Mengenai Saya

Foto saya
ska bercanda, tidak suka klo di bohongi apalagi sampai di khianati.... terlihat serem n kaku padahal orangnya mengasyikkan dam menyenagkan... jangan melihat orang dari wajah atow tampilannya saja, lihatlah juga dari sikap, perhatian dan perilakunya...

Rabu, 02 Februari 2011

AKHLAK ROSULULLAH

PENGETAHUAN ILMU TASAWUF
Sejak empat belas abad yang silam, al-Qur’an telah menginformasikan bahwa ajaran Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah sebagai rahmat bagi semesta alam (lihat al-Qur’an surat al-An’am ayat: 107). Sayyid Qutb, Ibn Jarir al-Thabary dan Ahmad Mustafa al-Maraghy, sebagai mufassir berpendapat bahwa maksud rahmat ini adalah dapat di terima oleh seluruh umat manusia, apakah mereka dari kalangan mukmin maupun mereka yang bukan mukmin. Dalam arti lain bahwa, rahmatan li  al-‘alamin bisa bermakna bahwa ajaran Islam sejak diturunkannya telah memiliki karakteristik sebagai ajaran yang abadi, sempurna dan universal.
Kebanyakan kalangan muslim percaya bahwa salah satu aspek penting untuk mengetahui keuniversalan ajaran Islam tersebut adalah adanya dorongan untuk senantiasa mencari ilmu pengetahuan dimana saja dan kapan saja umat Islam berada. Dengan adanya dorongan dari ayat-ayat al-Qur’an maupun dalam al-Hadits yang menganjurkan umat Islam agar mencari ilmu pengetahuan inilah yang  menyebabkan lahirnya beberapa disiplin ilmu pengetahuan dalam Islam, dimana salah satu di antaranya adalah lahirnya ilmu tasawuf yang akan dibahas dalam isi makalah ini. Ilmu tasawuf sesungguhnya ialah salah satu cabang dari ilmu-ilmu Islam yang utama, selain ilmu Tauhid (Ushuluddin)dan ilmu Fiqih. Yang mana dalam ilmu Tauhid bertugas membahas tentang soal-soal I’tiqad (kepercayaan) seperti I’tiqad (kepercayaan) mengenai hal Ketuhanan, kerasulan, hari ahir, ketentuan qadla’ dan qadar Allah  dan sebagainya. Kemudian dalam ilmu Fiqih adalah lebih membahas tentang hal-hal ibadah yang bersifat dhahir (lahir), seperti soal shalat, puasa, zakat, ibadah haji dan sebagainya. Sedangkan dalam ilmu Tasawuf lebih membahas soal-soal yang bertalian dengan akhlak, budi pekerti, amalan ibadah yang bertalian dengan masalah bathin (hati), seperti: cara-cara ihlash,khusu’, taubat, tawadhu’, sabar, redhla (kerelaan), tawakkal dan yang lainnya.
Sesuai dengan beban tugas yang diberikan kepada penulis untuk membahas tentang  Bidang Studi Ilmu Tasawuf, maka dalam makalah ini sengaja di batasi uraian pengembangnnya hanya sekitar : Sejarah perkembangan Tasawuf yang  meliputi: Tentang pengertian tasawuf, asal usul tasawuf, tokoh-tokoh tasawuf dan pokok-pokok ajarannya.
SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF
Pada dasarnya sejarah awal perkembangan tasawuf, adalah sudah ada sejak zaman kehidupan Nabi saw. Hal ini dapat dilihat bagaimana peristiwa dan prilaku kehidupan Nabi saw. sebelum diangkat menjadi rasul. Beliau berhari-hari pernah berkhalwat di Gua Hira’, terutama pada bulan ramadlan. Disana Nabi saw lebih banyak berdzikir dan bertafakkur dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pengasingan diri Nabi saw. di Gua Hira’ inilah yang merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat. Dalam aspek lain dari sisi prikehidupan Nabi saw. adalah diyakini merupakan benih-benih timbulnya tasawuf, dimana  dalam kehidupan sehari-hari Nabi saw. sangatlah sederhana, zuhud dan tak pernah terpesona oleh kemewahan duniawi. Hal itu di kuatkan oleh salah satu do’a Nabi saw. , beliau pernah bermohon yang artinya: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku selaku orang miskin”. (HR. al-Tirmizi, Ibn Majah, dan al-Hakim).
Sejarah perkembangan tasawuf berikutnya (periode kedua setelah periode Nabi saw.) ialah periode tasawuf pada masa “Khulafaurrasyidin” yakni masa kehidupan empat sahabat besar setelah Nabi saw. yaitu pada masa Abu Bakar al-Siddiq, Umar ibn al-Khattab, Usman ibn Affan, dan masa Ali ibn Abi Thalib. Kehidupan para khulafaurrasyidin tersebut selalu dijadikan acuan oleh para sufi, karena para sahabat diyakini sebagai murid langsung Nabi saw. dalam segala perbuatan dan ucapan mereka jelas senantiasa mengikuti tata cara kehidupan Nabi saw.  terutama yang bertalian dengan keteguhan imannya, ketaqwaannya, kezuhudan, budi pekerti luhur dan yang lainnya.Salah satu contoh sahabat yang dianggap mempunyai kemiripan hidup seperti Nabi saw. adalah sahabat Umar Ibn al-Khattab, beliau terkenal dengan keheningan jiwa dan kebersihan kalbunya, ia terkenal kezuhudan dan kesederhanaannya. Diriwayatkan pernah suatu ketika setelah  ia menjabat sebagai khalifah (Amirul Mukminin), ia berpidato dengan memakai baju bertambal dua belas sobekan. Selain mengacu pada kehidupan keempat khalifah di atas, para ahli sufi juga merujuk pada kehidupan para “Ahlus Suffah” yaitu para sahabat Nabi saw. yang tinggal di masjid nabawi di Madinah dalam keadaan serba miskin namun senantiasa teguh dalam memegang akidah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Diantara para Ahlus Suffah itu ialah,sahabat Abu Hurairah, Abu Zar al-Ghiffari, Salman al-Farisi, Muadz bin Jabal, Imran bin Husain, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Huzaifah bin Yaman dan lain-lain.
Perkembangan tasawuf selanjutnya adalah masuk pada periode generasi setelah sahabat yakni pada masa kehidupan para “Tabi’in (sekitar abad ke-1 dan abad ke-2 Hijriyah), pada periode ini munculah kelompok(gerakan) tasawuf yang memisahkan diri terhadap konflik-konflik politik yang di lancarkan oleh dinasti bani Umayyah yang sedang berkuasa guna menumpas lawan-lawan politiknya. Gerakan tasawuf tersebut diberi nama “Tawwabun” (kaum Tawwabin), yaitu mereka yang membersihkan diri dari apa yang pernah mereka lakukan dan yang telah mereka dukung atas kasus terbunuhnya Imam Husain bin Ali di Karbala oleh pasukan Muawiyyah, dan mereka bertaubat dengan cara mengisi kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaum Tawwabin ini dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang ahir kehidupannya terbunuh di Kuffah pada tahun 68 .H.H      H.
Sejarah perkembangan tasawuf berikutnya adalah memasuki abad ke-3 dan abad ke-4 Hijriyah. Pada masa ini terdapat dua kecenderungan para tokoh tasawuf. Pertama, cenderung pada kajian tasawuf yang bersifat akhlak yang di dasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah yang biasa di sebut dengan “Tasawuf Sunni” dengan tokoh-tokoh terkenalnya seperti : Haris al-Muhasibi (Basrah), Imam al-Ghazali, Sirri as-Saqafi, Abu Ali ar-Ruzbani dan lain-lain.Kelompok kedua, adalah yang cenderung pada kajian tasawuf  filsafat, dikatakan demikian karena tasawuf telah berbaur dengan kajian filsafat metafisika. Adapun tokoh-tokoh tasawuf filsafat yang terkenal pada saat itu diantaranya: Abu Yazid al-Bustami (W.260 H.) dengan konsep tasawuf filsafatnya yang terkenal yakni tentang “Fana dan Baqa” (peleburan diri untuk mencapai keabadian dalam diri Ilahi), serta “Ittihad” (Bersatunya hamba dengan Tuhan). Adapun puncak perkembangan tasawuf filsafat pada abad ke-3 dan abad ke-4, adalah pada masa Husain bin Mansur al-Hallaj (244-309 H ), ia merupakan tokoh yang dianggap paling kontroversial dalam sejarah tasawuf, sehingga ahirnya harus menemui ajalnya di taing gantungan.
Periode sejarah perkembangan tasawuf pada abad ke-5 Hijriyah terutama tasawuf filsafat telah mengalami kemunduran  luar biasa, hal itu akibat meninggalnya al-Hallaj sebagai tokoh utamanya. Dan pada periode ini perkembangan sejarah tasawuf sunni mengalami kejayaan pesat, hal itu ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh tasawuf sunni seperti, Abu Ismail Abdullah bin Muhammad al-Ansari al-Harawi (396-481 H.), seorang penentang tasawuf filsafat yang paling keras yang telah disebarluaskan oleh al-Bustani dan al-Hallaj. Dan puncak kecemerlangan tasawuf suni ini adalah  pada masa al-Ghazali, yang karena keluasan ilmu dan kedudukannya yang tinggi, hingga ia mendapatkan suatu gelar kehormatan sebagai “Hujjatul Islam”.
Sejarah perkembangan tasawuf selanjutnya adalah memasuki periode abad ke-7, dimana tasawuf  filsafat mengalami kemajuan kembali yang dimunculkan oleh tokoh terkenal yakni Ibnu Arabi. Ibnu Arabi telah berhasil menemukan teori baru dalam bidang tasawuf filsafat yakni tenyang “Wahdatul Wujud”, yang banyak diikuti oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Ibnu Sab’in, Jalaluddin  ar-Rumi dan sebagainya. Kecuali itu pada abad ke-6 dan abad ke-7 ini pula muncul beberapa aliran tasawuf amali, yang ditandai lahirnya beberapa tokoh tarikat besar seperti: Tarikat Qadiriyah oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di Bagdad (470-561 H.), Tarikat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Abul Abbas ar-Rifa’I di Irak (W.578 H.) dan sebagainya. Dan sesudah abad ke-7 inilah tidak ada lagi tokoh-tokoh besar yang membawa ide tersendiri dalam hal pengetahuan tasawuf, kalau toh ada hal itu hanyalah sebagai seorang pengembang ide para tokoh pendahulunya.

PENGERTIAN TASAWUF
Secara etimologi (dari segi bahasa), sedikitnya ada 7 macam asal kata Tasawuf, diantaranya: (1) Tasawuf berasal dari kata Saff, yang artinya barisan dalam shalat berjamaah. Alasannya adalah bahwa seorang sufi itu memiliki iman yang kuat dan selalu memilih sah terdepan dalam shalat berjamaah. (2) Tasawuf berasal dari kata Saufanah, yaitu sejenis buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di gurun pasir Saudi Arabia. Pengambilan kata ini karena kebanyakan orang-orang sufi itu memakai pakaian berbulu dan hidup dalam kegersangan fisik. (3) Tasawuf berasal dari kata Suffah, artinya pelana kuda yang biasa digunakan oleh para sahabat Nabi saw. yang miskin untuk bantal tidur diatas bangku batu yang terdapat di samping masjid nabawi (Madinah). (4) Tasawuf (Sufi) adalah merujuk pada kata Safwah, yang berarti sesuatu yang terpilih atau yang terbaik. Karena diyakini bahwa seorang sufi itu biasa memandang dirinya sebagai orang pilihan atau oarang yang terbaik. (5) Tasawuf juga berasal dari akar kata Safa atau Safw, artinya bersih atau suci, maksudnya seorang sufi itu kehidupannya di arahkan pada pensucian batin untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. (6) Tasawuf yang dalam bahasa Yunani berasal dari kata Theosophi (Theo=Tuhan, dan Sophos=Hikmah), artinya hikmat Ketuhanan, dengan alasan karena ajaran tasawuf banyak membicarakan masalah Ketuhanan. (7) Dan Tasawuf juga berasal dari akar kata Suf, artinya Wol atau kain kasar dari bulu domba. Disebut demikian , karena orang-orang sufi itu kebanyakan memakai pakaian yang terbuat dari bulu binatang, sebagai lambang kemiskinan dan kesederhanaan yang biasa dilawankan dengan pakaian sutra yang biasa di pakai oleh orang-orang kaya.
Adapun pengertian Tasawuf secara Terminologi (menurut arti istilah), terdapat beberapa pendapat dari para tokoh, diantaranya: (1)Menurut Abu Yazid al-Bustami secara luas mendefinisikan bahwa, tasawuf itu mencakup tiga aspek penting, yakni melepaskan diri dari perangai yang tercela, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mendekatkan diri kepada Tuhan. (2) Ma’ruf al-Karkhi (W.200 H.) mendefinisikan bahwa, Tasawuf ialah mengambil hakikat dan tidak tamak dari apa yang ada dalam genggaman tangan makhluk. (3) Hamka, memberi istilah bahwa, Tasawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam, supaya dia mudah menuju pada Allah Swt. (4) Adapun yang dimaksud dengan istilah sufi, menurut Sahl at-Tustari ialah orang yang bersih dari kekeruhan , penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah Swt. Dan baginya tiada beda antara harga emas dengan pasir.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa yang di maksud dengan tasawuf ialah suatu ketekunan dalam beribadah, persembahan yang berhubungan langsung dengan Allah (sufi), menjauhkan diri dari hal kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang di buru oleh kebanyakan manusia, seperti kelezatan dan harta benda dan selalu menghindarkan diri dari makhluk di dalam berkhalwat (mengasingkan diri) untuk beribadah.
ASAL-USUL TASAWUF
Teori mengenai asal timbulnya tasawuf atau munculnya aliran sufisme dalam Islam terdapat beberapa perbedaan, diantaranya:
  • Adanya pengaruh Kristen, yakni dengan faham menjahui dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara. Dalam literatur Arab terdapat tulisan tentang “Rahib” yang mengasingkan diri di padang pasir Saudi Arabia, lampu yang mereka pasang di malam hari menjadi petunjuk jalan bagi kafilah yang berlalu, kemah mereka yang sederhana menjadi tempat berlindung bagi orang yang kemalaman dan kemurahan hati mereka menjadi tempat memperoleh makan bagi musafir yang kelaparan. Hampir ada kesamaan dengan Zahid dan Sufi dalam Islam, dimana mereka meninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri, hal itu diyakini adalah atas pengaruh cara hidup para rahib Kristen tersebut.

  • Pengaruh Falsafah Mistik Pythagoras. Falsafah Mistik Pythagoras berpendapat, bahwa roh manusia itu bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh, kesenangan roh yang sebenarnya adalah di alam samawi. Manusia harus membersihkan roh dengan meninggalkan kehidupan materi yaitu dengan jalan Zuhud, untuk selanjutnya berkontemplasi. Ajaran Pythagoras untuk meninggalkan dunia dan pergi berkontemplasi, inilah menurut sebagian orang yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam Islam.
  • Falsafah Emanasi Plotinus. Falsafah Emanasi Plotinus mengatakan bahwa, wujud ini memancar dari Zat Tuhan yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya kealam materi, roh menjadi kotor, dan untuk dapat kembali ketempat asalnya roh harus lebih dulu di bersihkan. Pensucian roh ialah dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin, kalau bisa bersatu dengan Tuhan.
  • Ajaran Budha Dengan Faham Nirwananya. Untuk mencapai nirwana, orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Faham Fana’ yang terdapat dalam sufisme hampir serupa dengan faham nirwana.
  • Ajaran Hinduisme. Ajaran Hindu yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dengan Brahman.
  • Menurut Harun Nasution. Teori-teori yang menyatakan bahwa ajaran tasawuf itu di pengaruhi oleh unsur-unsur asing, sebagaimana uraian keterangan di atas,adalah sulit dibuktikan kebenarannya. Sebab dalam ajaran Islam sendiri terdapat ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadits yang menggambarkan tentang dekatnya manusia dengan Tuhannya. Diantaranya terdapat dalam al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 186 menunjukkan, yang artinya: “Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat”. Dalam ayat yang lain  seperti al-Qur’an Surat Qaff ayat 16, juga menyebutkan yang artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari urat lehernya”.
TOKOH-TOKOH TASAWUF DAN POKOK-POKOK AJARANNYA
Dalam kajian ilmu tasawuf, telah lahir beberapa ulama dalam bidang Tasawuf, mereka diantaranya yang sangat terkenal ialah:
  • Syeikh Hasan Basri (wafat 110 H.)
  • Syeikhah Rabiatul Adawiyah (wafat 135 H.)
  • Syeikh Sufyan Tsuri (wafat 161 H.)
  • Syeikh Ibrahim bin Adham (wafat 161 H.)
  • Syaikh Syaqiq al-Balakhi (wafat 195 H.)
  • Syeikh Ma’ruf al-Kharkhi (wafat 200 H.)
  • Syeikh Siri Siqthi (wafat 257 H.)
  • Syeikh Dzun Nun al-Mishri (wafat 245 H.)
  • Syeikh Juneid al-Bagdadi (wafat 297 H.)
  • Syeikh Abu Yazid al-Busthami (wafat…H.)
  • Syeikh Abu Thalib al-Makki (wafat 386 H.)
  • Syeikh al-Qusyairi (wafat 465 H.)
  • Hujatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (wafat 505 H.)
  • Syeikh Husain bin Mansur al-Hallaj (wafat 309 H.)
  • 15.Syeikh Ibnu Arabi dan masih banyak yang lainnya.



Adapun pokok-pokok ajaran dari para tokoh tersebut di atas, dalam makalah ini hanya akan di kutip dari sebagaian pendapat saja, diantaranya:
  • Sufyan as Sauri, seorang tokoh sufi dari kalangan tabi’in yang terkenal kealimannya, mendasarkan pokok ajaran tasawufnya berdasarkan zuhud dan wara’. Zuhud adalah keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian. Sedang Wara’ dalam konsep tasawuf artinya, selalu menjauhi hal-hal yang tidak baik (meninggalkan segala hal yang di dalamnya terdapat “Subhat” atau keragu-raguan).
  • Dzun Nun al-Mishri, adalah disamping seorang sufi, ia juga seorang ahli kimia. Dalam tasawuf ia dikenal sebagai peletak dasar ajaran tentang “makrifat”, menurutnya pengetahuan tentang Tuhan itu mempunyai tiga tingkatan, yaitu: (1) Pengetahauan awam, yaitu pengetahuan tentang Tuhan dengan perantaraan ucapan kalimat Syahadat. (2) Pengetahuan Ulama, yaitu pengetahuan tentang Tuhan dengan alat logika dan akal. (3) Pengetahuan sufi (‘arif), yaitu pengetahuan tentang Tuhan dengan hati sanubari. Pengetahuan sufi ini di sebut juga dengan “makrifat”, yaitu kemampuan hati sanubari untuk melihat Tuhan.
  • Hasan al-Basri, seorang sufi yang pernah belajar tentang ilmu kerohanian kepada sahabat Ali Bin Abi Thalib, adalah seorang yang paling masyhur dalam konsep zuhudnya. Dimana ia mendasarkan konsep zuhudnya itu dengan “Khauf” yaitu takut dengan kemurkaan Allah, dan “Raja’” yaitu senantiasa mengharapkan karunia Allah Swt. Oleh sebab itu al-Basri pernah mengatakan : Jauhilah dunia ini, karena ia sebenarnya serupa dengan ular, licin pada perasaan tangan, tetapi racunnya mematikan.
  • Rabiatul Adawiyah, seorang anak keluarga miskin yang hidup sebagai hamba sahaya, kemudian menjalani hidup zuhud, hari-harinya dihabiskan diatas tikar sajadah. Yang mendorong Rabiah Adawiyah berlaku demikian, karena mempunyai keyakinan bahwa bersatunya hamba dengan Tuhannya adalah terletak pada “Mahabbah” atau rasa cinta yang benar kepada Tuhan. Sehingga tak ada yang tersisa lagi waktu dan ruang hatinya selain rasa cinta kepada Allah Swt. Konsep Mahabbah (cinta) Rabiah Adawiyah ini tergambar dalam salah satu syairnya yang terkenal, seperti: “Tuhanku, jika ku puja Engkau karena takut pada neraka, maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika ku puja Engkau karena mengharapkan surga, maka jauhkanlah aku dari padanya. Tetapi jika Engkau kupuja semata-mata karena Engkau, maka janganlah sembunyikan kecantikan-Mu yang kekal itu dari diriku”.
  • Abu Yazid al-Bustami, seorang tokoh sufi filsafat yang paling berani, hal ini seperti tercermin dalam konsep ajarannya tentang “As-Sakr” (mabuk Ketuhanan), “fana” dan “Baka” (peleburan diri untuk mencapai keabadian dalam diri Ilahi) dan konsep ajarannya tentang “Ittihad” (bersatunya dengan Tuhan). Ia pernah mengucapkan kata-kata terkenal dalam dunia tasawuf seperti, : “Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tiada Tuhan kecuali Aku, maka sembahlah Aku”. Ucapan demikian biasa di sebut “Syatahat” (bentuk tunggal dari kata, Syatah) yaitu ucapan seorang sufi ketika ia dalam keadaan “Ekstase” (mabuk Ketuhanan).
  • Abu Hamid al-Ghazali (Imam al-Ghazali), seorang yang mendapatkan gelar “Hujjatul  Islam” karena keluasan ilmunya, mendasarkan pokok ajaran tasawufnya pada bentuk maqamat dan ahwal, melalui tahapan-tahapan latihan jiwa dan rohaniah tertentu, sehingga seorang akan sampai pada tingkatan “fana”,  “tauhid” , “makrifat” dan “sa’adah” (kebahagiaan abadi). Dalam konsep makrifat, al-Ghazali menjelaskan bahwa orang yang yang mempunyai makrifat tentang Tuhan, adalah “arif”, dimana mereka tidak akan mengatakan dalam ucapannya itu : “Ya Allah atau Yaa Rabb”, karena memanggil Tuhan dengan cara yang demikian berarti Tuhan itu jauh berada dibelakang tabir, pada hal seorang yang sedang duduk berhadapan dengan temannya, mereka tidaklah akan memanggil temannya itu. Dan makrifat bagi al-Ghazali juga bisa sampai kepada memandang wajah Allah Swt.
  • Husain bin Mansur al-Hallaj, seorang yang mengembangkan konsep tasawuf dengan ajaran tentang “al-Hulul”, yaitu faham yang menyebutkan bahwa Tuhan itu memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu di lenyapkan. Bagi al-Hallaj bahwa, didalam diri manusia itu terdapat sifat-sifat kemanusiaan (an-nasut) dan sifat-sifat Ketuhanan (al-Lahut), bila manusia telah dapat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaan dari dirinya dengan jalan fana, maka yang tinggal di dalam dirinya hanyalah sifat-sifat Ketuhanan. Ketika itulah Tuhan akan masuk di dalam diri manusia yang di sebut “al-Hulul”. Teori lain yang di kembangkan al-Hallaj ialah teori tentang “Hakikat al-Muhammadiyah” (Nur Muhammad), Dimana Nur Muhammad adalah tidak mengalami kematian, karena bersifat qadim, sebagaimana qadimnya Zat Tuhan.
  • Ibnu Arabi, seorang tokoh tasawuf filsafat yang mendasarkan konsep tasawufnya tentang  “Wahdatul Wujud”, yakni suatu teori yang memandamng bahwa wujud mutlak dan hakiki itu adalah Allah Swt. Sedangkan wujud “ka’inat” (alam) ini hanyalah wujud “majazi” (kiasan)yang bergantung pada wujud Tuhan. Dengan demikian pada dasarnya wujud yang sebenarnya adalah satu, yaitu wujud Allah Swt.Fenomena alam yang serba ganda ini hanya merupakan wadah tajali (penampakan lahir dari) Allah Swt.





















AKHLAK ROSULULLAH
·                     Saudaraku, islam sampai kepada kita saat ini tidak lain berkat jasa Baginda Rasulullah Muhammad SAW sebagai sosok penyampai risalah Allah SWT yang benar dan di ridhoi. Dan nanti di padang mahsyar, tiap umat islam pasti akan meminta syafa’at dari beliau SAW dan menginginkan berada di barisan beliau SAW. Namun, pengakuan tidaklah cukup sekedar pengakuan. Pasti yang mengaku umat beliau SAW akan berusaha mengikuti jejak beliau dengan jalan mengikuti sunnah-sunnah beliau dan senantiasa membasahi bibir ini dengan mendo’akan beliau dengan cara memperbanyak bersholawat kepada beliau SAW.

Sejarah tak akan mampu mengingkari betapa indahnya akhlak dan budi pekerti Rasulullah tercinta, Sayyidina Muhammad Sholallohu ‘alaihi wa sallam hingga salah seorang istri beliau, Sayyidatina A’isyah Rodhiyallahuanha mengatakan bahwa akhlak Rasulullah adalah “Al-Qur’an”. Tidak satu perkataan Rasulullah merupakan implementasi dari hawa nafsu beliau, melainkan adalah berasal dari wahyu ilahi. Begitu halus dan lembutnya perilaku keseharian beliau. Rasulullah SAW adalah sosok yang mandiri dengan sifat tawadhu’ yang tiada tandingnya.
·                     Beliau pernah menjahit sendiri pakaiannya yang koyak tanpa harus menyuruh istrinya. Dalam berkeluarga, beliau adalah sosok yang ringan tangan dan tidak segan-segan untuk membantu pekerjaan istrinya di dapur. Selain itu dikisahkan bahwa beliau tiada merasa canggung makan disamping seorang tua yang penuh kudis, kotor lagi miskin. Beliau adalah sosok yang paling sabar dimana ketika itu pernah kain beliau ditarik oleh seorang badui hingga membekas merah dilehernya, namun beliau hanya diam dan tidak marah.
·                     Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa ketika beliau mengimami sholat berjamaah, para sahabat mendapati seolah-olah setiap beliau berpindah rukun terasa susah sekali dan terdengar bunyi yang aneh. Seusai sholat, salah seorang sahabat, Sayyidina Umar bin Khatthab bertanya, “Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah baginda menanggung penderitaan yang amat berat. Sedang sakitkah engkau ya Rasulullah? “Tidak ya Umar. Alhamdulillah aku sehat dan segar.” Jawab Rasulullah. “Ya Rasulullah, mengapa setiap kali Baginda menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi-sendi tubuh baginda saling bergesekkan? Kami yakin baginda sedang sakit”. Desak Sayyidina Umar penuh cemas.
·                     Akhirnya, Rasulullahpun mengangkat jubahnya. Para sahabatpun terkejut ketika mendapati perut Rasulullah SAW yang kempis tengah di lilit oleh sehelai kain yang berisi batu kerikil sebagai penahan rasa lapar. Ternyata, batu-batu kerikil itulah yang menimbulkan bunyi aneh setiap kali tubuh Rasulullah SAW bergerak. Para sahabatpun berkata, “Ya Rasulullah, adakah bila baginda menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya untuk tuan?”. Baginda Rasulullah pun menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apapun akan kalian korbankan demi Rasulmu. Tetapi, apa jawabanku nanti dihadapan Allah, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban bagi umatnya? Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah buatku, agar kelak umatku tak ada yang kelaparan di dunia ini, lebih-lebih di akhirat nanti.
·                     Teramat agung pribadi Rasulullah SAW sehingga para sahabat yang ditanya oleh seorang badui tentang akhlak beliau SAW hanya mampu menangis karena tak sanggup untuk menggambarkan betapa mulia akhlak beliau SAW. Beliau diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia dan sebagai suri tauladan yang baik sepanjang zaman.
·                     Saudaraku, sungguh kehadiran Rasulullah SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia lewat segala hal yang beliau contohkan kepada umat manusia. Beliau tidak pernah pandang bulu dalam hal menghargai manusia, penuh kasih sayang, tidak pernah mendendam, malahan beliau pernah menangis ketika mengetahui bahwa balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala hingga menginginkan umat manusia untuk meng-esakan Allah SWT.
·                     Cukup kiranya beliau yang jadi suri tauladan kita, umat islam khususnya yang hari ini sebagian sudah sangat jauh dari akhlak Rasulullah, baik dalam tindakan maupun perkataan yang menyejukkan. apa yang dikatakan oleh seorang sastrawan Pakistan, Muhammad Iqbal dalam salah satu karyanya dapat kita jadikan renungan bersama dimana beliau berkata: “Barangsiapa yang mengaku umat Nabi Muhammad, hendaklah berakhlak seperti beliau (Nabi Muhammad)”.
·                     Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa “Belum beriman seseorang sehingga aku (Rasulullah Muhammad SAW) lebih dicintainya daripada ayahnya, anak-anaknya dan seluruh manusia”(HR. Bukhari). Kita tidak tahu apakah nanti akan di akui Rasulullah sebagai umatnya atau tidak kelak di yaumil kiamah. Namun satu yang pasti bahwa semua ingin berada di barisan beliau. maka, marilah kita sama-sama berusaha untuk mengikuti akhlak beliau SAW semampu diri kita, sebagai suri tauladan kita yang utama, memperbanyak ucapan sholawat untuknya, membela sunnahnya, bukan malah membelakanginya (mari berlindung dari hal demikian), sebagai bagian dari rasa cinta kita terhadapnya.
·         Dimulai dari akhlak dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
·         1. Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan Pribadi
Akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang manusia secara pribadi, dapat kita contoh dalam kegiatan Beliau sehari-hari, mulai dari cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, marah, tertawa, beribadah pada-Nya, dan lain sebagainya.
·         1.1 Rasulullah SAW Tidur
Rasulullah SAW biasa tidur di awal malam, dan bangun di sepertiga malam terakhir.
Selain itu, Rasul juga melarang kita untuk menceritakan mimpi yang jelek, dan bersyukur kepada Allah SWT jika bermimpi indah, serta diperbolehkan untuk menceritakannya kepada yang lain.
·         Hikmah:
Kebiasaan bangun di penghujung malam kemudian melaksanakan shalat malam, memiliki efek positif terhadap tubuh dan pikiran manusia. Bagaimana tidak, setelah seharian penat bekerja, disibukkan oleh berbagai kegiatan dan tugas-tugas yang kadang membuat manusia stres, jiwa manusia memerlukan suatu “refreshing”, penenangan, dan pemulihan semangat. Dengan bangun di penghujung malam yang hening, di saat kebanyakan orang sedang terlelap tidur dan terbuai di alam mimpinya, kita bangun untuk mendekatkan diri pada-Nya, mengingat-Nya(dzikrullah) dan bermuhasabah(introspeksi diri).
Kebiasaan seperti ini akan membuat manusia selalu mawas diri dan menyadari akan tugas hidupnya di dunia, segala tindakannya akan senantiasa terkendali, dan akan selalu mendapatkan semangat hidup yang positif untuk memaknai sisa hidupnya.
·         Sedangkan kebiasaan mensyukuri mimpi yang indah serta menceritakannya kepada yang lain, adalah hal yang baik, karena dengan bersyukur menyebabkan manusia berpikir positif dan mungkin akan menjadi sugesti yang baik bagi yang bersangkutan. Sedangkan larangan untuk menceritakan mimpi yang tidak baik, bertujuan untuk menghindari sugesti yang jelek yang menyebabkan berkurangnya produktifitas orang yang bersangkutan, dikarenakan selalu dihantui oleh mimpi jeleknya.
·         1.2 Rasulullah SAW Makan dan Minum
Rasulullah SAW selalu memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasul hanya makan makanan yang dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari segi jumlahnya, Beliau tidak makan berlebihan; beliau makan di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.
·         Hikmah:
Kebiasaan memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, adalah salah satu bentuk syukur kita atas semua rezeki dan nikmat yang Allah SWT berikan. Menjaga kehalalan dan kesederhanaan makanan yang kita konsumsi, memiliki efek yang sangat baik terhadap tubuh, karena makanan yang dihalalkan Allah SWT sudah pasti memiliki kandungan-kandungan zat yang sangat baik untuk tubuh manusia, begitupun dalam kesederhanaan jumlah makanan yang masuk ke tubuh, hal ini juga akan berefek pada kerja organ-organ pencernaan.
·         1.3 Rasulullah SAW Tersenyum, dan Berbicara
Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang menjadi pendengarnya.
·         Hikmah:
Sikap yang ramah dan murah senyum akan membuat orang lain senang, merasa aman, dan jauh dari perasaan terancam. Dengan demikian, akan menumbuhkan serta menguatkan tali silaturahmi.
·         Sedangkan kebiasaan untuk berbicara yang baik akan menghindarkan manusia dari kecelakaan yang disebabkan oleh lisannya. Begitu juga dengan cara bicara yang tenang dan jelas, akan membuat pesan yang ingin kita sampaikan dapat dengan mudah diterima oleh orang yang kita maksud.
·         1.4 Rasulullah SAW Berjalan dan Bergaul
Rasulullah SAW selalu berjalan dengan sikap yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam; jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap laki-laki maupun perempuan. Rasul pun melarang berbaurnya laki-laki dan perempuan di jalanan.
·         Hikmah:
Sikap yang wajar dalam berjalan, serta memalingkan wajah dan seluruh badan merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain, hal ini juga yang akan menjauhkan manusia dari permusuhan, bahkan sebaliknya akan menumbuhkan tali silaturahmi atau bahkan menguatkan ikatan yang sudah terjalin.
·         Kebiasaan menjaga pandangan, akan menyelamatkan manusia dari kecelakaan yang bermula dari mata yang menyebabkan nafsu syahwat. Begitupun dengan larangan berbaurnya laki-laki dan perempuan, hal ini akan menjauhkan dari perbuatan maksiat, memuliakan wanita dari pelecehan dan kejahatan.
·         2. Akhlak Rasulullah SAW dalam Berkeluarga
2.1 Anjuran Rasulullah SAW untuk menyegerakan menikah
Menikah merupakan salah satu sunnah Rasul yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu memiliki hasrat dan kecenderungan terhadap lawan jenis.
·         2.2. Rasulullah SAW Memperlakukan Isteri-Isterinya
Beliau adalah seorang suami yang sangat bertanggung jawab, menafkahi isteri-isterinya, baik lahir maupun batin. Beliau sangat memuliakan isteri dan anak-anak. Pernah suatu saat, salah seorang isterinya mau menaiki unta, beliau berjongkok dan memberikan pahanya untuk dijadikan tumpuan oleh isterinya. Di dalam kisah lain juga disebutkan, bahwa beliau melindungi wajah salah seorang isterinya dengan kain sorban di siang hari yang sangat terik. Di dalam rumah pun, beliau tidak pernah bersikap kasar jika ada hal yang tidak berkenan, beliau memanggil isteri-isterinya dengan panggilan yang disukai dan senantiasa penuh kelembutan.
·         Hikmah:
Dengan menikah, manusia akan memiliki media yang penyaluran hasrat seksual yang lebih mulia daripada binatang, sah dan terhormat di hadapan Allah SWT dan manusia lainnya, serta bisa menjauhkan diri dari pergaulan bebas yang menghinakan diri dan keluarganya. Menikah dan berumah tangga juga merupakan sarana pendewasaan manusia dalam hal berpikir dan bersikap, mereka terkena hak dan kewajiban satu sama lain untuk saling memahami, saling mengasihi, mau berkorban satu sama lain, dan saling menjaga amanat yang diembannya.
·         Menikah merupakan salah satu sarana ibadah yang sangat agung dan indah. Pantaslah jika Rasul menganjurkan para pemuda untuk menikah di awal masa mudanya(yang telah akil baligh) untuk menyegerakan menikah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan.
·         3. Akhlak Rasulullah SAW dalam Bermasyarakat
Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, tangannya ringan untuk memberi dengan apa yang ada di sisinya. Beliau kadang berhutang, kemudian membayarnya lebih besar dari hutangnya. Beliau juga membeli sesuatu tanpa menawar kemudian memberikannya pada penjualnya. Rasul juga sering menerima hadiah kemudian membalasnya dengan yang lebih banyak dan lebih baik.
·         Hikmah:
Kebiasaan memberi atau berkorban untuk orang lain, akan menjauhkan manusia dari sifat-sifat tercela(egois, tamak, kikir, dsb). Orang yang pemurah, pengasih akan senantiasa memikirkan kebaikan untuk orang lain, dan menjauhi hal-hal yang akan merugikan orang lain, misalnya: penyalah gunaan jabatan untuk kepentingan pribadinya, korupsi (mengambil hak orang lain).
·         4. Kepemimpinan Rasulullah SAW
Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin yang demokratis, selalu mengutamakan musyawarah dalam kepemimpinannya. Jika ada pendapat dari seseorang yang beliau anggap benar, maka beliau akan mengamalkannya.
·         Sikap Rasul yang demokratis ini merupakan salah satu kunci keberhasilannya dalam memimpin umat. Beliau sangat bijaksana, tetap pemaaf dan lemah lembut menyikapi segala perbedaan.
Rasul juga seorang panglima perang yang berani, beliau selalu ada di barisan paling depan pada setiap pertempuran.
·         Hikmah:
Perbedaan merupakan salah satu fitrah kehidupan, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapinya. Cara terbaik untuk menyikapi perbedaan itu adalah dengan bermusyawarah. Jabatan sebagai pemimpin bukan berarti menghalangi manusia untuk menerima kebenaran dari siapapun, termasuk dari bawahannya sekalipun.
·         Sedangkan jiwa patriotis dari seorang pemimpin bisa menjadi motvasi yang sangat kuat bagi pengikutnya untuk mencontoh dan melakukan hal yang sama dengan pemimpinnya. Hal inilah yang akan membuat suatu negara menjadi kuat.
·         5. Akhlak Rasulullah SAW dalam Perekonomian
Rasulullah SAW adalah salah satu contoh seorang enterpreneur. Di awal masa remajanya, Beliau telah ikut pamannya berdagang ke negeri Syam. Akhlak Rasul dalam berdagang dan menjalankan bisnisnya adalah selalu berusaha memuaskan mitra bisnisnya, senantiasa jujur dan adil. Sehingga mitra bisnis tidak pernah mengeluh dan kecewa.
·         Hikmah:
Dengan memiliki etos kerja yang tinggi, manusia akan terhindar dari kemiskinan dan kekurangan materi, hal ini karena setiap manusia itu sebenarnya sudah memiliki jatah rezeki masing-masing, tinggal bagaimana usaha mereka dalam menjemput rezeki yang sudah disediakan oleh-Nya. Jiwa enterpreneur/wirausaha membuat manusia tidak menggantungkan nasibnya pada orang lain. Dia bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, tanpa meminta kepada orang lain untuk mempekerjakannya. Wirausaha membuat orang terbiasa untuk memberi, bukan meminta. Akhlak yang baik terhadap rekan bisnis pun sangatlah penting, karena hal ini akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan melanggengkan kerja sama yang saling menguntungkan.
·         Masih banyak contoh akhlak Rasulullah SAW yang harus kita tahu dan kita terapkan dalam kehidupan kita.
·         Akhir kata, masih banyak kekurangan dan hal-hal yang harus penulis perbaiki, dan semoga kita sama-sama bisa terus memperbaiki diri. Semoga tulisan ini bisa menjadi motivator untuk kita semua, memperbaiki diri, dimulai dari diri sendiri, dari hal kecil dan dari saat ini, dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai sosok rujukan. Semoga sisa hidup kita lebih baik, dan kembali pada-Nya dalam keadaan khusnul khatimah.


Segala puji hanya milik Allah, dan solawat dan salam kepada Rasulullah saw beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari pembalasan… selanjutnya:
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Ketika Allah SWT mengutus Rasul-Nya -saw-, maka bersatu suku-suku kaum yang telah berpecah belah, lenyap permusuhan antara kabilah dan kelompok serta suku kaum, dan ditetapkan batasan-batasan dan hukum-hukum dalam berperang, meletakkan dasar-dasar akhlak, menyempurnakan nilai-nilai kemuliaannya sehingga terbentuk darinya umat yang dibangun oleh dasar-dasar kebebasan, menegakkan kebenaran, keadilan dan persamaan antara sesama manusia, tanpa perbezaan warna, jantina, kelas atau tingkatan.
Tidak akan tegak suatu umat kecuali kerana kebaikan yang dilakukan pada masa awal dan akhirnya, sebagaimana tidak akan berdiri suatu umat kecuali dengan meneladani Rasulullah saw.
Oleh kerana itu, umat Islam harus mempelajari sirah Nabi saw, sehingga mereka dapat menerapkan nilai-nilainya dan pelajarannya dalam diri mereka dan membuat mereka menjadi ikutan bagi manusia dalam istiqamah dan kebaikan sejarah hidup mereka, lurus jalan hidupnya melalui dakwah mereka dalam melakukan reformasi.
Sehingga itu semua; Nabi saw kembali menjadi cahaya yang terang benderang dan mengusir kegelapan kehidupan mereka, serta memberikan hawa sejuk dan kehangatan ke dalam hati, fikiran dan perilaku.
Sebagaimana -dengan itu pula- masyarakat Islam akan dapat mengembalikan integritinya, istiqamahnya dan keteladanannya serta kembali mampu berada di bahagian hadapan dalam kepemimpinan di seluruh bangsa di dunia, sebagimana firman Allah SWT:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”. (QS Ali Imran:110)

Bahwasanya krisis yang paling serius yang terjadi pada saat ini adalah krisis keteladanan; keteladanan yang baik dan soleh di tahap masyarakat dan bangsa, bukan hanya pada tahap individu, kerana –alhamdulillah- kita mempunyai peribadi teladan, namun bangsa tidak dapat berubah oleh individu yang kecil, melainkan nasib bangsa-bangsa memerlukan perubahan kolektif dan kerja secara kolektif, dan jika terjadi kekosongan yang panjang dalam masalah ini, maka akan menjadi ancaman krisis bagi seluruh dunia bahkan akan runtuh kehidupan bangsanya dan mengalami kegagalan sistem yang ada dan pada akhirnya akan berpaling dari Allah SWT.
Wahai Ikhwanul Muslimin…
Wahai umat Islam seluruhnya…
Sesungguhnya umat Islam ketika ini sangat perlu untuk mengingati sirah dan mengenang perjalanan hidup nabi Muhammad saw yang telah menanggung beban menghadapi berbagai ujian, celaan dan siksaan, sabar dalam meniti jalan yang berat dan penuh onak dan duri demi tegaknya ajaran Islam dan terbangunnya jati diri dan umat yang mulia sehingga mereka menjadi teladan yang baik secara nyata, menghilangkan “wahm”(keraguan) dalam jiwa mereka dan menghancurkan kesewenangan dan ketidakadilan di negara mereka.
Setiap muslim dan muslimah memiliki kewajiban untuk meneladani Rasulullah saw dalam berbagai aspek kehidupan mereka, kerana perkara tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai keamanan dan kebahagiaan di dunia serta keberuntungan dan nikmat di akhirat.
Meneladani Rasulullah saw dapat ditinjau dari berbagai sudut:
1. Ibadah: Bahwa beliau adalah orang yang paling tahu dan mengenal Allah, orang yang paling takut dan bertaqwa, namun beliau orang yang kadang-kadang berpuasa dan kadang-kadang berbuka, tidur dan bangun serta menggauli wanita (isteri) dengan baik, namun tidak mempengaruhi keadaan beliau sebagai orang yang paling banyak beribadah.
2. Berinteraksi dengan tetangga: Nabi saw bersabda:
“Jibril selalu mewasiatkan kepada saya tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa tetangga mendapat hak warisan”. (Muttafaq alaih)
3. Berinteraksi dengan sesama manusia: Beliau kadang-kadang menjual dan membeli, sangat sopan jika menjual dan sangat ramah jika membeli, ramah ketika memutuskan hukum dan ramah pula saat menuntut hukuman.
4. Akhlaq dan perilaku secara umum: Nabi saw adalah sebaik-baik manusia dalam berakhlaq dan beretika, orang yang paling mulia dan paling bertaqwa dalam berinteraksi. Allah berfirman sambil memuji nabi saw:
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlaq yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)

Dan Aisyah pernah berkata ketika ditanya kepadanya tentang akhlaq nabi saw, beliau berkata:
“Akhlaq nabi adalah Al-Qur’an”. (HR Muslim)
5. Damai dan Perang serta selalu menghormati dan memenuhi janji: “Rasulullah saw masuk ke kota Madinah dengan mengangkat bendera perdamaian.
Ketika masuk kota Madinah beliau berkata:
“Wahai sekelian manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, solat malamlah ketika orang lain tidur lelap niscaya masuk surga dengan selamat”. (HR Tirmidzi dari Abdullah bin Salam)
Dan ketika memasuki kota Makkah setelah berhasil menaklukkannya, beliau berkata kepada orang yang memusuhi dan memeranginya:
“Pergilah kamu, hari ini kamu bebas”.
Demi Allah, Sungguh sangat menakjubkan sejarah hidupmu, wahai Rasulullah. Sungguh agung perilaku dan akhlakmu, sehingga semua itu adalah madrasah Ilahiyah bagi setiap pemimpin, bagi setiap presiden, bagi setiap penguasa, bagi setiap komandan, bagi setiap hakim, bagi setiap ahli politik, bagi setiap guru, bagi setiap pasangan suami isteri, bagi setiap ibubapa.
Engkau adalah suri tauladan yang sempurna bagi seluruh manusia, dan bagi setiap yang menginginkan kesempurnaan dalam berbagai bentuk dan manifestasi, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada Nabi Muhammad saw untuk kami semua, dan segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada mu untuk umat manusia seluruhnya.
Umat Islam memperingati sirah Rasulullah saw setiap hari
Kita memperingati sirah dan kehidupan Rasulullah saw bukan sehari dalam sebulan, namun kita melakukannya setiap hari dan bukan sekali dalam sehari dalam satu hari namun puluhan kali; ketika ada seruan dan ajakan kepada solat, dunia seluruhnya menjawab seruan azan; aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Setiap kali bertasyahud dalam solat, seorang muslim seakan-akan bertemu Rasulullah saw dengan mengucapkan salam: “Assalamu’alaika Ayyuhan nabi”, seakan-akan mengunjunginya secara maknawi dan bertemu dengannya, menyambut dan melahirkan rasa sukacita kepadanya.
Manusia cenderung terjerumus ke lembah kehancuran
Bagi para pemerhati situasi dunia ketika ini akan melihat bahwa ramai manusia yang cenderung kepada hawa nafsu yang menghinakan seakan-akan datang kepada semua orang dan hampir semuanya, dan dunia kini dibahagikan menjadi dua kelompok:
1. Kelompok pertama ialah yang mempunyai kekuatan di mana dengan taringnya ingin mendominasi pihak lain dan memaksakan kehendak dari apa yang mereka inginkan, membuat perjanjian yang menjadi sebab untuk merampas sumber semulajadi alam mereka dan menjadikan diri mereka sebagai pemimpin mereka, dan selanjutnya mencegah mereka dari kebebasan dan kedaulatan di atas tanah mereka serta kebebasan melakukan tindakan dari potensi yang mereka miliki. Selain itu mereka juga menyalakan api peperangan yang mereka istilahkan sebagai tindakan preventif, hanya untuk mengamankan dan melancarkan kepentingan mereka sendiri, membatasi kebebasan dan kemerdekaan warga yang bergolak dalam diri mereka untuk melakukan penentangan terhadap ketidakadilan, mengembalikan hak-hak dan kebebasan bangsa serta menolak penjajahan.
Bahkan, mereka tidak melakukan itu sahaja, namun mereka juga menghidupkan api peperangan antara anak-anak bangsa dalam satu negara (perang saudara), sehingga anak bangsa tersebut meminta perlindungan dan bantuan kepada mereka dan bergantung kepada pertolongan mereka.
2. Kelompok kedua adalah kelompok yang lemah dan dihinakan kerana kemiskinan dan kebodohan, dibutakan oleh penyakit, dan kelemahannya kian terus bertambah oleh adanya pemerintah kuku besi yang membatasi kebebasan dan menurunkan berbagai macam warna dari ketidakadilan, menutup berbagai segi mata pencarian dan enggan melakukan pembaikan kecuali harus tunduk pada kekuasaannya, menguasai segala potensi yang dimiliki, menghisap apa yang tersisa dari darahnya, melakukan penganiayaan hingga ke noktah yang maksima sehingga menuju ke puncak penyiksaan di saat adanya usaha-usaha tindakbalas rakyat yang tertindas dan tertekan, berteriak kesakitan atau meminta pertolongan.
Situasi yang suram ini telah menjadi lumrah di sebahagian besar masyarakat di negara Islam di seluruh dunia ketiga yang hidup di bawah tingkat kemiskinan, pengangguran di semua kelompok masyarakat, penyakit yang bermaharajalela, ubat-ubatan yang mahal dan sukar didapati sehingga jika dijumpai sekalipun, tidak mampu untuk membelinya, terjadi rasuah dalam pendidikan dan pemerintahan, dan tersebarnya aktiviti penyuapan dan sikap pilih kasih, sikap ego, menyebar kejahatan dalam berbagai strata masyarakat, sehingga pemerintah yang memimpin suatu negara hanya menyibukkan diri untuk menyelesaikan permasalahan ini dan sebahagian mereka ada yang melakukan sekatan terhadap para generasi kebangkitan Islam yang berusaha ingin memperbaiki keadaan masyarakat dan melakukan kebangkitan serta menghalang musuh-musuhnya dari Zionis dan para agennya.
Musuh takut terhadap nyalaan api keimanan
Perkara ini seharusya difahami, bahwa musuh sangat menyedari bahwa rahsia kekuatan umat dan bangsa terletak pada kekuatan iman dan cinta kepada jihad dan syahadah di jalan Allah; oleh kerana itu perkara pertama yang mereka lakukan adalah memusnahkan nyalaan api iman dan mengerahkan segala potensi yang mereka miliki dan bekerjasama dengan agen-agen mereka untuk mewujudkan impian mereka, namun Allah menghinakan tipu daya mereka dan memperkukuh umat sesuai dengan fitrahnya dan menyambutnya setiap kali ada seruan jihad dan syahadah…
“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah melalui mulut-mulut mereka dan Allah yang menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya” . (QS As-Shaff:8)
Nabi Muhammad saw pembawa rahmat bagi semesta alam
Allah telah mengutus Rasulullah saw membawa rahmat bagi semesta alam, bagi siapa yang mengikutinya akan mendapat keberuntungan di dunia dan di akhirat ..
“Dan tidaklah Kami mengutusmu kecuali untuk memberi rahmat bagi semesta alam” (QS Al-Anbiya:107)
Dan Nabi saw sendiri bersabda:
“Sesungguhnya Aku diutus untuk membawa rahmat”.
Di bawah naungan syariah Rasulullah saw, seluruh manusia menikmati kebebasan, keadilan dan persamaan serta memberikan kasih sayang bagi manusia yang ditimpa penderitaan, ketidakadilan dan ketakutan yang dilakukan oleh para penentangnya yang tidak hanya menolak hadiah kasih sayang tersebut, namun lebih dari itu adalah menyatakan api peperangan terhadap syariat langit dan merendah-rendahkan dan menjauhkan diri dari kurnia, rahmat, kenikmatan dan nasihat serta cahaya yang terang benderang. Sungguh rugi umat manusia yang seperti itu! .. betapa sengsaranya apa yang dilakukan oleh manusia seperti itu; kesengsaraan dan penderitaan, sekiranya mereka tetap berada dalam keadaan seperti itu dan tidak mahu menyambut seruan Allah dan Rasul-Nya…!!
“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. (QS Thaha:124)

Darah para syuhada adalah simbol kesedaran umat
Wahai umat Islam..
Janganlah kamu merasa bangga dengan darah yang mengalir di jalan untuk membela kebenaran dan melakukan penentangan terhadap penjajahan, begitu pula dengan pengorbanan yang diberikan dalam menghentikan kerosakan moral, sosial dan ekonomi kerana yang demikian itu adalah kecil kalau hendak dibandingkan dengan tujuan yang sangat mulia dan ganjaran yang besar yang menanti.
Maka dari itu, berjihadlah wahai umat Islam, kerana yang demikian itu merupakan perniagaan yang dapat menyelamatkan diri dari azab Allah, mendekatkan diri dari nikmat Allah serta usaha mewujudkan pertolongan Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam syurga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) kurnia yang lain yang kamu sukai (iaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS As-Shaff:10- 13)
Perbaikilah dirimu terlebih dahulu lalu serulah orang lain
Bahwa tugas kita - sebagai umat Islam - selama di tangan ada cahaya yang terang dan sebotol ubat untuk dapat mengubati diri dan menyeru orang lain dan kita Ikhwanul Muslimin, perkara pertama yang dituju dalam pembinaannya adalah mendidik diri terlebih dahulu, memperbaharui ruh, memperteguh dan memperkukuhkan akhlak serta menumbuhkan keberanian yang lurus dalam jiwa-jiwa umat, dan mereka meyakini bahwa perkara tersebut merupakan titik awal yang akan mampu membangun kebangkitan umat dan bangsa.
Jika kita berhasil maka itulah yang kita inginkan, namun jika tidak maka kita serahkan seluruhnya kepada Allah dan kita telah menyampaikan risalah, menunaikan amanah dan kita menginginkan kebaikan untuk manusia dan kita tidak putus asa melakukan pembaikan atau berhenti dalam menyebarkan risalah Rasulullah saw sehingga tidak memiliki sama sekali pengaruh, namun dengan pengorbanan yang besar dan darah yang banyak, cukuplah bagi para pembawa risalah mendapatkan faktor-faktor keberhasilan. Dengannya mereka beriman, sehingga mengikhlaskan diri dalam berjuang dan di jalannya mereka berjihad, sementara waktu telah menunggunya dan dunia selalu memantaunya…
“… Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS At-Taubah:94)
Dan segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam.


Masa Kecil Hingga Masa Kenabian MUHAMMAD (SAW)
MASA KANAK-KANAK
Menurut sebagian besar ulama, Muhammad (SAW) dilahirkan di kota Makkah pada Senin pagi di hari ke-sembilan bulan Rabiul Awal (kira-kira tanggal 20 atau 22 April 571 M), kira-kira 50 atau 55 hari setelah peristiwa kehancuran pasukan bergajah yang sedang bergerak menuju Baitullah di kota Makkah. Kakek beliaulah yang memberikan nama Muhammad (SAW). Beliau adalah bagian dari suku Quraisy yang dihormati. Namun demikian, keluarga beliau sangatlah miskin. Ayahanda beliau, Abdullah, telah wafat sebelum beliau dilahirkan.
IBU-SUSU
Sesuai dengan tradisi Arab, sekelompok perempuan dusun datang ke kota Makkah untuk menjual jasa menyusui bayi. Kebanyakan dari mereka mencari bayi dari keluarga kaya. Tak satupun dari mereka peduli untuk menyusui bayi Muhammad (SAW) lantaran ia yatim dan dari keluarga yang sangat miskin. Akhirnya, Halimah bersedia menjadi ibu-susunya dengan harapan keluarganya dapat membina hubungan baik dengan suku Quraisy.
Dalam perjalannya kembali kerumah, banyak hal istimewa yang dialaminya;
1. Keledai kurus dan lemah yang dikendarai Halimah dan bayi Muhammad (SAW) berubah menjadi kuat dan cepat langkahnya, sehingga meninggalkan rombongannya jauh di belakang.
2. Halimah ketika itu sedang tidak keluar air-susunya, sehingga anaknya sendiri pun menangis semalaman karena tak mandapatkan air susu. Ketika ia memberikan giliran menyusui kepada bayi Muhammad (SAW) ia dapati air-susunya mencukupi untuk diberikan kepada bayi Muhammad (SAW) dan juga untuk anaknya sendiri. Setelah itu kedua bayi itupun tertidur nyenyak.
3. Onta betina milik Halimah pun telah beberapa hari tidak menghasilkan air susu. Setelah diambilnya bayi yatim Muhammad (SAW) sebagai bayi-susuannya, suami Halimah mendapati bahwa onta betina mereka begitu banyak mengeluarkan air susu. Halimah dan suaminya pun meminum susu onta ini hingga kenyang sehingga mereka bisa tidur nyenyak.
4. Lahan mereka yang biasanya tandus ditumbuhi rerumputan menghijau sehingga ternak mereka bisa merumput sebanyak-banyaknya. Telah banyak keberkahannya Bayi Muhammad (SAW) bagi keluarga ini. Setelah berumur dua tahun, sang bayi diantarkan kembali kepada ibundanya. Kepada Aminah, ibunda Muhammad (SAW), mereka meminta ijin untuk diperbolehkan mengasuh sang bayi di pedesaan selama dua atau tiga tahun lagi. Aminah menyetujui permintaan mereka.
Disebutkan dalam hadits Muslim, diriwayatkan oleh Anas (RA), suatu hari si kecil Muhammad (SAW) sedang bermain bersama anak-anak sebayanya. Malaikat Jibril (AS) datang, membelah dada Muhammad (SAW) dan mengeluarkan hatinya. Jibril membuang sebuah gumpalan darah seraya berkata, "Gumpalan ini adalah bagian dari setan yang ada pada dirimu." Selanjutnya Jibril (AS) mencuci hati itu dengan air Zam-Zam kemudian mengembalikannya ke dalam dada Muhammad (SAW). Teman-teman bermain Muhammad (SAW) mengadukan kepada Halimah bahwa seseorang telah membunuh Muhammad (SAW). Halimah pun bergegas menuju tempat anak-anak itu bermain dan mendapati Muhammad (SAW) dalam keadaan baik-baik saja, hanya saja nampak pucat. Setelah kejadian ini Halimah menjadi selalu khawatir atas keselamatan anak asuhnya ini. Maka iapun mengembalikan Muhammad (SAW) kepada Ibundanya.
ANAK YATIM YANG LEMAH
Muhammad (SAW) tinggal bersama ibundanya hingga mencapai usia 6 tahun. Aminah tak memiliki apapun untuk menghidupi diri dan anaknya. Iapun pulang ke kota Madinah, tempat dimana keluarganya tinggal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka ala kadarnya. Di Madinah, Aminah jatuh sakit. Tak berapa lama berselang iapun wafat dan dimakamkan di sebuah dusun bernama Abwa.
Jadilah Si kecil Muhammad (SAW) yatim-piatu. Ia pun sedih, menyendiri dan tak ada gairah bermain dengan teman-temannya. Selera makannya pun hilang dan kian hari kian bertambah lemah. Para sanak-saudaranya mengantarkannya kepada kakeknya, Abdul Muththalib. Sang kakek meninggal dunia di usia 110 Tahun. Sekali lagi Muhammad (SAW) kecil kembali tanpa daya di usianya yang ke-10. Pengasuhan dirinya dilanjutkan oleh sang Paman Abu Thalib di rumahnya.
Abu Thalib dikenal sebagai orang baik dan salah seorang pemuka suku Quraisy. Namun ia pun sangat miskin sehingga tak mampu menanggung beban keluarganya yang besar. Muhammad (SAW) terpaksa mencari pekerjaan sebagai buruh; di usianya yang baru sepuluh tahun; agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain, di daerah gurun Makkah yang amat sangat panas. Ia makan dari tetumbuhan liar yang terdapat di gurun dan meminum susu dari kambing atau domba yang di gembalakannya. Dengan bertelanjang kaki dan mengenakan pakaian yang tak cukup untuk sekedar menutupi tubuhnya, ia habiskan waktu seharian di gurun pasir. Biasanya ia kembali ke rumah sang paman di malam hari untuk sejenak bermalam disana.
Di gurun pasir itulah ia menghayati bentuk alamiah dari kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung-jawab menjadikannya lebih matang daripada usianya. Sang paman yang pedagang terkesan dengan kecerdasan dan kematangan keponakannya. Maka ketika Muhammad (SAW) berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya dalam perjalanan dagang ke Syria.
SARAN SEORANG PENDETA
Ketika kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, "Aku mengenali anak muda ini, sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini tetulis jelas dalam kitab-kitab kami." Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Makkah.”Abu Thalib menuruti saran sang pendeta tersebut.
REMAJA TELADAN
Kala itu belum ada sistem kepolisian maupun peradilan. Masing-masing suku menyelesaikan persoalan diantara mereka menurut cara mereka sendiri. Jika suku yang lemah diperlakukan sewenang-wenang oleh seorang dari suku yang berkuasa, suku yang lemah hanya bisa terdiam seribu-basa. Sebagai contoh, seorang lelaki kaya mengambil paksa anak perempuan pengunjung Makkah yang miskin, maka sang ayah tidak mempunyai jalan keluar untuk mendapatkan kembali anak gadisnya.
Remaja Muhammad (SAW) tidak senang dengan kekacauan tatanan demikian. Dikumpulkannya beberapa pemuda dan dibentuknya satuan sukarelawan untuk melawan kejahatan. Mereka memberi dukungan kepada suku-suku yang miskin dan lemah. Kelompok ini sangat berhasil dalam mencapai berbagai tujuan/sasarannya. Hal ini bukanlah sebuah langkah biasa. Langkah ini dengan cepat membawa perubahan total pada tatanan peradilan di Makkah, dan penghargaan masyarakat pun tertuju kepada remaja Muhammad (SAW).
PEDAGANG YANG JUJUR
Kejujuran, perilaku sopan-santun, kerja keras, dan kecerdasan pemuda Muhammad (SAW) merebut hati setiap orang. Hampir seluruh orang Quraisy adalah pedagang. Khadijah (RA) adalah seorang janda kaya. Ia meminta Muhammad (SAW) untuk memasarkan barang-barang dagangannya ke Syria.
Seorang pendeta yang lain berkata kepada Muhammad (SAW) bahwa, kelak ia akan menghapuskan penyembahan berhala dan menyerukan agama yang benar. Muhammad (SAW) kembali ke Makkah dengan membawa laba penjualan yang melimpah. Khadijah (RA) pun mengutus lagi misi perdagangan untuk kedua kalinya, dan sekali lagi misi ini menghasilkan laba yang menggembirakan. Maisarah, pelayan Khadijah (RA), menyertai Muhammad (SAW) dalam dua perjalan dagang itu. Ia menuturkan secara rinci berbagai kualitas yang dimiliki oleh Muhammad (SAW) kepada Khadijah (RA). Muhammad (SAW) adalah juga seorang pemuda yang menarik. Ketika itu Khadijah (RA) telah berusia 40 tahun, ia sangat tertarik dengan pribadi Muhammad (SAW) yang baru berusia 25 tahun, dan berkeinginan menikah dengannya. Maka, iapun menitip pesan kepada Maisarah untuk Muhammad (SAW). Namun setelah pesan disampaikan, Maisarah kembali kepadanya tanpa membawa jawaban.
Maka ia meminta bantuan teman dekatnya, Nafisah untuk menyampaikan pesan yang sama kepada Muhammad (SAW). Nafisah pun menyampaikan maksud hati Khadijah dan memberikan motivasi kepada Muhammad (SAW) agar bersedia menikahi Khadijah (RA). Akhirnya gayung bersambut, Muhammad menerima lamaran Khadijah dan merekapun menikah. Setelah menikah, Muhammad (SAW) mengambil dua hal penting.
Pertama, Muhammad (SAW) hendak menolong pamannya, Abu Thalib, yang miskin. Maka diambilnya anak sang paman, yakni Ali bin Abi Thalib (RA), untuk diasuh dan dibesarkannya.
Kedua, Khadijah (RA) menghadiahinya seorang budak yang ketika itu masih beragama nasrani dan berasal dari Syria, yaitu Zaid bin Harits (RA). Muhammad (SAW) memerdekakannya. Zaid (RA) pun sangat mengagumi kepribadian Muhammad (SAW), maka ia menolak kembali kepada orangtuanya dan rememilih menghabiskan sisa umurnya menemani Muhammad (SAW).
KETURUNAN DARI KHADIJAH (RA)
Keturunan pertama Muhammad (SAW) dari Khadijah (RA) adalah seorang putra yang diberi nama Qasim; ia meninggal dunia di usia kanak-kanak. Demikian juga dua putra beliau yang lain pun meninggal semasa kanak-kanak. Keturunan beliau besama Khadijah (RA) yang tumbuh dewasa adalah empat orang putri. Mereka adalah, Ruqayyah (RA), Zainab (RA), Umi Kulsum (RA) dan Fatimah (RA).
PRIBADI YANG TERPERCAYA (AL-AMIN)

Ketika Muhammad (SAW) berusia 35 tahun, terjadi dua bencana di Makkah. Pertama, terjadi kebakaran pada Ka’bah. Kedua, Banjir akibat hujan meruntuhkan sebagian dari Ka’bah. Pembangunan kembali Ka’bah dilakukan oleh suku Quraisy. Perselisihan tajam terjadi diantara sepuluh kelompok dalam suku Quraisy, ini terjadi karena masing-masing kelompok menginginkan kelompoknyalah yang mendapat kehormatan meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula di dinding Ka’bah.
Pertumpahan darah nyaris terjadi sebagai pilihan penyelesaian perselisihan ini. Namun, akhirnya mereka sampai pada kesepakatan bulat untuk menyerahkan urusan ini kepada Muhammad (SAW), mengingat bahwa diantara seluruh penduduk Makkah, beliau dikenal sebagai sosok yang paling jujur dan condong pada berlaku adil. Berbekal kecerdasan akal budi dan pandangan yang jauh ke depan, Muhammad (SAW) dapat dengan singkat menyajikan jalan keluar atas persoalan yang diperselisihkan.
Dimintanya selembar kain dan dibentangkannya kain ini diatas tanah. Kemudian, diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain ini, dan masing-masing pimpinan kelompok secara bersama memegang lembaran kain dan mengangkatnya ke dekat dinding Ka’bah. Kemudian Muhammad (SAW) dengan tangannya sendiri meletakkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya semula di dinding Ka’bah.
WAHYU PERDANA
Muhammad (SAW) memiliki kebiasaan merenung di sebuah goa yang disebut goa Hira’. Di usianya yang ke-40, suatu hal luarbiasa terjadi ketika beliau sedang berada di goa ini. Malaikat Jibril (AS) hadir disini dan meminta Muhammad (SAW) untuk membaca (dalam bahasa Arab; Iqra’! = bacalah!).
Muhammad (SAW) pun menjawab, "Aku tak bisa membaca." Jibril (AS) memeluknya dengan erat dan berkata sekali lagi, “Iqra!” Muhammad (SAW) pun menjawab lagi, "Aku tak bisa membaca." Jibril (AS) memeluknya lagi dengan sangat erat dan berkata untuk ke-tiga kali-nya, “Iqra!” " Akhirnya, Muhammad (SAW) sanggup mengikuti bacaan malaikat Jibril yang mengumandangkan lima ayat pertama Surah Al-Alaq berikut ini (Al-Alaq, Ayat 1-5):
 
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
DUA PELAJARAN PENTING
Pertama, Kalimat pertama wahyu ini; Iqra’ (yang berarti “Bacalah”); menghadirkan arti penting dalam pendidikan dan dakwah Islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa menuntut ilmu Islam adalah kewajiban setiap Muslim (fardu’ ain).
Didalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat dimana Allah (SWT) memerintahkan kita untuk mendahulukan mempelajari fakta-fakta atau mencari ilmu pengetahuan, untuk selanjutnya mempraktekkannya sesuai dengan pemahaman tentangnya.
Ini berarti, bahwa pengetahuan atas prinsip-prinsip Islam harus terlebih dahulu dikuasai oleh seseorang sebelum ia menerapkannya. Melaksanakan Islam tanpa didasari pengetahuan tidak sepatutnya dilakukan. Islam adalah satu-satunya agama yang mengedepankan pentingnya pendidikan dan pemahaman semenjak awal kehadirannya.
Kedua, setiap insan Muslim haruslah memulai segala sesuatu yang dilakukannya dengan menyebut nama Allah (SWT) [Basmallah]. Ini bermakna bahwa ia mengarahkan perhatian dan mengedepankan penghargaan kepada Allah (SWT). Contohnya, ketika seorang Muslim memulai makan dengan membaca basmallah, ia menyadari bahwa bermacam-macam zat yang terkandung didalam makanannya tercipta, terkandung gizi, terpelihara, dan tersedia atas ke-Maha-Pemurahan Allah (SWT). Sesungguhnya perbuatan ini pada diri orang beriman membedakannya dari orang kafir, dan juga menjadi indikator kemurnian dan kekuatan imannya sebagai Mukmin.
Allah (SWT) telah mengajarkan dua pelajaran penting ini kepada Rasulullah (SAW) dan para pengikutnya sejak tahap paling awal dari turunnya wahyu kepada Muhammad (SAW).
SEORANG ISTRI YANG LUAR BIASA
Setelah wahyu pertama di goa Hira’, Muhammad (SAW) kembali ke rumah dengan membawa pengalaman yang tidak biasa ini dan beliau sangat cemas terhadap keselamatannya. Istri beliau, Khadijah (RA), menghibur dan menenteramkannya, juga meyakinkannya bahwasanya Allah (SWT) tak akan memperlakukan sesuatu yang membahayakannya mengingat bahwa beliau (SAW) berperilaku sangat mulia. Khadijah menambahkan pula, “Engkau memiliki hubungan baik dengan saudara-saudaramu sedarah, engkau menolong yang lemah dan yang miskin, dan engkau sangat ramah-tamah. Engkau menjunjung tinggi kebenaran”. Demikianlah, Khadijah (RA) bukan hanya sosok perempuan yang tulus, cerdas, dan seorang istri ideal, iapun seorang Muslim pertama yang menerima dengan sepenuh hati apapun yang telah diwahyukan kepada Muhammad (SAW).
Untuk lebih menenteramkan hati sang suami, Khadijah (RA) mengajak Muhammad (SAW) mengunjungi sepupunya, Waraqah bin Naufal, yang memeluk dan mengamalkan agama Nasrani yang benar. Setelah menyimak penuturan Muhammad (SAW), Waraqah berkata, "Malaikat yang telah menjumpaimu itu adalah juga yang dahulu datang kepada Musa (AS) menyampaikan firman Allah (SWT). Semoga saya masih hidup ketika kelak terjadi peristiwa dimana masyarakat mengusirmu dari tanah kelahiranmu sendiri." Muhammad (SAW) bertanya, "Akankah mereka benar-benar mengusirku?" Waraqah berkata, "Masyarakat selalu bersikap tak bersahabat terhadap seorang pembawa risalah seperti dirimu." Beberapa hari setelah pertemuan itu Waraqah pun wafat.
Khadijah (RA) menyerahkan seluruh harta dan berbagai sumber-daya yang dimilikinya mengikuti arahan Nabi Muhammad (SAW) demi menegakkan Islam. Ia tegar berdiri di sisi sang suami dalam senang maupun susah. Sebagai contoh, ketika para penyembah berhala di Makkah melancarkan boikot sosial dan ekonomi kepada warga Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib yang berlangsung selama tiga tahun. Kesulitan hidup pun semakin tak tertahankan. Para pengikut Nabi (SAW) terpaksa harus mengkonsumsi dedaunan tumbuhan liar dan kulit hewan untuk bertahan hidup. Erangan tangisan anak-anak tak henti-hentinya karena sakit menahan lapar. Khadijah (RA) yang sebelum masa boikot adalah warga kaya dan hidup nyaman, bersama sang suami pun ikut tak luput merasakan penderitaan sebagaimana yang lain selama masa boikot itu.
Dua orang anak perempuan Khadijah dipaksa bercerai oleh kaum kafir, sebagai sarana menambah kepedihannya dalam penderitaan itu. Merasa belum puas dengan perlakuan itu, putrinya yang bernama Raqayyah, yang dinikahi Utsman bin Affan (RA) dijadikan sasaran berikutnya. Pasangan ini bahkan disiksa jauh lebih parah sehingga mereka hijrah ke Habsyah.
Allah (SWT) menyukai keteguhan iman, ketabahan, kesetiaan, dan ketulusan Khadijah (RA). Didalam hadits Bukhari, dirawayatkan oleh Abu Hurrairah (RA), suatu hari malaikat Jibril (AS) sedang duduk bersama Nabi Muhammad (SAW); Jibril (AS) berkata kepada Nabi (SAW), "Khadijah (RA) sedang mendatangimu dengan membawa makanan didalam sebuah kemasan. Manakala ia tiba, sampaikanlah salam Allah (SWT) dan salamku kepadanya. Berilah kabar gembira kepadanya tentang sebuah rumah berhiaskan aneka batu permata disediakan untuknya di Surga Firdaus. Suasana disana amatlah tentram dan damai, tiada kegaduhan dari apapun juga. Ia sedikitpun takkan mengalami kesulitan dan kepayahan di rumahnya didalam Surga.” Betapa ia seorang perempuan istimewa dan ditinggikan derajatnya. Jika para Muslimah mampu menerapkan ketulusan dan kesabaran serupa terhadap para suami mereka, Allah (SWT) pun akan memberikan ganjaran serupa kepada mereka.
WAHYU BERIKUTNYA YANG MENGGETARKAN
Wahyu ke-dua yang diturunkan adalah, tujuh ayat pertama dari surat Al-Muddatstsir. Setiap ayatnya begitu singkat namun sangat bertekanan dan bermakna sangat dalam.
Surah Al-Muddatstsir, Ayat 1-7:
1. Hai orang yang berkemul (berselimut), [Wahai engkau Muhammad (SAW). Engkau sedang beristirahat dengan nyaman, bangkitlah untuk berjuang atau berjihadlah untuk menegakkan kalimat Allah (SWT)].
2. dangunlah, lalu berilah peringatan! [Bangunlah dan peringatkanlah manusia perihal akibat perilaku mereka yang menentang Allah (SWT). Didalam kalimat ini terkandung peringatan akan datangnya Hari Kiamat.]
3. dan Tuhanmu agungkanlah. [Tegakkanlah Keagungan Tuhanmu di bumi ini. Berbagai bentuk perlawanan terhadap risalah ini hendaklah kamu tumbangkan]
4. dan pakaianmu bersihkanlah, [Peliharalah kebersihan dirimu baik luar maupun dalam, juga jiwamu, yang mana hal ini dengan sendirinya menjadi daya-tarik terhadap orang lain kepadamu.]
5. dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, [Jauhkan dirimu dari penyembahan terhadap berhala-berhala.]
6. dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. [Janganlah berharap balasan yang besar atas setiap pengorbanan yang engkau telah lakukan. Teruslah berjuang dengan semangat untuk melakukan pengorbanan yang lebih besar lagi.]
7.   dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. [Hadapilah semua tantangan terhadap risalah yang engkau emban dengan penuh kesabaran untuk menggapai ridha Allah (SWT).]
Ayat-ayat diatas menyatakan tujuan dan sasaran risalah baru ini (Islam), jangka pendek dan jangka panjang. Pergerakan ini bukan hanya bersifat religius namun juga mencakup aspek sosial dan ekonomi. Dengan demikian Nabi Muhammad (SAW) telah diutus untuk melaksanakan perubahan/revolusi simultan dibidang agama, sosial dan ekonomi.
  1.  

Pada awal-awal masa remaja, Rosululloh belum memiliki pekerjaan tetap untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun begitu, beliau tidak putus harapan. Beliau mengembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di Makkah dengan imbalan beberapa dinar. Beliau menjalani semua itu selama beberapa tahun.
Pada usia dua puluh lima tahun, beliau pergi berdagang ke Syam menjualkan barang dagangan milik Khodijah binti Khuwailid. Khodijah ialah seorang wanita pedagang, terpandang dan kaya raya. Dia biasa menyuruh orang-orang untuk menjalankan barang dagangannya dengan membagi sebagian hasilnya kepada mereka. Sementara kebanyakan orang Quroisy memiliki kegemaran berdagang. Karena itulah kerjasama dagang di antara mereka bisa berjalan dengan baik.
Di kalangan kaum Quraisy, Nabi Muhammad memang dikenal sebagai orang yang berbudi luhur. Tatkala Khodijah mendengar kabar tentang kejujuran perkataan beliau, nama baik dan kemuliaan akhlak beliau, maka dia pun mengirimkan utusan dan menawarkan kepada beliau agar berangkat ke Syam untuk menjualkan barang dagangannya. Dia siap memberikan imbalan yang jauh lebih banyak dari imbalan yang pernah dia berikan kepada pedagang-pedagang yang lain. Tapi dengan syarat, beliau harus pergi bersama seorang pembantunya yang bernama Maisaroh. Beliau menerima tawaran ini. Maka, berangkatlah beliau ke Syam untuk berdagang disertai Maisaroh.
Setelah selesai berdagang di Syam, beliau bersama Maisaroh kembali ke Makkah. Setibanya di Makkah, Khodijah terheran-heran dan takjub. Keuntungan yang ia peroleh dari perdagangan Nabi Muhammad sangatlah banyak. Tidak pernah sebelumnya ia mendapat laba sebesar itu. Maisaroh menceritakan kepada Khodijah bahwa Nabi Muhammad bisa mendapatkan itu semua karena modal dagang utama beliau adalah akhlak yang mulia, juga kecerdikan dan kejujuran. Sehingga wajar bila orang-orang yang menjalin hubungan dagang dengan beliau merasa senang.
Beberapa nasihat untuk orang tua dan para pendidik:
1.    Tanamkan keyakinan kepada anak bahwa sebagai umat Islam kita tidak boleh memiliki sifat mudah putus asa. Tapi hendaknya selalu bersikap optimis dan tidak mudah menyerah.
2.    Informasikan kepada anak bahwa Rosululloh adalah manusia yang paling mulia, juga pemimpin seluruh umat. Meski begitu, beliau pun pernah hidup dari hasil mengembala kambing. Dan itu tidak mengurangi kehormatan beliau sebagai utusan Alloh. Justru hal itu akan menjadi contoh bagi umatnya.
3.    Informasikan juga kepada mereka bahwa kebanyakan orang Arab memiliki kegemaran berdagang. Dan Nabi Muhammad juga termasuk orang yang gemar berdagang. Bahkan, beliau termasuk golongan orang-orang yang paling mahir dalam dunia dagang.
4.    Beri wawasan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad bertemu dengan Khodijah pada usia dua puluh lima tahun melalui hubungan dagang. Dia adalah seorang wanita terpandang dan kaya raya yang nantinya akan menjadi istri pertama beliau.
5.    Sampaikan kepada anak bahwa sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rosul, Rosululloh sudah dikenal sebagai orang yang berbudi luhur. Sehingga wajar bila dalam seluruh aspek kehidupan beliau, termasuk berdagang, banyak orang yang suka berhubungan dengan beliau.


Kemandirian, Entrepreneurship, Etika dan Strategi Bisnis; Teladan dari Rasulullah SAW

Teladan dan contoh terbaik bagi manusia adalah Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah teladan hidup yang menyemai banyak kebaikan dalam rangkaian keindahan hidup. Dari beliau juga bisa kita ambil teladan bagaimana merintis, mengelola dan mengembangkan bisnis secara lurus dan bersih. Beliau telah memancangkan tonggak teladan untuk meraih sukses menjadi entrepreneur secara benar. Keteladanan yang akan senantiasa layak diikuti setiap generasi dari semua generasi sekarang maupun yang akan datang.

Sayangnya seringkali kita kesulitan untuk mendapati informasi tentang karir bisnis Rasulullah sang teladan. Kalaupun kita mendapatinya seringkali terpotong-potong dalam berbagai kitab Shiroh. Terpadu dalam rangkaian sejarah yang kompleks. Untuk itu kita memerlukan bahan yang lebih ringakas untuk melihat tentag karir bisnisnya secara lebih jelas, seperti:

q Bagaimana Rasulullah merintis bisnisnya. Menyiapkan mentalitas dan karakter kepribadian yang kemudian mendukung kesuksesan bisnisnya.

q Bagaimana ketekunan, kejelian dan kesuksesan bisnis yang telah dijalankan oleh Rasulullah. Bagaimana kisah menariknya. Bagaimana strategi pemasaran dan customer service-nya. Bagaimana menghadapi kompetitor.

q Bagaimana pengalaman bisnis beliau. Sejauh mana relasi dan pengalaman beliau dalam menekuni bisnis ini sehingga sangat memahami permasalah bisnis. Yang kelak dikemudian hari ketika kenabian itu turun, pemahaman ini menjadi sangat komprehensif untuk memberikan panduan hadits yang digunakan sumber Fiqih Muammalat untuk memberikan framework ‘berbisnis secara syariah’.

q Apa kiat-kiat kesuksesannya. Dan bagaimana nasihat beliau untuk pebisnis modern agar sukses besar. Sukses bukan hanya didunia saja. Tetapi beruntung didunia dan diakhirat.

Merintis Bisnis
Mengkaji pribadi beliau, kita akan mendapatkan jiwa entrepreneurship beliau sudah dipupuk sejak dini. Allah mentarbiyah (mendidik) kekuatan pribadinya sejak kecil dengan hidup dalam kondisi yatim-piatu. Beliau memulai mengasah mentalitas wirusahanya dengan menjadi pengembala. Beliau menjadi pengembala untuk orang-orang Mekkah di masa kanak-kanaknya. Dengan menjadi pengembala beliau mendapatkan upah. Beliau mengembalakan biri-biri orang Quraisy ketika masih terlalu muda ini guna meringankan sedikit beban yang ditanggung oleh pamannya. Beliau ingin berpenghasilan dan bisa mandiri. Tidak hendak berpangku tangan hanya sekedar bermain saja.

Sebagai anak muda yang jujur dan punya harga diri, beliau sama sekali tidak suka berlama-lama menjadi tanggungan pamannya yang memiliki beban keluarga besar. Beliau kemudian dalam usia mudanya melanjutkan menjadi pebisnis dalam bidang perdagangan. Jiwa enterepreneurship-nya semakin kuat karena sejak usia 12 tahun telah mengikuti perjalanan bisnis pamannya yang meliputi; Syria, Jordan, dan Lebanon saat ini.

Muhammad melihat peluang bisnis sebagai sarana yang menarik untuk mandiri. Hal ini setidaknya cukup dipengaruhi oleh kondisi yang melingkupinya. Saat itu kondisi Mekkah yang paling berkembang adalah bisnis perdagangan. Tanahnya yang kering sangat sulit untuk bercocok tanam. Kejelian melihat peluang keuntungan terbesar pada sektor perdagangan kemudian membuatnya menekuni bisnis perdagangan ini. Selain itu latar belakang keluarganya adalah pebisnis yang sangat kuat dan sukses. Sebagaimana sejarah mencatat, empat orang putera Abdul Manaf (kakek-kakeknya) adalah pemegang izin kunjungan dan jaminan keamanan dari para penguasa dari negara-negara tetangga seperti Syiria, Irak, Yaman dan Ethopia. Mereka dapat membawa kafilah-kafilah bisnisnya ke berbagai negara tersebut secara aman dan lancar.

Selain itu, Muhammad dilahirkan pada masa kaum Quraisy mencapai kejayaan dalam perdagangan. Sejak kecil beliau juga dirawat kakeknya Abdul Muthalib yang juga pebisnis. Setelah kakeknya meninggal, Muhammad kemudian tinggal bersama pamannya Abu Thalib yang berprofesi dalam bisnis perdagangan pula.

Sebagai anak muda yang lembut hati, berazzam kuat dan memiliki harga diri yang tinggi, beliau sama sekali tidak suka berlama-lama menjadi tanggungan sang paman. Ketika menginjak semakin dewasa dan menyadari bahwa pamannya memiliki beban berat keluarga besar yang harus diberi nafkah, beliau mulai berdagang sendiri di Makkah. Profesi sebagai pebisnis ini dimulai dalam sekala yang kecil dan bersifat pribadi. Beliau membeli barang-barang dari satu pasar lalu menjualnya pada orang lain.

Muhammad adalah seorang pemuda miskin yang memulai bisnisnya dari tahap awal. Terkadang bekerja untuk mendapatkan upah dan terkadang sebagai agen untuk beberapa pebisnis kaya di kota Mekkah. Dalam mencari nafkah yang halal beliau bekerja keras, sungguh-sungguh dan cermat menggeluti profesi bisnis ini yang tentunya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup tetapi juga membangun reputasi dimata para pemodal, relasi dan pelanggan.

Beliau juga telah memasuki kerjasama bisnis bersama dengan beberapa orang. Sebagai pribadi yang dikenal jujur (shidiq) dan terpercaya (amin) oleh masyarakat, beliau memiliki kesempatan untuk mengembangkan bisnisnya dengan menjalankan modal orang lain. Diantaranya menerima modal dari para janda dan anak yatim dengan sistem upah maupun bagi hasil.

Beliau juga pernah bermitra dengan Saib ibnu Ali yang pernah menyatakan dan mengakui bahwa Muhammad adalah mitranya dalam berdagang dan selalu lurus dalam perhitungan-perhitungannya. Salah satu dari mitra pemodal lainnya adalah Khadijah, salah seorang konglomerat kaya di masa itu.

Muhammad menjalankan kontrak syirkah (kerjasama) dengan sistem upah maupun bagi hasil (mudharabah) dengan Khadijah. Kadang-kadang dalam kontraknya Muhammad sebagai pengelola (mudharib) dan Khadijah sebagai sleeping partner(shahibul maal) dan sama-sama berbagi atas keuntungan maupun kerugian. Terkadang pula Muhammad menjadi pebisnis yang digaji/medapatkan upah untuk mengelola barang dagangan Khadijah. Diantaranya Khadijah pernah mempercayakan kepadanya modal untuk bertolak ke Syiria.

Dalam masa usia 17 hingga sekitar 20 tahun adalah masa tersulit dalam perjalanan bisnis Muhammad karena beliau harus mandiri dan bersaing dengan pemain-pemain senior dalam perdagangan regional.

Ketekunan, Kejelian dan Kesuksesan
Muhammad kemudian banyak melakukan perjalanan-pejalanan bisnis dengan modal Khadijah ini. Beliaupun telah sering mengunjungi Bahrain dalam rangkaian lawatan bisnis. Beliau adalah seorang saudagar ulung. Beliau pernah mendapatkan imbalan seekor unta muda untuk setiap kali perjalanan ke kota-kota dagang di sekitar Yaman. Sebuah Hadits juga menjelasakan, diriwayatkan oleh adz-Dzahabi dari Nabi “saya telah melakukan dua kali perjalanan dagang untuk Khadijah dan mendapat upah dua ekor unta betina dewasa” (Jami’ ash-Shagir).

Ketekunan dan kesungguhan beliau dalam berbisnis juga sangat menonjol. Beliau pernah menunggu pembelinya, Abdullah bin Abdul Hamzah selama tiga hari. Abdullah bin Abdul Hamzah mengatakan: “Aku telah membeli sesuatu dari Nabi sebelum beliau menerima tugas kenabian, dan karena masih ada suatu urusan dengannya maka menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi masih berada disana”. Nabi berkata, “Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu” (HR. Abu Dawud). Sebuah kesabaran dan pengorbanan yang luar biasa untuk tidak membuat relasi atau pelanggan (customer) kecewa. Tidak pula lantas marah, kecuali hanya menyampaikan bahwa telah menunggu tiga hari.

Kecerdasan Bisnis beliau sangat teruji. Beliau pernah ketika menjual barang dagangan di pasar-pasar Busra meraih keuntungan dua kali lipat dibanding pebisnis-pebisnis yang lain. Ketika Khadijah mendapatinya dengan keuntungan yang sangat besar yang belum pernah diraih siapapun sebelumnya maka Khadijah memberikan keuntungan yang lebih besar daripada yang telah mereka berdua sepakati sebelumnya.

Kecerdikan dalam berbisnis dan penguasaannya tehadap pasar juga sangat luar biasa. Pada suatu waktu Muhammad diminta membawa dagangan milik Siti Khadijah. Muhammad dikenal sebagai orang yang jujur dalam segala hal, sehingga digelari Al-Amin (orang yang paling dapat dipercaya). Hal itu pun diterapkan dalam berbisnis. Para pebisnis Quraisy Mekkah tidak suka kepada Muhammad yang jujur dalam berdagang ini. Bagi mereka, dagang ya dagang, jujur ya jujur. Mereka berpandangan tidak bisa kedua hal itu dipadukan. Akhirnya mereka membuat rencana untuk membangkrutkan Muhammad. Ketika rombongan pedagang Mekkah itu membawa barang dagangan ke Syam (sekarang dikenal dengan nama Suriah), mereka sengaja menjatuhkan harga. Muhammad tidak mau melakukannya, karena yang dia bawa adalah dagangan milik Siti Khadijah, bukan miliknya sendiri. Beliau harus amanah.

Selain itu, beliau telah sangat memahami kondisi pasar saat itu bahwa jumlah permintaan (demand) jauh lebih tinggi dari jumlah penawaran (suplay). Beliau memahami seluruh barang pasti akan terjual karena permintaan lebih tinggi dari jumlah barang yang tersedia. Karena itu, bila barang dagangan para saudagar Quraisy itu habis, pasti konsumen akan tetap mencari barang tersebut. Benar saja, ketika dagangan yang harganya dibanting itu habis, maka masyarakat akhirnya membeli barang-barang kepada Muhammad dengan harga normal. Ketika rombongan pedagang itu pulang, Mekkah pun gempar. Semua pedagang rugi, kecuali Muhammad yang untung besar. Inilah contoh kejelian melihat, menganalisis, dan memahami pasar serta keberkahan dari sikap jujur dan amanah. Ini juga merupakan bukti kemampuan merespon strategi pesaing secara jernih.

Karier bisnis Muhammad semakin kuat dalam usia 25 tahun. Usia ini merupakan titik keemasan entrepreneurship Muhammad setelah mendapatkan back-up financial yang lebih mapan dari sang Istri Khadijah yang telah dinikahi. Tak heran dari kesuksesan bisnisnya kalau kemudian maskawin yang beliau serahkan ketika pernikahan juga sangat besar pada waktu itu. Maskawinnya adalah 20 ekor unta muda. Hal ini merupakan bukti keberhasilan beliau sebagai pebisnis. Sejarah juga telah mencatatkan bahwa beliaulah pribadi yang pernah ber-Qurban dalam jumlah yang sangat besar. Mengurbankan 100 Unta secara pribadi. Kalau kita hitung kasar saja, satu ekor untuk sekarang berkisar Rp 7-10 Juta. Berarti Qurban beliau senilai Rp 700 juta s/d 1 milyar-an. Jumlah yang sangat besar untuk Qurban dari seorang pribadi pada sepanjang sejarah peradaban.

Setelah menikah dengan Khadijah, beliau tetap melangsungkan bisnis perdagangan seperti biasa. Membawa dagangannya ke berbagai daerah di semenanjung Arabia dan negeri-negeri perbatasan Yaman, Bahrain, Irak dan Syiria. Namun sekarang ia bertindak sebagai manajer sekaligus mitra usaha istrinya.

Pengalaman Bisnis
Muhammad dengan ketekunan dan kesungguhanya kemungkinan besar telah mengunjungi pusat-pusat bisnis perdagangan yang terkenal di Arabia berulangkali. Beliau juga bertemu dengan konglomerat dari berbagai wilayah. Pusat-pusat bisnis perdagangan di Arabia yang terkenal diantaranya; Pertama, Fumatul Jandal: pusat bisni yang terkenal ini terletak di ujung utara Hijaz di dekat perbatasan Syiria waktu itu. Pekan bisnis diadakan setiap tahun pada awal bulan Rabi’ul Awwal di tempat ini. Saat seperti itu para pebisnis dari jauh dan dekat berdatangan ke tempat tersebut. Pasar ini berlangsung hingga akhir pekan.

Kedua, Mushaqqar: tempat pekan bisnis ini pada sebuah kota yang terkenal di Hijar (Bahrain) mulai awal Jumadil Awwal. Berlangsung sebulan penuh. Ketiga, Suhar: ini adalah sebuah kota di Oman. Pekan bisnis ini berlangsung selama lima hari pada bulan Rajab. Keempat, Dabba: ini adalah salah satu dari dua kota pelabuhan Oman. Para pebisnis dari daerah Sind, Hind (India), Cina dan banyak negara-negara timur lainnya datang ketempat ini untuk berbisnis.

Kelima, Shihr (Maharah): sebuah kota yang terletak disebelah pantai laut Arabia, antara Aden dan Oman. Kota ini terkenal dengan parfumnya yang dikenal dengan ‘Amber’. Pekan bisnis ini dilangsungkan sejak awal hingga pertengahan bulan Sya’ban. Keenam, Aden: pekan bisnis di Aden diadakan mulai tanggal satu hingga sepuluh Ramadhan. Banyak pebisnis dari timur dan selatan berdatangan untuk berbisnis. Ketujuh, San’a: ibukota Yaman. Pekan bisnis diadakan mulai tanggal sepuluh hingga akhir Ramadhan. Kedelapan, Rabiyah: nama sebuah kota di Hadramaut. Pasar bisnis ini diadakan mulai tanggal lima belas Dzulqa’dah dalam waktu satu bulan.

Kesembilan, Ukaz: nama sebuah tempat diujung Najd (dekat Thaif). Pasar bisnis ini bersamaan dengan pasar yang berada di Hadramaut. Pasar ini melebihi pasar-pasar lain dalam hal kemegahan fasilitas bisnis, omzet transaksi bisnisnya dan peserta bisnis dari berbagai wilayah. Pasar ini banyak dikunjungi pebisnis dari suku-suku Hawazin, Ghatafan, Aslam, Ahabish, Adl, ad-Dish, al-Haya, al-Mustaliq dan Quraisy.

Kesepuluh, Dul Majaz: terletak didekat Ukaz (antara Ukaz dan Makah), dan pasar bisnis diadakan pada tangal satu hingga tanggal tujuh bulan Dzul-Hijjah. Kesebelas, Mina: pasar bisnis berlangsung selama musim Haji (dekat Mekkah). Keduabelas, Nazat: terletak diwilayah Khaibar mulai tanggal sepuluh sampai akhir bulan Muharam. Ketigabelas, Hijr: adalah nama sebuah kota di Yamamah dimana pasar bisnis bersamaan dengan Nazat. Terakhir, pasar yang terletak diluar semenajung Arabia yang sering didatangi Muhammad adalah Busra (Syiria). Praktis beliau telah mengunjunggi daerah-daerah di Arabia Utara, Selatan, Timur dan Barat untuk berbisnis. Sebuah kerja keras yang luar biasa. Sehingga memiliki pengalaman berbisnis yang sangat banyak. Berinteraksi dan berkompetisi dengan pebisnis regional dan pebisnis dari negari-negari timur jauh serta dari wilayah-wilayah lainnya.

Beliau mulai mengurangi aktivitas bisnis ketika sudah berusia 37-an dan terutama sesudah datangnya Nubuwah (kenabian). Meski demikian naluri kebiasaan dan penghargaan terhadap bisnis masih tetap tinggi. Beliau tetap pernah beraktivitas bisnis. Anas meriwayatkan bahwa Nabi pernah menawarkan sebuah kain pelana dan bejana untuk minum seraya mengatakan, “Siapa yang ingin membeli kain pelana dan bejana air minum?” Seorang laki-laki menawarnya seharga satu dirham, dan Nabi menanyakan apakah ada orang yang akan membayar lebih mahal. Seorang laki-laki menawar padanya dengan harga dua dirham, dan beliapun menjual barang tersebut padanya (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Nasihat dan Teladan untuk Pebisnis Modern
Bisnis dan perdagangan termasuk dalam kegiatan manusia yang terpenting. Bisnis dan perdagangan diperlukan karena tidak ada seorangpun yang dapat hidup dengan sempurna, mampu menyediakan segala keperluan dan tuntutan hidupnya sendiri tanpa melibatkan orang lain. Oleh karena itu manusia saling memerlukan, bekerjasama dan saling tolong menolong.

Islam mendorong ummatnya berusaha mencari rezeki supaya kehidupan mereka menjadi baik dan menyenangkan. Allah SWT menjadikan langit, bumi, laut dan apa saja untuk kepentingan dan manfaat manusia. Manusia hendaklah mencari rezeki yang halal. Firman Allah dalam surah An-Naba (78): 10-11 :

“Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk penghidupan. Dalam ayat itu Allah mengajarkan keseimbangan antara mencari rezeki untuk kehidupan dan beristirahat (leisure). Malam hari untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga dan siang hari bekerja mencurahkan tenaga, berbisnis berdagang untuk mencari rezeki.”

Aisyah pernah meriwayatkan bahwa Rasululah bersabda, “Hal-hal yan paling menyenangkan yang engkau nikmati adalah yang datang dari hasil tanganmu sendiri, anak-anakmu berasal dari apa yang engkau hasilkan” (HR. Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah). Nabi juga bersabda, “Berusaha mendapatkan nafkah yang halal adalah kewajiban disamping tugas-tugas lainnya yang telah diwajibkan” (HR. Baihaqi).

Beliaupun memberikan nasihat untuk kita yang bisa senantiasa menjadi motivasi dan perlu diamalkan. Rafi’ bin Judaij berkata bahwa “Rasulullah saw ketika ditanya, usaha apakah yang paling baik? Rasul menjawab: yaitu usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual beli yang baik” (HR. Hakim). Usaha dengan tangan sendiri bisa dalam bentuk aktivitas jasa, produksi, pertanian, perikanan maupun yang lain. Sedang jual beli adalah aktivitas bisnis peniagaan barang dan jasa.

Dalam beberapa hadist Rasulullah SAW memberikan dorongan kepada ummatnya untuk mencari rezeki dengan berusaha dan berdagang. Rasulullah sendiri adalah contoh seorang pedagang yang sukses. Ketika masih kecil beliau telah menemani pamannya Abu Thalib berdagang ke Syam. Detelah memasuki usia dewasa bahkan beliau sendiri menjalankan bisnis milik Siti Khadijah ke Syam dan kembali dengan keuntungan yang besar. Ini adalah bukti kemampuan, kepercayaan dan amanah beliau sebagai pedagang. Rasulullah SAW bersabda : “Pedagang yang amanah dan benar akan bersama dengan para syuhada di hari qiyamat nanti” (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim).

Muhammad -yang menjadi pedagang sejak usia muda- mempunyai empat kiat sukses berbisnis. Yakni, sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), fatonah (cerdas, cerdik, memahami manajemen dan strategi bisnis), dan tabligh (kemampuan komunikasi dan meyakinkan relasi atau pembeli). Bila keempat sifat atau kiat ini ada pada seorang pebisnis, insya Allah dia akan berhasil. Ini merupakan karakter bisnis yang Islami. Namun, bisa pula diterapkan oleh siapa pun, sebab ajaran Islam itu bersifat universal.

Muhammad telah melakukan transaksi-transaksi perdagangannya secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh atau kecewa. Ia selalu menepati janji dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai permintaan pelanggan. Reputasinya sebagai pedagang yang benar-benar jujur telah tertanam sejak muda. Ia selalu memperlihatkan rasa tangungjawabnya terhadap setiap transakasi yang dilakukan. Lebih dari itu, Muhammad juga meletakkan prinsip-prinsip dasar dalam melakukan transaksi dagang secara adil (Afzalurrahman, 1996).

Nasihat-nasihat beliau bisa dijadikan sebagai moralitas baru yang akan membingkai aktivitas para pebisnis hari ini. Muhammad sangat sopan dan baik hati dalam melakuan transaksi binis perdagangan. Selain itu beliau juga menasehati para sahabatnya untuk bersikap yang sama kapan saja dan dengan siapa saja mereka melakukan transaksi. Jabir meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rahmat Allah atas orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli, dan ketika ia membuat keputusan” (HR. Bukhori). Dalam kesempatan yang lain Abu Sa’id meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Saudagar yang jujur dan dapat dipercaya akan dimasukan dalam golongan para Nabi, Shiddiqien dan Syuhada” (HR. Tirmidzi). Dan banyak lagi ajaran yang menjadi framework kita dalam berbisnis yang perlu dikaji lebih jauh.

Beliau telah menyampaikan risalah Islam yang lurus. Risalah yang mendukung pengumpulan kekayaan asal dilakukan sesuai dengan ketentuan syariah. Sebaliknya Islam juga sangat mencela pengumpulan kekayaan secara berlebihan yang cenderung mengabaikan batas-batas dan tuntunan-tuntunan syariah itu sendiri. Agama Islam membolehkan bahkan menganjurkan setiap orang untuk mencari dan mengumpulkan kekayaan dengan cara-cara yang halal dan menafkahkannya dengan penuh tanggungjawab dalam koridor pengaturan syariah dalam pengeluaran. Wallahu’alam bishawab.

Kalau ada pakaian yang koyak,
Rasulullah menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya.
Beliau juga memerah susu kambing
untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah,
bila dilihat tiada makanan yang sudah siap di masak untuk dimakan,
sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya
untuk membantu isterinya di dapur.

*
Sayidatina ‘Aisyah menceritakan:
”Kalau Nabi berada di rumah,
beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
Jika mendengar azan,
beliau cepat-cepat berangkat ke masjid,
dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sembahyang.”

*
Pernah baginda pulang pada waktu pagi.
Tentulah baginda amat lapar waktu itu.
Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan.
Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya,
“Belum ada sarapan ya Khumaira?”
(Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’)
Aisyah menjawab dengan agak serba salah,
“Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.”
Rasulullah lantas berkata,
”Kalau begitu aku puasa saja hari ini.”
tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.

*
Pernah baginda bersabda,
“sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”
Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda sebagai
kepala keluarga.

*
Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu
langsung bertanya setelah selesai bersembahyang :
“Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar”
“Ya Rasulullah… mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh,
kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sedang sakit…”
desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya.
Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
“Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?”
Lalu baginda menjawab dengan lembut,
”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”

*
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt
dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw
menolak sama sekali rasa ketuanan.
Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH
tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain,
ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.
Ketika pintu Syurga telah terbuka,
seluas-luasnya untuk baginda,
baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari,
terus-menerus beribadah,
hingga pernah baginda terjatuh,
lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak.
Fisiknya sudah tidak mampu menanggung
kemauan jiwanya yang tinggi.

*
Bila ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah,
“Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?”
Jawab baginda dengan lunak,
“Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”

Rasulullah s. a. w. bersabda,

Adab dan akhlak dlm pandangan agama memiliki kedudukan yg tinggi dan mulia. Juga di hadapan Allah dan Rasul-Nya bahkan di hadapan seluruh makhluk. Namun banyak orang mengentengkan masalah ini dan menjadikan seakan-akan bagian luar dan jauh dari agama. Sesungguh tdk demikian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Sesungguh kamu berbudi pekerti yg agung.” Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Makna adalah engkau berada di atas tabiat yg mulia.” Kata Al-Mawardi: “Ini makna yg nampak.”
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Makna adl bahwa pengamalan Al Qur’an perintah dan larangan telah menjadi tabiat dan akhlak beliau dan beliau meninggalkan tabiat bawaan sehingga apapun yg Al Qur’an perintahkan mk beliau melaksanakan dan apapun yg dilarangan beliau meninggalkan hal tersebut. Berikut hal-hal yg telah diberikan oleh Allah dari akhlak yg agung seperti sifat malu dermawan pemberani pemaaf lemah-lembut dan semua bentuk akhlak yg baik sebagaimana telah shahih dari Anas bin Malik Mutafaq ‘alaih: “Aku telah berkhidmat kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tdk pernah mengatakan ‘ah’ sama sekali dan tdk pernah berta jika aku melakukan sesuatu kenapa aku melakukan dan pada sesuatu yg tdk aku lakukan beliau tdk mengatakan kenapa kamu tdk melakukannya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl orang yg paling baik kelakuannya. Aku tdk pernah menyentuh sutra atau sesuatu pun yg lbh lembut dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun tdk pernah mencium misk dan minyak wangi yg lbh wangi dari keringat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِيْ اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ “Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekira kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauh kan dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka dan musyawarahlah bersama mereka dlm urusan itu . kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad mk bertawakkal-lah. Karena sesungguh Allah menyukai orang2 yg bertawakkal kepada-Nya.” Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Makna ayat ini adl bahwa Rasulullah ketika bersikap lemah lembut terhadap orang2 yg lari dari perang Uhud dan tdk memperlakukan mereka dgn kasar Allah menjelaskan bahwa beliau bisa melakukan hal itu disebabkan taufik dari Allah.” Ibnu Katsir mengatakan: Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Demikianlah akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau dengannya.” Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Aku menjumpai sifat Rasulullah dlm kitab-kitab terdahulu bahwa beliau tdk berkata kasar kotor dan tdk pula berteriak-teriak di pasar dan tdk membalas perbuatan jelek dgn kejelekan tetapi beliau sangat pemaaf.” Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Akhlak yg baik bila menyertai seorang pemimpin di dunia akan menarik orang2 utk masuk ke dlm agama dan mendorong mereka utk cinta kepada dan tentu dia akan mendapatkan pujian dan pahala yg khusus. Apabila akhlak yg jelek menyertai seorang pemimpin dlm agama hal ini menyebabkan orang2 lari dari agama dan membenci agama tersebut. Bersamaan dgn itu pelaku mendapatkan cercaan dan adzab yg khusus. Kalau Allah mengatakan demikian kepada Rasul-Nya mk lebih-lebih kepada orang lain. Bukankah termasuk dari kewajiban yg wajib dan perkara yg sangat penting adl mengikuti akhlak-akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan bergaul bersama orang lain dgn cara meneladani pergaulan beliau berupa sifat kelemahlembutan akhlak yg baik dan penyayang dlm rangka melaksanakan perintah Allah dan menarik orang ke dlm agama Allah.” Demikian beberapa ayat yg menjelaskan kedudukan adab dan akhlak di dlm agama berikut ucapan beberapa ulama ahli tafsir. Adapun dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terlalu banyak dan kita mencukupkan hadits dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah perbuatan jelek dgn perbuatan baik niscaya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan jelek dan berakhlaklah kamu kepada manusia dgn akhlak yg baik.” 1 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah: “Pergaulilah manusia dgn akhlak yg baik dlm ucapan ataupun perbuatan hal itu adl sangat baik dan perintah ini bisa menunjukkan wajib atau menunjukkan sunnah dan bisa diambil faidah dari yaitu disyariatkan bergaul bersama manusia dgn perilaku yg baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk membatasi bagaimana cara bergaul dgn akhlak krn penerapan akhlak yg baik itu berbeda sesuai dgn kondisi orang. Ada akhlak di sisi seseorang baik dan di sisi orang lain jelek dan tiap orang yg berakal mengerti dan menimbang hal itu.” Begitu pula bila kita melihat kitab-kitab karya para ulama kita akan menemukan pembahasan tentang adab dan akhlak baik dlm kitab khusus ataupun dlm pembahasan tersendiri secara global maupun secara terperinci. Contoh Al-Imam Al-Bukhari di dlm kitab Shahih beliau menulis sebuah judul pembahasan Kitab Adab. Lebih khusus lagi beliau memiliki kitab Al-Adab Al-Mufrad. Al-Imam Muslim di dlm kitab Shahih beliau menulis sebuah bab Kitab Al-Birr wash Shilah wal Adab. Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah dlm Sunan- menulis pembahasan khusus yg terkait dgn adab berjudul Kitab Al-Adab. Al-Imam Ibnu Majah di dlm Sunan beliau menulis sebuah judul pembasan Kitab Adab. Al-Imam Al-Ajurri menulis sebuah kitab yg berjudul Akhlak Ulama Ibnu Hazm memiliki karya berjudul Al-Akhlaq wa As-Sair fi Mudawaati An-Nufus Badruddin Abu Ishaq Ibrahim memiliki karya berjudul Tadzkiratu As-Sami’ wa Mutakallim fi Adab Al-’Alim wa Al-Muta’allim. Dan masih banyak kitab ulama terdahulu yg memberikan perhatian tinggi terhadap permasalahan adab dan akhlak2 yg semua menunjukkan bahwa adab dan akhlak adl perkara yg tdk bisa lepas dari agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ “Sesungguh aku diutus utk menyempurnakan budi pekerti yg baik.” 3 Begitu pun ulama di masa kini memberikan perhatian yg besar terhadap akhlak. Ini bisa dilihat pada karya-karya mereka seperti Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Qashimi menulis sebuah kitab Jawami’ul Adab fi Akhlaq Al-Anjab Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menulis risalah berjudul Al-Ilmu wa Akhlaq Ahlihi Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memiliki risalah berjudul Makarimul Akhlaq Asy-Syaikh Muqbil di dlm kitab beliau Al-Jami’ush Shahih menulis kitab Al-Adab
Seorang Da’i dan Akhlak Da’i merupakan manzilah yg tinggi di hadapan Allah. Untuk mendapatkan gelar tersebut tentu dgn memperbaiki hubungan dgn Allah dan menggali agama-Nya.4 Kata da’i dlm bahasa syariat memiliki dua makna. Pertama da’i yg berada di tepi neraka jahannam sebagaimana dlm hadits Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan juga hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dlm riwayat Al-Imam Ahmad dan mafhum dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ادْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ “Serulah kepada jalan Rabbmu dgn hikmah..” Kedua da’i ilallah sebagaimana dlm ayat di atas. Adapun da’i ilallah hendak menjadikan firman Allah di bawah ini sebagai perhiasan dlm langkah memikul amanat yg besar ini: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجَو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا “Sungguh telah ada pada diri Rasul suri tauladan yg baik bagi bagi orang yg mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: “Di dlm ayat ini terdapat cercaan bagi orang2 yg tdk menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm peperangan. Sesungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yg baik arti bahwa Rasulullah telah mengorbankan diri utk berperang dan keluar menuju Khandaq utk membela agama Allah. Dan ayat ini walaupun sebab khusus namun yg dimaksud adl umum dlm segala hal.” Ada beberapa perkara penting yg terkait dgn akhlak seorang alim dan da’i ilallah. Dibawakan oleh Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah di dlm kitab beliau Akhlaq Ulama : “Apabila Allah mengangkat seseorang di hadapan orang2 yg beriman sebagai sosok yg berilmu dan sosok yg ilmu dibutuhkan oleh tiap orang mk ia berusaha menjadi orang yg tawadhu’ terhadap orang alim seperti diri atau orang di bawahnya. Adapun ketawadhu’an terhadap orang yg sederajat dengan muncul dlm bentuk rasa cinta kasih kepada mereka dan sangat berharap utk dekat dengan dan bila orang tersebut tdk ada di samping mk hati mereka selalu berkait dengannya.” Kemudian beliau mengatakan termasuk dari sifat seorang alim adl tdk pernah mencari kedudukan di sisi para raja dan tdk menghinakan diri di hadapan mereka menjaga ilmu kecuali kepada pemilik tdk pernah mengambil upah atas ilmu dan tdk pula dijadikan jembatan utk terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dia tdk mendekat kepada pemilik dunia dan menjauhi orang2 fakir bahkan dia menjauhi ahli dunia dan merendah diri di hadapan orang fakir dan orang shalih utk menyampaikan ilmu kepada mereka. Kalau dia memiliki sebuah majelis ilmu mk dia berperilaku baik kepada tiap orang yg duduk di majelis lemah-lembut kepada orang yg berta dan senantiasa menampilkan akhlak yg baik dan menjauhi akhlak yg rendah
Dari uraian di atas mk jelas bahwa Islam dgn kesempurnaan dan keluasan cakupan dlm bentuk aqidah manhaj ibadah akhlak mk tdk boleh utk dipisah-pisah dan kita dituntut utk mengamalkan Islam sesempurna mungkin. Akhlak tdk bisa dipisahkan dari manhaj aqidah atau ibadah. Arti dlm bermanhaj beraqidah dan beribadah butuh kepada akhlak yg baik yg mencerminkan pembawa bendera ilmu Al Kitab dan As Sunnah di atas pemahaman As-Salafus Shalih.Wallahu a’lam
1 Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahihul Jami’ no. 97 2 Seperti Al-Imam An-Nawawi di dlm Kitab Riyadhus Shalihin dan Al-Hafidz Ibnu Hajar menulis sebuah judul di dlm kitab Bulughul Maram Kitab Al-Jami’ bab Al-Adab dsb
3 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Silsilah Ash-Shahihah no. 45 4 Sebagaimana firman Allah:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Allah akan mengangkat orang2 yg beriman dan orang2 yg diberi ilmu beberapa derajat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar