kerajaan Amarta. Takhta Pringgadani kemudian dipegang oleh Arimbi yang telah diperistri Bima. Rencananya takhta kelak akan diserahkan kepada putra mereka setelah dewasa.
Arimbi memiliki lima orang adik bernama Brajadenta, Brajamusti, Brajalamadan, Brajawikalpa, dan Kalabendana. Brajadenta diangkat sebagai patih dan diberi tempat tinggal di Kasatrian Glagahtinunu. Sangkuni dari Kerajaan Hastina datang menghasut Brajadenta bahwa takhta Pringgadani seharusnya menjadi miliknya bukan milik Gatotkaca.
Akibat hasutan tersebut, Brajadenta pun memberontak hendak merebut takhta dari tangan Gatotkaca yang baru saja dilantik sebagai raja. Brajamusti yang memihak Gatotkaca bertarung menghadapi kakaknya itu. Kedua raksasa kembar tersebut pun tewas bersama. Roh keduanya kemudian menyusup masing-masing ke dalam telapak tangan Gatotkaca kiri dan kanan, sehingga manambah kesaktian keponakan mereka tersebut.
Setelah peristiwa itu Gatotkaca mengangkat Brajalamadan sebagai patih baru, bergelar Patih Prabakiswa.

Kematian Versi Mahabharata
Kematian Gatotkaca terdapat dalam buku ketujuh Mahabharata yang berjudul Dronaparwa, pada bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalam perang di Kurukshetra atau Baratayuda pada malam hari ke-14. Perang besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa, di mana Gatotkaca tentu saja berada di pihak Pandawa.

Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka.
Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka pemberian Dewa Indra yang bernama Shakti untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca.
Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca.
Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.

Kematian Versi Jawa
Sosok Gatotkaca (kiri) dan Abimanyu (sedang memanah) dalam sebuah lukisan tradisional dari Maharashtra, dibuat sekitar abad ke-19.
Perang di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan nama Baratayuda. Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun 1157 pada zaman Kerajaan Kadiri.
Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan sepupunya yang bernama Abimanyu putra Arjuna. Suatu hari Abimanyu menikah dengan Utari putri Kerajaan Wirata, di mana ia mengaku masih perjaka. Padahal saat itu Abimanyu telah menikah dengan Sitisundari putri Kresna.
Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar suaminya telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui Abimanyu untuk mengajaknya pulang. Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil tapi berhati polos dan mulia. Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu terpaksa bersumpah jika benar dirinya telah beristri selain Utari, maka kelak ia akan mati dikeroyok musuh.
Kalabendana kemudian menemui Gatotkaca untuk melaporkan sikap Abimanyu. Namun Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena terlalu emosi, Gatotkaca sampai memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.
Ketika perang Baratayuda meletus, Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13. Esoknya pada hari ke-14 Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata.
Duryudana sangat sedih atas kematian Jayadrata, adik iparnya tersebut. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa malam itu juga. Karna pun terpaksa berangkat meskipun hal itu melanggar peraturan perang.
Mendengar para Korawa melancarkan serangan malam, pihak Pandawa pun mengirim Gatotkaca untuk menghadang. Gatotkaca sengaja dipilih kaarena Kotang Antrakusuma yang ia pakai mampu memancarkan cahaya terang benderang.
Pertempuran malam itu berlangsung mengerikan. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu Korawa yang bernama Lembusa. Namun ia sendiri kehilangan kedua pamannya, yaitu Brajalamadan dan Brajawikalpa yang tewas bersama musuh-musuh mereka, bernama Lembusura dan Lembusana.

Gatotkaca akhirnya berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia pun menciptakan kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya, Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta ke arah Gatotkaca.
Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca telah ditetapkan malam itu.
Gatotkaca pasrah terhadap keputusan dewata. Namun ia berpesan supaya mayatnya masih bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju. Ia kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu pun musnah bersatu dengan sarungnya, yaitu kayu Mastaba yang masih tersimpan di dalam perut Gatotkaca.
Gatotkaca telah tewas seketika. Arwah Kalabendana kemudian melemparkan mayatnya ke arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya hancur berkeping-keping tertimpa tubuh Gatotkaca yang meluncur kencang dari angkasa. Akibatnya, pecahan kereta tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada di sekitarnya. Tidak terhitung banyaknya berapa jumlah mereka yang mati.

SEMAR


Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Sejarah Semar
Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala. Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439.
Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang.
Pada zaman berikutnya, ketika kerajaan-kerajaan Islam berkembang di Pulau Jawa, pewayangan pun dipergunakan sebagai salah satu media dakwah. Kisah-kisah yang dipentaskan masih seputar Mahabharata yang saat itu sudah melekat kuat dalam memori masyarakat Jawa. Salah satu ulama yang terkenal sebagai ahli budaya, misalnya Sunan Kalijaga. Dalam pementasan wayang, tokoh Semar masih tetap dipertahankan keberadaannya, bahkan peran aktifnya lebih banyak daripada dalam kisah Sudamala.
Dalam perkembangan selanjutnya, derajat Semar semakin meningkat lagi. Para pujangga Jawa dalam karya-karya sastra mereka mengisahkan Semar bukan sekadar rakyat jelata biasa, melaikan penjelmaan Batara Ismaya, kakak dari Batara Guru, raja para dewa.

Asal-Usul dan Kelahiran
Terdapat beberapa versi tentang kelahiran atau asal-usul Semar. Namun semuanya menyebut tokoh ini sebagai penjelmaan dewa.
Dalam naskah Serat Kanda dikisahkan, penguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernama Sanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yeng bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam naskah Paramayoga dikisahkan, Sanghyang Tunggal adalah anak dari Sanghyang Wenang. Sanghyang Tunggal kemudian menikah dengan Dewi Rakti, seorang putri raja jin kepiting bernama Sanghyang Yuyut. Dari perkawinan itu lahir sebutir mustika berwujud telur yang kemudian berubah menjadi dua orang pria. Keduanya masing-masing diberi nama Ismaya untuk yang berkulit hitam, dan Manikmaya untuk yang berkulit putih. Ismaya merasa rendah diri sehingga membuat Sanghyang Tunggal kurang berkenan. Takhta kahyangan pun diwariskan kepada Manikmaya, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Ismaya hanya diberi kedudukan sebagai penguasa alam Sunyaruri, atau tempat tinggal golongan makhluk halus. Putra sulung Ismaya yang bernama Batara Wungkuham memiliki anak berbadan bulat bernama Janggan Smarasanta, atau disingkat Semar. Ia menjadi pengasuh keturunan Batara Guru yang bernama Resi Manumanasa dan berlanjut sampai ke anak-cucunya. Dalam keadaan istimewa, Ismaya dapat merasuki Semar sehingga Semar pun menjadi sosok yang sangat ditakuti, bahkan oleh para dewa sekalipun. Jadi menurut versi ini, Semar adalah cucu dari Ismaya.
Dalam naskah Purwakanda dikisahkan, Sanghyang Tunggal memiliki empat orang putra bernama Batara Puguh, Batara Punggung, Batara Manan, dan Batara Samba. Suatu hari terdengar kabar bahwa takhta kahyangan akan diwariskan kepada Samba. Hal ini membuat ketiga kakaknya merasa iri. Samba pun diculik dan disiksa hendak dibunuh. Namun perbuatan tersebut diketahui oleh ayah mereka. Sanghyang Tunggal pun mengutuk ketiga putranya tersebut menjadi buruk rupa. Puguh berganti nama menjadi Togog sedangkan Punggung menjadi Semar. Keduanya diturunkan ke dunia sebagai pengasuh keturunan Samba, yang kemudian bergelar Batara Guru. Sementara itu Manan mendapat pengampunan karena dirinya hanya ikut-ikutan saja. Manan kemudian bergelar Batara Narada dan diangkat sebagai penasihat Batara Guru.
Dalam naskah Purwacarita dikisahkan, Sanghyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati putra Sanghyang Rekatatama. Dari perkawinan itu lahir sebutir telur yang bercahaya. Sanghyang Tunggal dengan perasaan kesal membanting telur itu sehingga pecah menjadi tiga bagian, yaitu cangkang, putih, dan kuning telur. Ketiganya masing-masing menjelma menjadi laki-laki. Yang berasal dari cangkang diberi nama Antaga, yang berasal dari putih telur diberi nama Ismaya, sedangkan yang berasal dari kuningnya diberi nama Manikmaya. Pada suatu hari Antaga dan Ismaya berselisih karena masing-masing ingin menjadi pewaris takhta kahyangan. Keduanya pun mengadakan perlombaan menelan gunung. Antaga berusaha melahap gunung tersebut dengan sekali telan namun justru mengalami kecelakaan. Mulutnya robek dan matanya melebar. Ismaya menggunakan cara lain, yaitu dengan memakan gunung tersebut sedikit demi sedikit. Setelah melewati bebarpa hari seluruh bagian gunung pun berpindah ke dalam tubuh Ismaya, namun tidak berhasil ia keluarkan. Akibatnya sejak saat itu Ismaya pun bertubuh bulat. Sanghyang Tunggal murka mengetahui ambisi dan keserakahan kedua putranya itu. Mereka pun dihukum menjadi pengasuh keturunan Manikmaya, yang kemudian diangkat sebagai raja kahyangan, bergelar Batara Guru. Antaga dan Ismaya pun turun ke dunia. Masing-masing memakai nama Togog dan Semar.
Silsilah dan Keluarga
Dalam pewayangan dikisahkan, Batara Ismaya sewaktu masih di kahyangan sempat dijodohkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani. Dari perkawinan itu lahir sepuluh orang anak, yaitu:

1. Batara Wungkuham
2. Batara Surya
3. Batara Candra
4. Batara Tamburu
5. Batara Siwah
6. Batara Kuwera
7. Batara Yamadipati
8. Batara Kamajaya
9. Batara Mahyanti
10. Batari Darmanastiti

Semar sebagai penjelmaan Ismaya mengabdi untuk pertama kali kepada Resi Manumanasa, leluhur para Pandawa. Pada suatu hari Semar diserang dua ekor harimau berwarna merah dan putih. Manumanasa memanah keduanya sehingga berubah ke wujud asli, yaitu sepasang bidadari bernama Kanistri dan Kaniraras. Berkat pertolongan Manumanasa, kedua bidadari tersebut telah terbebas dari kutukan yang mereka jalani. Kanistri kemudian menjadi istri Semar, dan biasa dipanggil dengan sebutan Kanastren. Sementara itu, Kaniraras menjadi istri Manumanasa, dan namanya diganti menjadi Retnawati, karena kakak perempuan Manumanasa juga bernama Kaniraras.

Pasangan Panakawan
Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
Dalam pewayangan Sunda, urutan anak-anak Semar adalah Cepot, Dawala, dan Gareng. Sementara itu, dalam pewayangan Jawa Timuran, Semar hanya didampingi satu orang anak saja, bernama Bagong, yang juga memiliki seorang anak bernama Besut.

Bentuk Fisik
Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
Keistimewaan Semar

Semar merupakan tokoh pewayangan ciptaan pujangga lokal. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun keluhurannya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabharata. Jika dalam perang Baratayuda menurut versi aslinya, penasihat pihak Pandawa hanya Kresna seorang, maka dalam pewayangan, jumlahnya ditambah menjadi dua, dan yang satunya adalah Semar.
Semar dalam karya sastra hanya ditampilkan sebagai pengasuh keturunan Resi Manumanasa, terutama para Pandawa yang merupakan tokoh utama kisah Mahabharata. Namun dalam pementasan wayang yang bertemakan Ramayana, para dalang juga biasa menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama ataupun Sugriwa. Seolah-olah Semar selalu muncul dalam setiap pementasan wayang, tidak peduli apapun judul yang sedang dikisahkan.
Dalam pewayangan, Semar bertindak sebagai pengasuh golongan kesatria, sedangkan Togog sebagai pengasuh kaum raksasa. Dapat dipastikan anak asuh Semar selalu dapat mengalahkan anak asuh Togog. Hal ini sesungguhnya merupakan simbol belaka. Semar merupakan gambaran perpaduan rakyat kecil sekaligus dewa kahyangan. Jadi, apabila para pemerintah - yang disimbolkan sebagai kaum kesatria asuhan Semar - mendengarkan suara rakyat kecil yang bagaikan suara Tuhan, maka negara yang dipimpinnya pasti menjadi nagara yang unggul dan sentosa.

BIMA-WERKUDARA


"Bhima" beralih ke halaman ini. Untuk Bima, lihat Bima (disambiguasi). Artikel ini tidak memiliki referensi sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.
Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Bima

Sosok Bima sebagai tokoh pewayangan
Sosok Bima sebagai tokoh pewayangan
Tokoh dalam mitologi Hindu
Nama: Bima
Nama lain: Werkodara; Bhimasena;
Bayusuta; Bharatasena;
Blawa, dan lain-lain.
Ejaan Sanskerta: Bhīma; Bhīmaséna
Muncul dalam kitab: Mahabharata, Bhagawadgita, Purana
Asal: Hastinapura, Kerajaan Kuru
Kediaman: Hastinapura, lalu pindah ke Indraprastha
Profesi: Kesatria; juru masak
Senjata: Gada Rujapala
Dinasti: Kuru
Pasangan: Dropadi, Hidimbi, Walandara
Anak: Gatotkaca, Sutasoma, Sarwaga, Antareja, Antasena
Bima (Sanskerta: भीम, bhīma) atau Bimasena (Sanskerta: भीमसेन, bhīmaséna) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se'ayah'-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Arti nama
Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah "mengerikan". Sedangkan nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja vṛ(ri)kodara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhimasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran
Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa karena Pandu tidak dapat membuat keturunan (akibat kutukan dari seorang resi di hutan), maka Kunti (istri Pandu) berseru kepada Bayu, dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.

Masa muda
Pada masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Salah satu Korawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga Duryodana berniat untuk membunuh Bima.

Pada suatu hari ketika para Kurawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Suyudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai seseorang, ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian, Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga.

Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman ilahi. Minuman tersebut diminum beberapa mangkuk oleh Bima, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang, Duryodana kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Ketika para [Pandawa] menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas, mereka mulai berhati-hati.

Pendidikan
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa.

Peristiwa di Waranawata
Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di Waranawata, ia dan Yudistira sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu Purocana, telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan.

Pada suatu malam, Dewi Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.

Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri Hastinapura yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.

Peristiwa di Hidimbawana
Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan Hidimbi/Arimbi yang jatuh cinta dengannya. Kakak Hidimbi yang bernama Hidimba, menjadi marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Kemudian Bima dan Hidimba berkelahi. Dalam perkelahian tersebut, Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba dengan tangannya sendiri. Lalu, Bima menikah dengan Hidimbi. Dari perkawinan mereka, lahirlah seorang putera yang diberi nama Gatotkaca. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama Sutasoma, sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri Balandhara dari Kerajaan Kashi adalah Sarwaga. Semua anak Bima gugur dalam Perang di Kurukshetra.
Pembunuh Raksasa Baka
Setelah melewati Hidimbawana, Bima dan saudara-saudaranya beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya. Bakasura yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah pertarungan sengit. Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai Dropadi dari seorang brahmana.

Bima dalam Bharatayuddha
Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gadanya yang sangat mengerikan.

Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

Bima dalam pewayangan Jawa
Bima sebagai tokoh wayang Jawa.
Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat mantan presiden Indonesia, Ir. Soekarno, pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima. Nama Sukarno sendiri berasal dari nama Karna, panglima yang memihak Kaurawa.

Sifat
Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

Istri dan keturunan
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu:
Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,
Dewi Arimbi, berputera Raden Gatotkaca dan
Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.
Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera Srenggini.

Selasa, 08 Maret 2011

KABINET INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL

INDONESIA MASA DEMOKRASI LIBERAL (1950-1959)


A.  KABINET MASA DEMOKRASI LIBERAL
a.     KABINET NATSIR (6 September 1950 - 21 Maret 1951)
Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh partai Masyumi.
Dipimpin Oleh : Muhammad Natsir
 Program        :
1.       Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.
2.      Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.
3.       Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.
4.      Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.
5.       Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.
*     Hasil               :
Berlangsung perundingan antara Indonesia-Belanda untuk pertama kalinya mengenai masalah Irian Barat.
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
-     Upaya memperjuangkan masalah Irian Barat dengan Belanda mengalami jalan buntu (kegagalan).
-          Timbul masalah keamanan dalam negeri yaitu terjadi pemberontakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, seperti Gerakan DI/TII, Gerakan Andi Azis, Gerakan APRA, Gerakan RMS.
*   Berakhirnya kekuasaan kabinet         : 
Adanya mosi tidak percaya dari PNI menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disetujui parlemen sehingga Natsir harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden.


b.     KABINET SUKIMAN (27 April 1951 – 3 April 1952)
Merupakan kabinet koalisi antara Masyumi dan PNI.
*     Dipimpin Oleh:  Sukiman Wiryosanjoyo
*     Program        :
1.       Menjamin keamanan dan ketentraman
2.       Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani.
3.      Mempercepat persiapan pemilihan umum.
4.      Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
Hasil               :
Tidak terlalu berarti sebab programnya melanjtkan program Natsir hanya saja terjadi perubahan skala prioritas dalam pelaksanaan programnya, seperti awalnya program Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman selanjutnya diprioritaskan untuk menjamin keamanan dan ketentraman
Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
·       Adanya Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA). Dimana dalam MSA terdapat pembatasan kebebasan politik luar negeri RI karena RI diwajibkan memperhatikan kepentingan Amerika.
Tindakan Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia ke dalam blok barat.
·       Adanya krisis moral yang ditandai dengan munculnya korupsi yang terjadi pada setiap lembaga pemerintahan dan kegemaran akan barang-barang mewah.
·        Masalah Irian barat belum juga teratasi.
·       Hubungan Sukiman dengan militer kurang baik tampak dengan kurang tegasnya tindakan pemerintah menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Berakhirnya kekuasaan kabinet         : 
Muncul pertentangan dari Masyumi dan PNI atas tindakan Sukiman sehingga mereka menarik dukungannya pada kabinet tersebut. DPR akhirnya menggugat Sukiman dan terpaksa Sukiman harus mengembalikan mandatnya kepada presiden.

c.      KABINET WILOPO (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya.
Dipimpin Oleh : Mr. Wilopo
*     Program           :
1.         Program dalam negeri      : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante, DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.
2.      Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-Belanda, Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan politik luar negeri yang bebas-aktif.
*     Hasil                  : -
*     Kendala/ Masalah yang dihadapi            :
ü     Adanya kondisi krisis ekonomi yang disebabkan karena jatuhnya harga barang-barang eksport Indonesia sementara kebutuhan impor terus meningkat.
ü     Terjadi defisit kas negara karena penerimaan negara yang berkurang banyak terlebih setelah terjadi penurunan hasil panen sehingga membutuhkan biaya besar untuk mengimport beras.
ü     Munculnya gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme yang mengancam keutuhan bangsa. Semua itu disebabkan karena rasa ketidakpuasan akibat alokasi dana dari pusat ke daerah yang tidak seimbang.
ü     Terjadi peristiwa 17 Oktober 1952. Merupakan upaya pemerintah untuk menempatkan TNI sebagai alat sipil sehingga muncul sikap tidak senang dikalangan partai politik sebab dipandang akan membahayakan kedudukannya. Peristiwa ini diperkuat dengan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri yang berhubungan dengan kebijakan KSAD A.H Nasution yang ditentang oleh Kolonel Bambang Supeno sehingga ia mengirim petisi mengenai penggantian KSAD kepada menteri pertahanan yang dikirim ke seksi pertahanan parlemen sehingga menimbulkan perdebatan dalam parlemen. Konflik semakin diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam memulihkan keamanana di Sulawesi Selatan.
Keadaan ini menyebabkan muncul demonstrasi di berbagai daerah menuntut dibubarkannya parlemen. Sementara itu TNI-AD yang dipimpin Nasution menghadap presiden dan menyarankan agar parlemen dibubarkan. Tetapi saran tersebut ditolak.
Muncullah mosi tidak percaya dan menuntut diadakan reformasi dan reorganisasi angkatan perang dan mengecam kebijakan KSAD.
Inti peristiwa ini adalah gerakan sejumlah perwira angkatan darat guna menekan Sukarno agar membubarkan kabinet.
ü     Munculnya peristiwa Tanjung Morawa mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli). Sesuai dengan perjanjian KMB pemerintah mengizinkan pengusaha asing untuk kembali ke Indonesia dan memiliki tanah-tanah perkebunan. Tanah perkebunan di Deli yang telah ditinggalkan pemiliknya selama masa Jepang telah digarap oleh para petani di Sumatera Utara dan dianggap miliknya. Sehingga pada tanggal 16 Maret 1953 muncullah aksi kekerasan untuk mengusir para petani liar Indonesia yang dianggap telah mengerjakan tanah tanpa izin tersebut. Para petani tidak mau pergi sebab telah dihasut oleh PKI. Akibatnya terjadi bentrokan senjata dan beberapa petani terbunuh.
Intinya peristiwa Tanjung Morawa merupakan peristiwa bentrokan antara aparat kepolisian dengan para petani liar mengenai persoalan tanah perkebunan di Sumatera Timur (Deli).
*     Berakhirnya kekuasaan kabinet   : 
Akibat peristiwa Tanjung Morawa muncullah mosi tidak percaya dari Serikat Tani Indonesia terhadap kabinet Wilopo. Sehingga Wilopo harus mengembalikan mandatnya pada presiden.





d.    KABINET ALI SASTROAMIJOYO I (31 Juli 1953 – 12 Agustus 1955)
Kabinet ini merupakan koalisi antara PNI dan NU.
Dipimpin Oleh : Mr. Ali Sastroamijoyo
Program        :
1.         Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
2.         Pembebasan Irian Barat secepatnya.
3.         Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
4.         Penyelesaian Pertikaian politik

Hasil               :
·           Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan diselenggarakan pada 29 September 1955.
·           Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.
Kendala/ Masalah yang dihadapi            :
ü  Menghadapi masalah keamanan di daerah yang belum juga dapat terselesaikan, seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
ü  Terjadi peristiwa 27 Juni 1955 suatu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam tubuh TNI-AD. Masalah TNI –AD yang merupakan kelanjutan dari Peristiwa 17 Oktober 1952. Bambang Sugeng sebagai Kepala Staf AD mengajukan permohonan berhenti dan disetujui oleh kabinet. Sebagai gantinya menteri pertahanan menunjuk Kolonel Bambang Utoyo tetapi panglima AD menolak pemimpin baru tersebut karena proses pengangkatannya dianggap tidak menghiraukan norma-norma yang berlaku di lingkungan TNI-AD. Bahkan ketika terjadi upacara pelantikan pada 27 Juni 1955 tidak seorangpun panglima tinggi yang hadir meskipun mereka berada di Jakarta. Wakil KSAD-pun menolak melakukan serah terima dengan KSAD baru.
ü  Keadaan ekonomi yang semakin memburuk, maraknya korupsi, dan inflasi yang menunjukkan gejala membahayakan.
ü  Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah.
ü  Munculnya konflik antara PNI dan NU yang menyebabkkan, NU memutuskan untuk menarik kembali menteri-mentrinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh partai lainnya.
*     Berakhirnya kekuasaan kabinet   : 
Nu menarik dukungan dan menterinya dari kabinet sehingga keretakan dalam kabinetnya inilah yang memaksa Ali harus mengembalikan mandatnya pada presiden.






e.     KABINET BURHANUDDIN HARAHAP (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
Dipimpin Oleh     : Burhanuddin Harahap
*     Program              :
1.        Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.
2.       Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan mempercepat terbentuknya parlemen baru
3.       Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi
4.       Perjuangan pengembalian Irian Barat
5.       Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
*     Hasil                     :
ü Penyelenggaraan pemilu pertama yang demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR) dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante). Terdapat 70 partai politik yang mendaftar tetapi hanya 27 partai yang lolos seleksi. Menghasilkan 4 partai politik besar yang memperoleh suara terbanyak, yaitu PNI, NU, Masyumi, dan PKI.
ü Perjuangan Diplomasi Menyelesaikan masalah Irian Barat dengan pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
ü Pemberantasan korupsi dengan menangkap para pejabat tinggi yang dilakukan oleh polisi militer.
ü Terbinanya hubungan antara Angkatan Darat dengan Kabinet Burhanuddin.
ü Menyelesaikan masalah peristiwa 27 Juni 1955 dengan mengangkat Kolonel AH Nasution sebagai Staf Angkatan Darat pada 28 Oktober 1955.
*     Kendala/ Masalah yang dihadapi   :
Banyaknya mutasi dalam lingkungan pemerintahan dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
*     Berakhirnya kekuasaan kabinet      : 
Dengan berakhirnya pemilu maka tugas kabinet Burhanuddin dianggap selesai. Pemilu tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet sehingga kabinetpun jatuh. Akan dibentuk kabinet baru yang harus bertanggungjawab pada parlemen yang baru pula.


f.     KABINET ALI SASTROAMIJOYO II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
*     Dipimpin Oleh : Ali Sastroamijoyo
*     Program           :
Program kabinet ini disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang, sebagai berikut.
1.         Perjuangan pengembalian Irian Barat
2.        Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-anggota DPRD.
3.        Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.
4.        Menyehatkan perimbangan keuangan negara.
5.         Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan kepentingan rakyat.
Selain itu program pokoknya adalah,
·      Pembatalan KMB,
·      Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan politik luar negeri bebas aktif,
·      Melaksanakan keputusan KAA.
*     Hasil                  :
Mendapat dukungan penuh dari presiden dan dianggap sebagai titik tolak dari periode planning and investment, hasilnya adalah Pembatalan seluruh perjanjian KMB.


Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
ü Berkobarnya semangat anti Cina di masyarakat.
ü Muncul pergolakan/kekacauan di daerah yang semakin menguat dan mengarah pada gerakan sparatisme dengan pembentukan dewan militer seperti Dewan Banteng (AH) di Sumatera Tengah, Dewan Gajah (MS) di Sumatera Utara, Dewan Garuda (B) di Sumatra Selatan, Dewan Lambung Mangkurat di Kalimantan Selatan, dan Dewan Manguni (VS) di Sulawesi Utara.
ü Memuncaknya krisis di berbagai daerah karena pemerintah pusat dianggap mengabaikan pembangunan di daerahnya.
ü Pembatalan KMB oleh presiden menimbulkan masalah baru khususnya mengenai nasib modal pengusaha Belanda di Indonesia. Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya pada orang Cina karena memang merekalah yang kuat ekonominya. Muncullah peraturan yang dapat melindungi pengusaha nasional.
ü Timbulnya perpecahan antara Masyumi dan PNI. Masyumi menghendaki agar Ali Sastroamijoyo menyerahkan mandatnya sesuai tuntutan daerah, sedangkan PNI berpendapat bahwa mengembalikan mandat berarti meninggalkan asas demokrasi dan parlementer.
*     Berakhirnya kekuasaan kabinet         : 
Mundurnya sejumlah menteri dari Masyumi membuat kabinet hasil Pemilu I ini jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden.


g.      KABINET DJUANDA ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)
Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar yang ahli dalam bidangnya. Dibentuk karena Kegagalan konstituante dalam menyusun Undang-undang Dasar pengganti UUDS 1950. Serta terjadinya perebutan kekuasaan antara partai politik.
*     Dipimpin Oleh : Ir. Juanda
*     Program           :
Programnya disebut Panca Karya sehingga sering juga disebut sebagai Kabinet Karya, programnya yaitu :
·        Membentuk Dewan Nasional
·        Normalisasi keadaan Republik Indonesia
·        Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB
·        Perjuangan pengembalian Irian Jaya
·        Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan
Semua itu dilakukan untuk menghadapi pergolakan yang terjadi di daerah, perjuangan pengembalian Irian Barat, menghadapi masalah ekonomi serta keuangan yang sangat buruk.
Hasil                  :
ü  Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda, yang mengatur mengenai laut pedalaman dan laut teritorial. Melalui deklarasi ini menunjukkan telah terciptanya Kesatuan Wilayah Indonesia di mana lautan dan daratan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.
ü  Terbentuknya Dewan Nasional sebagai badan yang bertujuan menampung dan menyalurkan pertumbuhan kekuatan yang ada dalam masyarakat dengan presiden sebagai ketuanya. Sebagai titik tolak untuk menegakkan sistem demokrasi terpimpin.
ü  Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di berbagai daerah. Musyawarah ini membahas masalah pembangunan nasional dan daerah, pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah RI.
ü  Diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan untuk mengatasi masalah krisis dalam negeri tetapi tidak berhasil dengan baik.
*



  Kendala/ Masalah yang dihadapi      :
§    Kegagalan Menghadapi pergolakan di daerah sebab pergolakan di daerah semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hubungan pusat dan daerah menjadi terhambat. Munculnya pemberontakan seperti PRRI/Permesta.
§    Keadaan ekonomi dan keuangan yang semakin buruk sehingga program pemerintah sulit dilaksanakan. Krisis demokrasi liberal mencapai puncaknya.
§    Terjadi peristiwa Cikini, yaitu peristiwa percobaan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini saat sedang menghadir pesta sekolah tempat putra-purinya bersekolah pada tanggal 30 November 1957. Peristiwa ini menyebabkan keadaan negara semakin memburuk karena mengancam kesatuan negara.
*     Berakhirnya kekuasaan kabinet         : 
Berakhir saat presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan mulailah babak baru sejarah RI yaitu Demokrasi Terpimpin.


B. KEADAAN EKONOMI INDONESIA MASA LIBERAL

Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.
1.         Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2.        Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1 Miliar.
3.        Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4.        Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan dirancang oleh Belanda.
5.        Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6.        Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7.        Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8.       Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9.        Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai dirancang.
10.    Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :
1.         Mengurangi jumlah uang yang beredar
2.        Mengatasi Kenaikan biaya hidup.
Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :
1.                                 Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.


C.   KEBIJAKAN PEMERINTAH UNTUK MENGATASI MASALAH EKONOMI MASA LIBERAL

Kehidupan ekonomi Indonesia hingga tahun 1959 belum berhasil dengan baik dan tantangan yang menghadangnya cukup berat. Upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah sebagai berikut.
1.        Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya.
Kebijakan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19 Maret 1950
Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.

2.     Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro Joyohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya :
§  Menumbuhkan kelas pengusaha dikalangan bangsa Indonesia.
§  Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
§  Para pengusaha Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit.
§  Para pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.

Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar.
Kegagalan program ini disebabkan karena :
§  Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
§  Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
§  Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
§  Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
§  Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah.
§  Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.

3.     Nasionalisasi De Javasche Bank
Seiring meningkatnya rasa nasionalisme maka pada akhir tahun 1951 pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai pemberian kredi tharus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya    adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta melakukan penghematan secara drastis.
Perubahan mengenai nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24 tahun 1951.

4.     Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).
Tujuan dari program ini adalah
·                Untuk memajukan pengusaha pribumi.
·                Agar para pengusaha pribumi Bekerjasama memajukan ekonomi nasional.
·                Pertumbuhan dan perkembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.
·                Memajukan ekonomi Indonesia perlu adanya kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.
Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba digambarkan sebagai pengusaha non pribumi khususnya Cina.

Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba,
·                Pengusaha pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
·                Pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional
·                Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
·                Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh bantuan kredit.
·                Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan persaingan bebas.
·                Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

5.     Persaingan Finansial Ekonomi (Finek)
Pada masa Kabinet Burhanudin Harahap dikirim delegasi ke Jenewa untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda. Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 7 Januari 1956 dicapai kesepakatan rencana persetujuan Finek, yang berisi :
1.       Persetujuan Finek hasil KMB dibubarkan.
2.      Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral.
3.      Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional, tidak boleh diikat oleh perjanjian lain antara kedua belah pihak.

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani, sehingga Indonesia mengambil langkah secara sepihak. Tanggal 13 Februari1956, Kabinet Burhanuddin Harahap melakukan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak.
Tujuannya untuk melepaskan diri dari keterikatan ekonomi dengan Belanda. Sehingga, tanggal 3 Mei 1956, akhirnya Presiden Sukarno menandatangani undang-undang pembatalan KMB.
Dampaknya :
Banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya, sedangkan pengusaha pribumi belum mampu mengambil alih perusahaan Belanda tersebut.



6.     Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
1.       Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
2.      Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
3.      Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.

7.     Musyawarah Nasional Pembangunan
Masa kabinet Juanda terjadi ketegangan hubungan antara pusat dan daerah. Masalah tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musayawaraah Nasional Pembangunan (Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Tetapi tetap saja rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena :
§   Adanya kesulitan dalam menentukan skala prioritas.
§   Terjadi ketegangan politik yang tak dapat diredakan.
§   Timbul pemberontakan PRRI/Permesta.
§   Membutuhkan biaya besar untuk menumpas pemberontakan PRRI/ Permesta sehingga meningkatkan defisit Indonesia.
§   Memuncaknya ketegangan politik Indonesia- Belanda menyangkut masalah Irian Barat mencapai konfrontasi bersenjata.


















KONSTELASI POLITIK PADA MASA PERCOBAAN DEMOKRASI
(1950-1957)
Tsabit Azinar Ahmad

A. Pendahuluan
Masa-masa awal kemerdekaan merupakan salah satu masa yang labil dalam berbagai hal. Dalam bidang politik, tahun-tahun pertama kemerdekaan merupakan masa peralihan ketika terbentuk pemerintahan Indonesia yang baru dan tekanan kekuatan luar, yaitu Belanda dan perpolitikan global pasca perang dunia kedua. Dalam bidang sosial, perubahan sosial akibat kemerdekaan terjadi. Dalam bidang ekonomi kondisi ekonomi mengalami ketidakstabilan. Setelah Indonesia menyatakan diri sebagai wilayah sendiri dengan dileburkannya Republik Indonesia Serikat, Indonesia memasuki satu masa baru yakni masa ketika Indonesia mencari format baru dalam sistem pemerintahan dan politik. Masa pencarian ini disebut pula dengan masa percobaan demokrasi.
Masa percobaan demokrasi merupakan satu tahapan ketika Indonesia masih mencari format pemerintahan dan sistem politik yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Masa ini berlangsung pada 1950-1957 ketika pada masa itu sistem pemerintahan bersifat liberal ketika sistem pemerintahan menggunakan sistem parlementer. Masa antara tahun 1950-1957 merupakan satu periode yang berbeda dengan situasi politik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Periode Demokrasi Parlementer merupakan masa paling dinamis saat mania bangsa Indonesia mulai bereksprimen dengan demokrasi. Sistem parlementer multi partai dengan kekuatan berimbang memicu persaingan antar berbagai faksi politik untuk saling menjatuhkan. Hal itu terbaca melalui polemik terbuka dan keras antar surat kabar di Jakarta masa itu.
Dalam makalah ini akan dipaparkan berkaitan dengan bagaimaman kondisi perpolitikan pada masa percobaan demokrasi serta bagaimana dampak yang dihasilkannya.
2
B. Kondisi Politik Indonesia Sebelum Masa Percobaan Demokrasi
Kondisi perpolitikan di Indonesia senantiasa mengalami pasang surut dan dinamika. Pada tahun-tahun pertama kemerdekaan, kondisi politik di Indonesia masih sangat labil. Hal ini dikarenakan masih banyaknya aktivitas yang dilakukan baik oleh Indonesia sendiri atau oleh pihak luar berkaitan dengan status pascakemerdekaan. Pihak Indonesia sendiri masih sibuk dengan segala urusan yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan serta upaya-upaya untuk segera berbenah diri guna membangun negara. Dari pihak luar, setelah menangnya blok sekutu atas blok poros, ada keinginan dari pihak pemenang perang dunia untuk mengawal Indonesia yang baru lahir. Akan tetapi hal ini menjadi satu kesempatan bagi pihak Belanda untuk kembali lagi ke Indonesia. Akibatnya, masih terdapat campur tangan dari pihak luar terhadap Indonesia. Selain itu, kebijakan-kebijakan dalam bidang politik pada masa ini masih belum dapat dikatakan bersifat benar- benar lepas dari pengaruh Belanda, aplagi ditambah adanya agresi militer I dan II serta perjanjian-perjanjian yang telah mengubah sistem konstitusi dan struktur perpolitikan nasional. Praktis pada masa ini Indonesia masih belum menemukan “jati dirinya”.
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia cenderung bersifat kompromistis walaupun beberapa langkah radikal dilakukan. Puncak dari sifat kompromis Indonesia adalah dengan diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag pada 23 Agustus 1949 dan selesai pada 2 November 1949. Konferensi ini diikuti oleh Republik Indonesia,Bijee nkomst voor Federaal Overleg(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Dari KMB ini dihasilkan beberapa kesepakatan yaitu (1) didirikannya negara Republik Indonesia Serikat, (2) penyerahan kedaulatan (baca “pemulihan kedaulatan”) kepada Republik Indonesia Serikat, serta (3) didirikannya Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda. Adanya Republik Indonesia Serikat merupakan satu bentuk campur tangan dari pihak luar yang sangat besar terhadap Indonesia. Akan tetapi campur tangan tersebut pada akhirnya dapat diminimalisir keberadaannya dengan adanya kesadaran untuk bersatu dari rakyat Indonesia. Kesadaran untuk bersatu ini nampak pada kesediaan dari negara-negara bagian di RIS untuk menyatukan komando serta berbagai aksi yang dilakukan oleh rakyat berkaitan dengan upaya untuk mengubah sistem pemerintahan menjadi unitaris.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.

C. Konstelasi Politik pada Masa Percobaan Demokrasi
Kondisi Indonesia pada akhir tahun 1950-an, dilihat dari kaca mata sekarang, adalah Indonesia yang semrawut kondisi sosial, politik, dan ekonominya. Pada masa pascakemerdekaan itulah, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masih "bayi", untuk pertama kalinya, mencoba menerapkan sistem demokrasi parlementer dalam kehidupan politiknya. Dan diduga, seandainya tidak banyak "rongrongan" terhadap demokrasi parlementer yang dilaksanakan saat itu, niscaya bentuk demokrasi itulah yang tampaknya akan terus terpakai sampai sekarang. Ide bahwa pemerintahan Indonesia harus menganut sistem demokrasi parlementer sebenarnya telah ada di benak tokoh-tokoh pergerakan sejak awal kemerdekaan. Buktinya adalah lahirnya Maklumat Wakil Presiden (Wapres) X pada 16 Oktober 1945. Isi maklumat Hatta itu adalah membangun sistem banyak partai dan menggusur kekuasaan rangkap presiden--sebagai penguasa eksekutif dan legislatif sekaligus--sebelum MPR dan DPR dibentuk. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pun difungsikan sebagai lembaga legislatif (Poesponegoro dan Notosusanto [et.al], 1984)
Kemudian setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberkalukan kembali pada 17 Agustus 1950, terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidnag politik. Menurut amanat UUDS, pemerintahan RI berdasarkan sistem demokrasi parlementer dengan kabinet dan menteri- menteri yang bertanggung jawab ke parlemen. Perdana menteri pertama
4
pascapenyerahan kedaulatan itu adalah Mohammad Natsir, dari Masyumi. Sedangkan, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) merupakan kelanjutan dari DPR RIS, yang kebanyakan anggotanya adalah orang Federal yang mewakili daerah atau negara bagian pada masa RIS.
Pada masa ini, terjadi satu pesta demokrasi yang pertama di Indonesia, yaitu pemilihan umum yang berlangsung secara bebas dan rahasia. Pada masa ini pula Hatta menyatakan mundur sebagai wakil presiden di mana jabatan ini akan terus kosong sampai sekitar awal dekade 1970-an setelah pemilu yang kedua. Mundurnya Hatta sebagai wakil presiden menjadi salah atu dinamika politik yang menunjukkan kurva menanjak. Hatta yang pada masa itu adalah satu dari sedikit pendukung sistem parlementer, menjadi kaum yang minoritas ketika terjadi
euphoria menuju demokrasi terpimpin.
Sistem kabinet seperti yang telah dijelaskan di atas adalah sistem parlementer, di mana kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Pada masa itu ada beberapa kabinet yang pernah memeirntah di Indonesia, yaitu kabinet Muhammad Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951), Sukiman (April 1951- Februari 1952), Wilopo (April 1952 -Juni 1953), Ali Sastroamidjojo (Juni 1953- Juli 1955), Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956), Ali Sastroamidjojo (Maret 1956-Maret 1957), dan Djuanda sampai Juli 1959 (Poesponegoro dan Notosusanto [et.al], 1984; Ricklefs, 2005).
Kabinet pertama dari masa demokrasi parlementer adalah kabinet yan dipimpin oleh Muhammd Natsir sebagai Perdana Menteri. Natsir yang mendapat dukungan penuh dari masyumi yang berkoalisi dengan PSI setelah usaha koalisi dengan PNI gagal. Pada masa itu Indonesia diterima sebagai anggota PBB. Tugas utama dari kabinet in adalah usaha untuk mengembalikan Irian ke tangan indonesia. Kegagalan dari partai ini disebabkan karena mosi tidak percaya dari parlemen. PNI yang kala itu sebagai partai terbesar kedua dalam Parlemen menolak turut serta dalam kabinet karena kedudukan yang diberikan tidak sesuai. Karena penolakan tersebut, inti kabinet diisi kalangan Masyumi dan para menteri yang ahli di bidangnya (zaken kabinet) dan berasal dari luar partai politik. Namun, dalam perjalanannya kabinet ini tidak dapat melanjutkan kerjanya, salah satunya oleh karena kegagalan dalam perundingan soal Irian dengan Belanda dan mosi
5
Hadikusumo, dari PNI tentang pencabutan DPRS dan DPRDS yang diterima oleh Parlemen. Tak pelak, Kabinet Natsir jatuh dan menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
Kabinet kedua adalah kabinet Sukiman. Kabinet ini berkoalisi dengan Masyumi dan PNI. Kabinet sukiman menjadi paling terkenal karena usahanya ynag serius untuk menumpas PKI. Kegagalan Sukiman dalam menangani masalah pemberontakan kahar muzakar di sulawesi sangat melemahkan kekuasaannya. Adapun penyebab dari jatuhnya kabinet ini adalah ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika kepada Indonesia atas dasar MSA. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan program kabinet dalam hal politik luar negeri yang bebas aktif, dengan ditandatanganinya menimbulkan tafsiran bahwa indonesia condong ke blok barat.
Setelah jatuhnya kabinet Sukiman, terbentuklah Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953). Kabinet ini merupakan koalisi dari Masyumi dan PNI. Program kabinet ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan pemilu. Sedangkan politik luar negeri ditujukan untuk penyelesaian hubungan indonesia-belanda dan pengembalian irian barat. Tetapi dalam perjalanannya, banyak sekali hambatan yaitu timbulnya provinsialisme dan separatisme, hal ini muncul karena adanya rasa kekecewaan terhadap pemerintah pusat. Kabinet ini kehilangan kepercayaan akibat kegagalan demobilisasinya. Tanggal 2 juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat kepada presiden.
Kabinet berikutnya adalah Ali Sastroamidjojo (Juni 1953-Juli 1955) yang merupakan hasil koalisi dari PNI, NU, serta partai-partai kecil, sedangkan PSI dan Masyumi tidak mendapatkan tempat di kabinet namun dua orang simpatisan PKI dimasukkan. Kabinet ini menekankan pada indonesianisasi perekonomian dan memberi dukungan pada penguasa pribumi. Salah satu kesuksesan kabinet ini adalah terselenggaranya Konfrensi Asia-Afrika. Pada masa ini berbagai permasahan, seperti pemberontakan-pemberontakan daerah yang belum juga berhasil dipadamkan serta persiapan menghadapi pemilu yang pertama.
Kabinet Ali Sastroamidjojo atau yang dikenal juga dengan kabinet Ali-
Wongso merupakan kabinet yang paling lama bertahan. Jatuhnya popularitas
6
kabinet ini karena permasalahan dengan angkatan darat serta banyaknya kasus
korupsi dan keadaan perekonomian yang semakin memburuk.
Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956) adalah pengganti dari kabinet Ali. Kabinet ini merupakan hasil koalisi dari masyumi, PSI dan NU. Pada masa kabinet ini dilakukan pemilihan umum pertama di Indonesia. Lebih dari 37 juta orang memberikan suara mewakili 91,5 % dari para pemilih yang terdaftar. Kabinet inipun tidak bertahan lama. Akibat dari banyaknya mutasi yang dilakukan di beberapa kementerian membuat beberapa pertai menarik dukungan sehingga pada 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap jatuh.
Setelah Burhanudin Harahap, presiden kembali mempercayakan kabinet kepada Ali Sastroamidjojo (Maret 1956-Maret 1957). Dia bertekad membentuk koalisi PNI-Masyumi-NU dan mengesampingkan PSI dan PKI. Kabinet ini memiliki program lima tahun yang didalamnya memuat tentang pembebasan Irian Barat, pembentukan daerah-daerah otonom, serta mewujudkan ekonomi nasional. Dalam pelaksanaanya, kabinet tersebut mengalami perpecahan sehingga tidak dapat bekerja maksimal. Permasalahan yang muncul pada kabinet-kabinet sebelumnya sepertinya memuncak pada masa kabinet Ali II ini, permasalah tentara serta militer, pemberontakan-pemberontakan daerah (separatis) semakin jelas terlihat. Kondisi masyarakat saat itu sudah terpolularkan, Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan sudah tidak mendapat kepercayaan dari daerah diluar Jawa. Para politisi sibuk dengan urusan partai masing-masing sehingga yang terjadi adalah politik saling menjatuhkan. Berbagai hal diatas membuat sistem demokrasi perlementer tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Partai Politik dan Pemilu
Selain itu pada masa percobaan demokrasi tersebut banyak bermunculan partai-partai yang mewakili ideologi-ideologi tertentu seperti PNI (Partai Nasional Indonesia) yang mewakili kalangan nasionalis dan demokrastis, basisnya adalah dalam birokrasi dan kalangan pegawai kantor, PSI (Partasi Sosialis Indonesia) yang mewakili masyarakat sosialis, Masyumi, NU, Parkindo (Kristen) yang mewakili golongan agamis, serta PKI (Partai Komunis Indonesia) yang mewakili
7
ideologi komunis, partisannya adalah kaum buruh perkotaan dan buruh
perusahaan pertanian.
Momentum paling demokratis pada masa itu tentu saja adalah pelaksanaan pemilu yang bebas dan rahasia berhasil dilaksanakan ada masa perdana menteri Burhanudin Harahap. Pemilu itu sendiri merupakan program kabinet-kabinet sebelumnya, yang tak pernah terlaksana. Dan, pemilu tahun 1955 itu telah memunculkan kembali harapan rakyat Indonesia akan kemakmuran dan kesejahteraan yang tak muncul sejak RI diproklamasikan tahun 1945.
Menjelang pemilu, pertarungan ideologi pun semakin meruncing. Ideologi politik yang paling besar dan berpengaruh ketika itu adalah Islam, Nasionalisme, dan Komunisme. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang runtuh setelah Pemberontakan Madiun tahun 1948 bangkit dengan cepat. PKI tampil lebih korporatif dan memanfaatkan pertarungan antara Islam dan Nasionalis. Kondisi politik yang penuh pertikaian elite, keadaan ekonomi yang parah, serta sektor strategis dan modal yang dikuasai asing membuat PKI cepat meraih massa. Selain itu, ketakutan kemenangan Masyumi pada pemilu 1955 itu juga membuat PKI mudah mendapat teman dari pihak Nasionalis, setidaknya dari elite yang khawatir Masyumi akan mendirikan negara Islam.
Pemilu 1955 bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan dewan konstituante. Lebih dari 39 juta orang memberikan suara dan mewakili 91,5% dari para pemilih yang terdaftar. Pemilihan umum ini menawarkan pilihan yang bebas di kalangan partai-partai yang tak terbatas, yang kesemuanya berkampanye dengan penuh semangat. Oleh karena itu, hasil-hasil pemilihan umum tersebut dapat menunjukkan kesetiaan-kesetiaan politik pada saat itu.
Pemilihan umum tersebut menimbulkan beberapa kekecewaan dan kejutan. Jumlah partai bertambah banyak, dengan jumlah partai 28 yang mendapatkan kurssi, padahal sebelumnya hanya 20 partai yang mendapatkan kursi. Akan tetapi hanya empat partai yang mendapat lebih dari delapan kursi, yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Dilkalangan partai-partai “empat besar” ini hampir terjadi jalan buntu. Partai yang terbsar hanya menguasai 22% kursi DPR. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk

8
mengintensifkan Islam di tingkat rakyat jelata. Akan tetapi para para pemimpin NU sangat gembira atas hasil yang menambah kursi DPR medeka dari 8 menjadi 45 kursi. Penampilan PKI sangat mengejutkan kalangan elit Jakarta dan membuat PNI makin cemas akan ancaman potensial yang ditimbulkan oleh PKI (Ricklefs, 2005:496).
Tabel 1. Hasil Pemilu 1955 (Sumber: Ricklefs, 2005:496)
Suara yang Sah           % Suara yang Sah       Kursi Parlemen            % Kursi Parlemen
PNI               8.434.653                      22,3                             57                               22,2
Masyumi       7.903.886                      20,9                             57                               22,2
NU                6.955.141                      18,4                             45                               17,5
PKI               6.176.914                      16,4                             39                               15,2
PSII              1.091.160                        2,9                               8                                 3,1
Parkindo       1.003.325                        2,6                               8                                 3,1
Partai Katolik   770.740                        2,0                               6                                 2,3
PSI                   753.191                        2,0                               5                                 1,9
Murba              199.588                        0,5                               2                                 0,8
Lain-lain        4.496.701                      12,0                             30                               11,7
Jumlah         37.758.299                       100                           257                                100

Hasil Pemilu 1955 itu memang akhirnya sangat mencerminkan ideologi yang menonjol dari empat partai besar waktu itu: PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Sedangkan kabinet pertama yang dihasilkan pemilu itu adalah Kabinet pimpinan Ali Sastroamidjojo dari PNI.
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika merupakan suatu pertemuan negara-negara yang berada di kawaan Asia dan Afrika untuk saling bertukar pendapat dan merundingkan permasalahan yang dihadapi bersama. Permasalahan yang dibincangkan dalam KAA berkaitan dengan amsalah kerjasama ekonomi, kerjasama budaya, hak asasi manusia dan menentukan nasib sendiri, masalah
1
KONSTELASI POLITIK PADA MASA PERCOBAAN DEMOKRASI
(1950-1957)
Tsabit Azinar Ahmad
A. Pendahuluan
Masa-masa awal kemeredekan merupakan salah satu masa yang labil dalam berbagai hal. Dalam bidang politik, tahun-tahun pertama kemerdekaan merupakan masa peralihan ketika terbentuk pemerintahan Indonesia yang baru dan tekanan kekuatan luar, yaitu Belanda dan perpolitikan global pasca perang dunia kedua. Daam bidang sosial, perubahan sosial akibat kemerdekaan terjadi. Dalam bidang ekonomim kondisi ekonomi mengalami ketidakstabilan. Setelah Indonesia menyatakan diri sebagai wilayah sendiri dengan dileburkannya Republik Indonesia Serikat, Indonesia memasuki satu masa baru yakni masa ketika Indonesia mencari format baru dalam sistem pemerintahan dan politik. Masa pencarian ini disebut pula dengan masa percobaan demokrasi.
Masa percobaan demokrasi merupakan satu tahapan ketika Indonesia masih mencari format pemerintahan dan sistem politik yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Masa ini berlangsung pada 1950-1957 ketika pada masa itu sistem pemerintahan bersifat liberal ketika sistem pemerintahan menggunakan sistem parlementer. Masa antara tahun 1950-1957 merupakan satu periode yang berbeda dengan situasi politik pada masa Orde Lama maupun Orde Baru. Periode Demokrasi Parlementer merupakan masa paling dinamis saat mania bangsa Indonesia mulai bereksprimen dengan demokrasi. Sistem parlementer multi partai dengan kekuatan berimbang memicu persaingan antar berbagai faksi politik untuk saling menjatuhkan. Hal itu terbaca melalui polemik terbuka dan keras antar surat kabar di Jakarta masa itu.
Dalam makalah ini akan dipaparkan berkaitan dengan bagaimaman kondisi perpolitikan pada masa percobaan demokrasi serta bagaimana dampak yang dihasilkannya.
2
B. Kondisi Politik Indonesia Sebelum Masa Percobaan Demokrasi
Kondisi perpolitikan di Indonesia senantiasa mengalami pasang surut dan dinamika. Pada tahun-tahun pertama kemerdekaan, kondisi politik di Indonesia masih sangat labil. Hal ini dikarenakan masih banyaknya aktivitas yang dilakukan baik oleh Indonesia sendiri atau oleh pihak luar berkaitan dengan status pascakemerdekaan. Pihak Indonesia sendiri masih sibuk dengan segala urusan yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan serta upaya-upaya untuk segera berbenah diri guna membangun negara. Dari pihak luar, setelah menangnya blok sekutu atas blok poros, ada keinginan dari pihak pemenang perang dunia untuk mengawal Indonesia yang baru lahir. Akan tetapi hal ini menjadi satu kesempatan bagi pihak Belanda untuk kembali lagi ke Indonesia. Akibatnya, masih terdapat campur tangan dari pihak luar terhadap Indonesia. Selain itu, kebijakan-kebijakan dalam bidang politik pada masa ini masih belum dapat dikatakan bersifat benar- benar lepas dari pengaruh Belanda, aplagi ditambah adanya agresi militer I dan II serta perjanjian-perjanjian yang telah mengubah sistem konstitusi dan struktur perpolitikan nasional. Praktis pada masa ini Indonesia masih belum menemukan “jati dirinya”.
Pada masa-masa awal kemerdekaan, Indonesia cenderung bersifat kompromistis walaupun beberapa langkah radikal dilakukan. Puncak dari sifat kompromis Indonesia adalah dengan diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dilaksanakan di Den Haag pada 23 Agustus 1949 dan selesai pada 2 November 1949. Konferensi ini diikuti oleh Republik Indonesia,Bijee nkomst
voor Federaal Overleg(BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga
oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Dari KMB ini dihasilkan beberapa kesepakatan yaitu (1) didirikannya negara Republik Indonesia Serikat, (2) penyerahan kedaulatan (baca “pemulihan kedaulatan”) kepada Republik Indonesia Serikat, serta (3) didirikannya Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda. Adanya Republik Indonesia Serikat merupakan satu bentuk campur tangan dari pihak luar yang sangat besar terhadap Indonesia. Akan tetapi campur tangan tersebut pada akhirnya dapat diminimalisir keberadaannya dengan adanya kesadaran untuk bersatu dari rakyat Indonesia. Kesadaran untuk bersatu ini nampak pada kesediaan dari negara-negara
3
bagian di RIS untuk menyatukan komando serta berbagai aksi yang dilakukan oleh rakyat berkaitan dengan upaya untuk mengubah sistem pemerintahan menjadi unitaris.
Sebelum Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besar-besaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui perjanjian antara tiga negara bagian, Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara Sumatera Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal 17 Agustus 1950. Sejak 17 Agustus 1950, Negara Indonesia diperintah dengan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia 1950 yang menganut sistem kabinet parlementer.
C. Konstelasi Politik pada Masa Percobaan Demokrasi
Kondisi Indonesia pada akhir tahun 1950-an, dilihat dari kaca mata sekarang, adalah Indonesia yang semrawut kondisi sosial, politik, dan ekonominya. Pada masa pascakemerdekaan itulah, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang masih "bayi", untuk pertama kalinya, mencoba menerapkan sistem demokrasi parlementer dalam kehidupan politiknya. Dan diduga, seandainya tidak banyak "rongrongan" terhadap demokrasi parlementer yang dilaksanakan saat itu, niscaya bentuk demokrasi itulah yang tampaknya akan terus terpakai sampai sekarang. Ide bahwa pemerintahan Indonesia harus menganut sistem demokrasi parlementer sebenarnya telah ada di benak tokoh-tokoh pergerakan sejak awal kemerdekaan. Buktinya adalah lahirnya Maklumat Wakil Presiden (Wapres) X pada 16 Oktober 1945. Isi maklumat Hatta itu adalah membangun sistem banyak partai dan menggusur kekuasaan rangkap presiden--sebagai penguasa eksekutif dan legislatif sekaligus--sebelum MPR dan DPR dibentuk. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pun difungsikan sebagai lembaga legislatif (Poesponegoro dan Notosusanto [et.al], 1984)
Kemudian setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia diberkalukan kembali pada 17 Agustus 1950, terjadi perubahan-perubahan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidnag politik. Menurut amanat UUDS, pemerintahan RI berdasarkan sistem demokrasi parlementer dengan kabinet dan menteri- menteri yang bertanggung jawab ke parlemen. Perdana menteri pertama
4
pascapenyerahan kedaulatan itu adalah Mohammad Natsir, dari Masyumi. Sedangkan, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) merupakan kelanjutan dari DPR RIS, yang kebanyakan anggotanya adalah orang Federal yang mewakili daerah atau negara bagian pada masa RIS.
Pada masa ini, terjadi satu pesta demokrasi yang pertama di Indonesia, yaitu pemilihan umum yang berlangsung secara bebas dan rahasia. Pada masa ini pula Hatta menyatakan mundur sebagai wakil presiden di mana jabatan ini akan terus kosong sampai sekitar awal dekade 1970-an setelah pemilu yang kedua. Mundurnya Hatta sebagai wakil presiden menjadi salah atu dinamika politik yang menunjukkan kurva menanjak. Hatta yang pada masa itu adalah satu dari sedikit pendukung sistem parlementer, menjadi kaum yang minoritas ketika terjadi
euphoria menuju demokrasi terpimpin.
Sistem kabinet seperti yang telah dijelaskan di atas adalah sistem parlementer, di mana kabinet bertanggung jawab kepada parlemen. Pada masa itu ada beberapa kabinet yang pernah memeirntah di Indonesia, yaitu kabinet Muhammad Natsir (6 September 1950-20 Maret 1951), Sukiman (April 1951- Februari 1952), Wilopo (April 1952 -Juni 1953), Ali Sastroamidjojo (Juni 1953- Juli 1955), Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956), Ali Sastroamidjojo (Maret 1956-Maret 1957), dan Djuanda sampai Juli 1959 (Poesponegoro dan Notosusanto [et.al], 1984; Ricklefs, 2005).
Kabinet pertama dari masa demokrasi parlementer adalah kabinet yan dipimpin oleh Muhammd Natsir sebagai Perdana Menteri. Natsir yang mendapat dukungan penuh dari masyumi yang berkoalisi dengan PSI setelah usaha koalisi dengan PNI gagal. Pada masa itu Indonesia diterima sebagai anggota PBB. Tugas utama dari kabinet in adalah usaha untuk mengembalikan Irian ke tangan indonesia. Kegagalan dari partai ini disebabkan karena mosi tidak percaya dari parlemen. PNI yang kala itu sebagai partai terbesar kedua dalam Parlemen menolak turut serta dalam kabinet karena kedudukan yang diberikan tidak sesuai. Karena penolakan tersebut, inti kabinet diisi kalangan Masyumi dan para menteri yang ahli di bidangnya (zaken kabinet) dan berasal dari luar partai politik. Namun, dalam perjalanannya kabinet ini tidak dapat melanjutkan kerjanya, salah satunya oleh karena kegagalan dalam perundingan soal Irian dengan Belanda dan mosi
5
Hadikusumo, dari PNI tentang pencabutan DPRS dan DPRDS yang diterima oleh Parlemen. Tak pelak, Kabinet Natsir jatuh dan menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
Kabinet kedua adalah kabinet Sukiman. Kabinet ini berkoalisi dengan Masyumi dan PNI. Kabinet sukiman menjadi paling terkenal karena usahanya ynag serius untuk menumpas PKI. Kegagalan Sukiman dalam menangani masalah pemberontakan kahar muzakar di sulawesi sangat melemahkan kekuasaannya. Adapun penyebab dari jatuhnya kabinet ini adalah ditandatanganinya persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika kepada Indonesia atas dasar MSA. Hal ini menimbulkan pertentangan dengan program kabinet dalam hal politik luar negeri yang bebas aktif, dengan ditandatanganinya menimbulkan tafsiran bahwa indonesia condong ke blok barat.
Setelah jatuhnya kabinet Sukiman, terbentuklah Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953). Kabinet ini merupakan koalisi dari Masyumi dan PNI. Program kabinet ini adalah untuk mempersiapkan pelaksanaan pemilu. Sedangkan politik luar negeri ditujukan untuk penyelesaian hubungan indonesia-belanda dan pengembalian irian barat. Tetapi dalam perjalanannya, banyak sekali hambatan yaitu timbulnya provinsialisme dan separatisme, hal ini muncul karena adanya rasa kekecewaan terhadap pemerintah pusat. Kabinet ini kehilangan kepercayaan akibat kegagalan demobilisasinya. Tanggal 2 juni 1953 Wilopo mengembalikan mandat kepada presiden.
Kabinet berikutnya adalah Ali Sastroamidjojo (Juni 1953-Juli 1955) yang merupakan hasil koalisi dari PNI, NU, serta partai-partai kecil, sedangkan PSI dan Masyumi tidak mendapatkan tempat di kabinet namun dua orang simpatisan PKI dimasukkan. Kabinet ini menekankan pada indonesianisasi perekonomian dan memberi dukungan pada penguasa pribumi. Salah satu kesuksesan kabinet ini adalah terselenggaranya Konfrensi Asia-Afrika. Pada masa ini berbagai permasahan, seperti pemberontakan-pemberontakan daerah yang belum juga berhasil dipadamkan serta persiapan menghadapi pemilu yang pertama.
Kabinet Ali Sastroamidjojo atau yang dikenal juga dengan kabinet Ali-
Wongso merupakan kabinet yang paling lama bertahan. Jatuhnya popularitas
6
kabinet ini karena permasalahan dengan angkatan darat serta banyaknya kasus
korupsi dan keadaan perekonomian yang semakin memburuk.
Kabinet Burhanudin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956) adalah pengganti dari kabinet Ali. Kabinet ini merupakan hasil koalisi dari masyumi, PSI dan NU. Pada masa kabinet ini dilakukan pemilihan umum pertama di Indonesia. Lebih dari 37 juta orang memberikan suara mewakili 91,5 % dari para pemilih yang terdaftar. Kabinet inipun tidak bertahan lama. Akibat dari banyaknya mutasi yang dilakukan di beberapa kementerian membuat beberapa pertai menarik dukungan sehingga pada 3 Maret 1956 Burhanudin Harahap jatuh.
Setelah Burhanudin Harahap, presiden kembali mempercayakan kabinet kepada Ali Sastroamidjojo (Maret 1956-Maret 1957). Dia bertekad membentuk koalisi PNI-Masyumi-NU dan mengesampingkan PSI dan PKI. Kabinet ini memiliki program lima tahun yang didalamnya memuat tentang pembebasan Irian Barat, pembentukan daerah-daerah otonom, serta mewujudkan ekonomi nasional. Dalam pelaksanaanya, kabinet tersebut mengalami perpecahan sehingga tidak dapat bekerja maksimal. Permasalahan yang muncul pada kabinet-kabinet sebelumnya sepertinya memuncak pada masa kabinet Ali II ini, permasalah tentara serta militer, pemberontakan-pemberontakan daerah (separatis) semakin jelas terlihat. Kondisi masyarakat saat itu sudah terpolularkan, Jakarta yang menjadi pusat pemerintahan sudah tidak mendapat kepercayaan dari daerah diluar Jawa. Para politisi sibuk dengan urusan partai masing-masing sehingga yang terjadi adalah politik saling menjatuhkan. Berbagai hal diatas membuat sistem demokrasi perlementer tersebut sudah tidak dapat dipertahankan lagi.
Partai Politik dan Pemilu
Selain itu pada masa percobaan demokrasi tersebut banyak bermunculan partai-partai yang mewakili ideologi-ideologi tertentu seperti PNI (Partai Nasional Indonesia) yang mewakili kalangan nasionalis dan demokrastis, basisnya adalah dalam birokrasi dan kalangan pegawai kantor, PSI (Partasi Sosialis Indonesia) yang mewakili masyarakat sosialis, Masyumi, NU, Parkindo (Kristen) yang mewakili golongan agamis, serta PKI (Partai Komunis Indonesia) yang mewakili
7
ideologi komunis, partisannya adalah kaum buruh perkotaan dan buruh
perusahaan pertanian.
Momentum paling demokratis pada masa itu tentu saja adalah pelaksanaan pemilu yang bebas dan rahasia berhasil dilaksanakan ada masa perdana menteri Burhanudin Harahap. Pemilu itu sendiri merupakan program kabinet-kabinet sebelumnya, yang tak pernah terlaksana. Dan, pemilu tahun 1955 itu telah memunculkan kembali harapan rakyat Indonesia akan kemakmuran dan kesejahteraan yang tak muncul sejak RI diproklamasikan tahun 1945.
Menjelang pemilu, pertarungan ideologi pun semakin meruncing. Ideologi politik yang paling besar dan berpengaruh ketika itu adalah Islam, Nasionalisme, dan Komunisme. Partai Komunis Indonesia (PKI) yang runtuh setelah Pemberontakan Madiun tahun 1948 bangkit dengan cepat. PKI tampil lebih korporatif dan memanfaatkan pertarungan antara Islam dan Nasionalis. Kondisi politik yang penuh pertikaian elite, keadaan ekonomi yang parah, serta sektor strategis dan modal yang dikuasai asing membuat PKI cepat meraih massa. Selain itu, ketakutan kemenangan Masyumi pada pemilu 1955 itu juga membuat PKI mudah mendapat teman dari pihak Nasionalis, setidaknya dari elite yang khawatir Masyumi akan mendirikan negara Islam.
Pemilu 1955 bertujuan untuk memilih anggota-anggota DPR dan dewan konstituante. Lebih dari 39 juta orang memberikan suara dan mewakili 91,5% dari para pemilih yang terdaftar. Pemilihan umum ini menawarkan pilihan yang bebas di kalangan partai-partai yang tak terbatas, yang kesemuanya berkampanye dengan penuh semangat. Oleh karena itu, hasil-hasil pemilihan umum tersebut dapat menunjukkan kesetiaan-kesetiaan politik pada saat itu.
Pemilihan umum tersebut menimbulkan beberapa kekecewaan dan kejutan. Jumlah partai bertambah banyak, dengan jumlah partai 28 yang mendapatkan kurssi, padahal sebelumnya hanya 20 partai yang mendapatkan kursi. Akan tetapi hanya empat partai yang mendapat lebih dari delapan kursi, yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Dilkalangan partai-partai “empat besar” ini hampir terjadi jalan buntu. Partai yang terbsar hanya menguasai 22% kursi DPR. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju kekuasaan nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk
8
mengintensifkan Islam di tingkat rakyat jelata. Akan tetapi para para pemimpin NU sangat gembira atas hasil yang menambah kursi DPR medeka dari 8 menjadi 45 kursi. Penampilan PKI sangat mengejutkan kalangan elit Jakarta dan membuat PNI makin cemas akan ancaman potensial yang ditimbulkan oleh PKI (Ricklefs, 2005:496).
Tabel 1. Hasil Pemilu 1955 (Sumber: Ricklefs, 2005:496)
Partai
Suara yang
Sah
% Suara
yang Sah
Kursi
Parlemen
% Kursi
Parlemen
PNI
8.434.653
22,3
57
22,2
Masyumi
7.903.886
20,9
57
22,2
NU
6.955.141
18,4
45
17,5
PKI
6.176.914
16,4
39
15,2
PSII
1.091.160
2,9
8
3,1
Parkindo
1.003.325
2,6
8
3,1
Partai Katolik
770.740
2,0
6
2,3
PSI
753.191
2,0
5
1,9
Murba
199.588
0,5
2
0,8
Lain-lain
4.496.701
12,0
30
11,7
Jumlah
37.758.299
100
257
100
Hasil Pemilu 1955 itu memang akhirnya sangat mencerminkan ideologi yang menonjol dari empat partai besar waktu itu: PNI, Masyumi, NU, dan PKI. Sedangkan kabinet pertama yang dihasilkan pemilu itu adalah Kabinet pimpinan Ali Sastroamidjojo dari PNI.
Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika merupakan suatu pertemuan negara-negara yang berada di kawaan Asia dan Afrika untuk saling bertukar pendapat dan merundingkan permasalahan yang dihadapi bersama. Permasalahan yang dibincangkan dalam KAA berkaitan dengan amsalah kerjasama ekonomi, kerjasama budaya, hak asasi manusia dan menentukan nasib sendiri, masalah
9
negara-negara yang belum merdeka dan masalah perdamaian dunia dan kerja sama internasional, yakni Rodhesia (Federasi Afrika Tengah) karena pergol;akan politik. Peserta konferensi Asia Afrika tersebut adalah Afganistan, Ethiopia, Filipina, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Lybia, Mesir, Myanmar, Nepal, Pakistan, Pantai Emas, Saudi Arabia, Sri Lanka, Sudan, Syiria, Thailand, Tiongkok, Turki, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Yaman, dan Yordania (Poeponegoro dan Nugroho [et.al], 1984).
Dalam pelaksanaannya, KAA memiliki tujuan utama yaitu untuk mewujudkan perdamaian dunia dan ketentraman hidup antarbangsa-bangsa Asia- Afrika. Spesifikasi tujuan KAA adalah (1) memajukan kerjasama dan hubungan bertetangga dengan baik, (2) mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, kebudayaan negara-negara anggota, (3) mempertimbangkan masalah- masalah khusus bangsa-bangsa Asia-Afrika, (4) meninjau keuddukan asia serta rakyatnya di dunia ini serta sumbangan bagi perdamaian dan kerja sama dunia (Sekretariat Negara, 1986)
Pelaksanaan KAA adalah pada tanggal 18-25 April 1955 di Bandung. Adapun alasan pelaksanaan KAA ini adalah (1) adanya persaman dalam banyak bidang dan keadaan yang dianggap saling melengkapi sehingga dapat dijadika satu kesatuan, (2) munculnya permasalahan-permasalahan yang harus diatasi bersama. Dengan alasan tersebut, pemipin negara Indonesia (Ali Sastroamidjojo), India (Jawaharlal Nehru), Myanmar (U Nu), dan Sri Lanka (Sir John Kotelawala) pasca konferensi Pancanegara I (Kolombo, 28 april-2 Mei 1954) dan konferensi Pancanegara II (Bogor, 28-29 Desember 1954) sepakat untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika dengan mengundang 30 negara untuk turut berpartisipasi di dalamnya. Akan tatapi dalam pelaksanaannya hanya 29 negara yang hadir.
Hasil dari KAA adalah dengan diputuskannya sepuluh keputusan yang disebut Dasasila Bandung. Dengan adanya Dasasila Bandung ini, berarti satu lembaran baru dalam sejarah perkembangan tata kehidupan internasional mengalami perubahan karena dengan dilaksanakannya KAA yang pada waktu itu sedang terjadi persaingan antara Uni Sovyet dan Amerika Serikat muncul satu kekuatan baru, yakni Asia dan Afrika.
10
Akhir Masa Percobaan Demokrasi
Setelah Pemilu menghasilkan DPR dan Konstituante, keadaan ternyata bertambah buruk, tak seperti yang diharapkan rakyat. Pertikaian antarmiliter, pergolakan daerah melawan pusat, dan ekonomi yang semrawut tetap membuat masa depan tampak suram. Masalah yang menghadang Kabinet itu datang dari para panglima daerah, yang menuding pusat tidak memperhatikan kesejahteraan prajurit daerah. Mereka pun didukung Masyumi dan PSI. Lalu pada tahun 1956, timbul beberapa pemberontakan militer yang gagal, yang diatur bekas Pejabat KSAD Kolonel Zulkifli Lubis. Para pendukungnya mengkritik bahwa Kabinet telah melalaikan negara, dan mereka mengarahkan perlunya diktator militer.
Akhir tahun 1956, keadaan pun bertambah buruk. Panglima militer di beberapa daerah mengambil alih kekuasaan dari pimpinan sipil. Mereka menilai Jakarta terlalu sentralistis, korup, mengabaikan luar Jawa, serta banyak tuduhan lainnya. Mereka juga memaksa Kabinet Ali mundur, dan mendukung kembalinya Hatta--yang mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden pada 1 Desember 1956--untuk memimpin kabinet baru. Kelompok itu disebut-sebut berhubungan dengan militer kelompok Zulkifli Lubis, Masyumi, PSI, dan Parkindo. Inti tuntutan mereka sebenarnya adalah kembalinya dwitunggal Soekarno--Hatta ke kekuasaan. Pada tahun itulah, Soekarno sudah mulai mendesak dikuburkannya demokrasi liberal dan diganti dengan demokrasi terpimpin. Konsep Soekarno itu kemudian diumumkan secara luas di halaman Istana Merdeka pada 21 Februari 1957. Intinya adalah demokrasi terpimpin, perlunya Kabinet Kaki Empat, dan pembentukan Dewan Nasional. Konsep itu menjadi perdebatan sekaligus pertentangan di DPR. Soalnya, hanya Konstituante yang berwenang mengubah sistem pemerintahan dan susunan ketatanegaraan secara radikal. Cuma, dalam pandangan Soekarno, Konstituante terlalu lambat menyelesaikan rancangan UUD, dan sepertinya akan gagal.
Tetapi tahun 1957, percobaan demokrasi mengalami kegagalan, hal itu disebabkan karena dasar untuk dapat membangun demokrasi perwakilan hampir tidak ditemukan. Penyebabnya antara lain karena kebanyakan rakyat indonesia kebanyakan masih buta huruf, miskin, terbiasa dengan kekuasaan yang otoriter
11
dan paternalistik, dan tersebar di kepulauan yang sangat luas/dalam posisi yang sulit untuk memaksa pertanggungjawaban atas perbuatan para politisi di jakarta. Selain itu pada tahun 1957, korupsi tersebar luas, kesatuan terancam, keadilan sosial belum tercapai, msalah-masalah ekonomi belum terpecahkan dan harapan dari revolusi belum tercapai.
Ada berbagai masalah yang dihadapi juga terjadi dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan militer. Pada bidang ekonomi ada kepentingan-kepentingan non-indonesia mempunai arti penting, misalnya saja belanda dan cina. Selain itu karena lambatnya pemulihan ekonomi menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga biaya hidup melinjat sampai 100% dan sektor kemasyarakatan menderita. Dalam bidang demografi jumlah meningkat tajam sehingga produksi pangan meningkat tetapi tidak cukup. Sehingga untuk mengatasi itu pemerintah melakukan impor. Dalam bidang perdagangan jaringan perdagangan luas tetapi tidak mempunyai dukungan politk dan sebagian kaum borjuis indonesia masih berpegang teguh kepada agama islam yang jaringan perdagangannya tidak begitu luas dan dukungan politiknya terbatas. Dalam bidang pendidikan ini diberi prioritas utama dan jumlah lembaga pendidikan meningkat luas. Sementara itu dalam bidang militer terdapat perpecahan dalam tubuh tentara.

D. Penutup
Masa percobaan demokrasi merupakan satu masa ketika di dalamnya banyak terjadi aktivitas politik yang bebas. Hal ini dikarenakan maa ini merupakan masa demokrasi liberal dan menganut sistem parlementer. Akan tetapi berbagai dinamika politik ini pada akhirnya telah membawa serangkaian kegagalan merugina di berbagai bidang.

Daftar Pustaka
Poesponegoro, Marwati Djoned dan Nugroho Notosusanto (et.al). 1984.Sejarah
Nasional Indonesia Jilid V. Jakarta: Balai Pustaka.
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi
Sekretariat Negara Indonesia. 1986. 30 Yahun Indonesia Merdeka. Jakarta: PT
Citra Lamtoro Gung Persada